loading...

Anak Lurah - 13

Ki Jagad Sudana mendengar suara lirih Asih yang membisikkan kata-kata yang nadanya seharusnya didengar keluar dari mulut seorang kekasih. Namun kini diucapkan oleh seorang ibu kepada anak kandungnya. Bila Ki Jagad Sudana masih menjadi diri sendiri, tentunya dia akan terpengaruh juga, menjadi terangsang karena ini. Namun, kini Ki Jagad Sudana hanya seorang manusia yang pada dasarnya boneka yang dimiliki Harun, sehingga nuansa erotis yang sangat kental di kamar itu, tidak berpengaruh apa-apa terhadapnya.

Lalu terdengar suara pelan Harun menjawab perkataan ibunya,

“Harun mencintai Ibu sudah sedari dulu. Karena Ibu adalah perempuan yang paling cantik, paling baik, paling indah yang Harun kenal. Harun ingin memiliki Ibu sepenuhnya. Jiwa dan raga Ibu. Harun ingin menyatu dengan Ibu…”



Dengan perlahan Harun menopang tubuhnya dengan kedua tangannya tanpa menyentuh ibunya, walaupun ia masih duduk di samping ibunya. Kedua tangannya bertumpu di samping kiri kanan tubuh telanjang ibunya. Harun lalu secara perlahan, sambil menikmati bau tubuh ibunya yang memancar keluar dari ketiak yang terbuka, sedikit demi sedikit menurunkan tubuhnya mendekati tubuh bugil ibunya.

Lama kelamaan wajah ibu dan anak itu semakin mendekat. Masing-masing merasakan hawa panas yang memancar keluar dari kulit wajah mereka. Nafas mereka pun semakin dirasakan satu sama lain. Udara terasa lebih panas berkali lipat karena mereka berdua menyadari bahwa hubungan mereka mulai berubah dari yang seharusnya menjadi yang tak seharusnya.
Akhirnya bibir mereka menempel perlahan. Mereka belum membuka mulut karena sentuhan bibir mereka terasa menyengat. Bagaikan terkena setrum listrik ribuan volt, yang mengirimkan sinyal elektrik penuh birahi yang menguasai seluruh jaringan tubuh mereka. Bahkan gejolak nafsu birahi mereka membuat badan mereka gemetar perlahan karena mengantisipasi sebuah kenikmatan yang sangat tabu.
Harun merasakan bibir basah dan hangat milik ibunya mengecup balik bibirnya. Ada perasaan yang berbeda, dibanding mencium ibunya ketika ibunya tertidur. Kini ibunya terbangun dan mencium balik. Berbeda juga ketika waktu itu Harun menciumi punggung ibunya, karena saat itu hanya punggung ibunya yang boleh diakses oleh Harun. Fakta bahwa ibunya balas mencium membuat Harun begitu Bahagia, ia sendiri kesulitan untuk mengungkapkan perasaan ini.
Pertama-tama bibir mereka menempel perlahan. Bagaikan sentuhan angin dikulit, suatu sentuhan yang sangat ringan tanpa tekanan. Seakan hendak melewati saja tanpa ada tekanan dan paksaan. Namun, sentuhan itu sedikit demi sedikit bertambah tekanannya, karena Harun mulai menekan bibir ibu kandungnya dengan bibirnya. Namun, Harun ingin mengingat malam ini selamanya, sehingga Harun tidak mau tergesa-gesa, tidak mau kenikmatan yang pertama kalinya akan ia rasakan dengan ibunya dengan cepat berakhir. Harun ingin menikmati detik demi detik kebersamaannya dengan ibunya dengan penuh penghargaan.
Akhirnya Harun dan ibunya mulai mengecupi bibir satu sama lain. Kecupan yang masih ringan, perlahan dan berbunyi pelan. Suara kecil kecupan itu hanya mereka berdua yang mendengar, ditingkahi oleh suara nafas mereka yang sedikit demi sedikit mulai menjadi cepat secara gradual. Kemudian Asih mulai tidak tahan dan menggunakan kedua tangannya untuk mendekap wajah anak kandungnya, sementara bibirnya mulai bertambah keras mengecupi bibir anaknya dibarengi dengan kedua tangannya yang mulai menarik kepala anaknya agar semakin menekan.
Perubahan gerakan yang sebenarnya biasa saja, justru bagi mereka berdua yang sedang asyik, menambahi bumbu dalam masakan birahi yang sedang mereka berdua goreng bersama. Harun merasakan ada suatu desakan kecil dari ibunya, dan juga dari dalam hatinya sendiri, untuk menambahkan kecepatan dan ketegasan dalam cumbuannya kepada ibunya.
Maka Harun sambil mengecup keras bibir ibunya, ia membuka mulutnya perlahan dan menggunakan sedikit ujung lidahnya untuk menyapu bibir ibunya. Lidah Harun merasakan bibir basah ibunya begitu hangat dan nikmat. Asih yang merasakan jilatan anak kandungnya pada bibirnya, menjadi bertambah horny, dan tanpa disengaja mengeluarkan suara bergumam dari dalam mulutnya yang tertutup ditambah dengan dengusan dari hidungnya selama beberapa saat, sebelum akhirnya mulai membuka mulut mungilnya dan mengeluarkan lidahnya pula untuk menyambut serangan lidah anaknya.
Pada pertama kali kedua lidah mereka bersentuhan, Harun merasakan bagai dalam dunia mimpi. Sudah ribuan kali ia memimpikan berciuman dengan ibunya, namun baru kali ini dirasakan. bagi Harun, inilah saat paling Bahagia yang pernah ia rasakan selama hidupnya. Untuk merasakan lidah ibunya yang hangat, basah dan licin, bersentuhan langsung dengan lidahnya sendiri, adalah pengalaman yang mengalahkan sensasi nikmat lainnya di dunia.
Harun memulai ritme berciuman dengan lidah, atau French Kisss, dan ibunya mengikuti irama itu. Kedua mulut ibu dan anak itu saling mengecup, mencium, menempel, membuka dengan irama yang begitu padu, seakan mereka sudah lama sekali melakukan ini berdua. Harun begitu menikmati mencumbu mulut ibunya, karena sambil berciuman, ibunya terus menerus mengeluarkan suara bergumam bahkan desahan tiap kali membuka mulutnya.
“Mmmmmmuaahhhhh….. hhhhmmmhhh aaahhh……..hmmmmmm……ahhh…”
Kedua lidah mereka saling menjilat. Bibir mereka saling berpagutan. Kadang kala Harun asyik meleletkan lidah cukup lama, agar dapat menjilati lidah, bibir bahkan rongga mulut ibunya. Bahkan sempat, Lidah Harun menyusuri gigi depan ibunya baik atas dan bawah, dengan nakal menjelajah gusi ibu kandungnya, atau menjilati lidah ibu kandungnya dengan penuh nafsu. Di lain saat kedua bibirnya asyik mengenyoti bibir ibunya, baik atas maupun bawah.
Perlahan Harun mulai menindih tubuh ibunya. Asih melepaskan tangan dari wajah Harun dan memeluk tubuh penuh keringat anaknya. Ia merasakan kedua kaki anaknya menyelusup ke antara kakinya, hingga Asih membuka kedua kali dengan menarik betis ke atas. Perlahan tapi pasti beban tubuh Harun bertumpu pada tubuh telanjang Asih. Dada Harun menempel pada dada ibu kandungnya itu. Asih merasakan batang kontol Harun menindih perut bawahnya, tepat bersemayam di atas jembutnya yang sudah basah baik oleh keringat dan juga cairan kewanitaannya.
Harun menyelipkan kedua tangannya ke balik punggung ibunya dibantu dengan Asih yang sedikit mengangkat tubuh sambil memeluk punggung Harun sehingga mudah bagi Harun memeluk ibunya. Harun kini menindih ibu kandungnya sambil saling berpelukan erat. Sementara, keduanya terus asyik berciuman. Keringat mereka kini menjadi bercampur.
Sekarang mereka mulai dikuasai oleh nafsu birahi yang melenyapkan segala pikiran logis mereka. Bahkan Asih sudah lupa bahwa Ki Jagad Sudana masih ada di sana menonton mereka berdua. Bila saja Asih tidak dikuasai nafsu seperti ini, tentunya ia akan curiga kenapa Ki Jagad Sudana yang begitu galak dan vocal tadi, kini terdiam seribu bahasa. Ki Jagad Sudana kini sedang tidak diperintah oleh Harun, berhubung Harun juga sedang dikuasi nafsu seksual seperti ibunya dan lupa dengan segala-galanya. Yang ada di pikirannya adalah ibunya. Hanya menggauli ibunya menjadi focus pikirannya.
Kini Harun mencumbu ibunya bak setan yang kelaparan. Tangannya memeluk erat ibunya sambil kepalanya bergoyang ke kanan ki kiri menikmati cumbuan dua pasang bibir yang sudah basah oleh campuran liur mereka. Asih mengelusi punggung dan bagian belakang kepala anaknya, sementara ia sendiri menggoyangkan kepala sesuai irama tubuh anaknya. Suara kecupan keras ditingkahi oleh desahan, gumaman bahkan erangan kecil Asih membahana di kamar tidur yang seharusnya menjadi peraduan dirinya dan suaminya.
Entah berapa lama mereka asyik bercumbu dengan berciuman. Sampai akhirnya Harun melepaskan ciumannya lalu menatap ibunya dengan penuh nafsu sejenak. Kemudian perlahan Harun mulai menjilati leher ibunya yang penuh keringat. Asin peluh ibunya tidak membuat Harun jerih, melainkan bertambah nafsu karena sekarang ia dapat merasakan tubuh ibunya pada lidahnya. Setiap jengkal leher ibunya habis ia jilati, kecupi dan kenyoti. Sehingga tak lama leher jenjang dan putih ibunya bertambah hiasan cupang merah di sana sini.
Tak puas sampai di situ saja, Harun mulai menurunkan kepalanya kebahu kiri ibunya. Sepanjang jalan lidahnya menyapu kulit penuh keringat ibunya, sambil terkadang menghadiahi kulit mulus dan halus itu dengan hiasan cupang merah dalam perjalannya ke pangkal lengan. Ketika sudah mendekati ketiak ibunya, Harun memegang tangan kiri ibunya yang sedang mendekapnya, lalu menarik tangan itu ke atas sehingga ketiak ibunya terbuka lebar.
Ketiak ibunya sungguh indah bukan kepalang. Kulit ketiaknya sedikit lebih putih dari kulit tubuh yang lainnya. Namun, ada sedikit bulu-bulu halus keriting mencuat keluar di tengah ketiak ibu kandungnya itu. Ketiak itu basah total, bahkan bulu ketiak ibunya tampak lepek karena basah oleh peluh yang sedari tadi mengalir keluar. Bau tubuh ibunya membuat Harun seakan pusing tujuh keliling dimabuk asmara.
Serta merta Harun menggagahi ketiak kiri ibunya itu. Asih merasa geli, namun nafsu birahi mengalahkan perasaan geli itu. Asih merasakan betapa tabunya lidah anaknya menggelitiki bulu ketiaknya yang tidak begitu lebat itu, namun betapa menggairahkan perasaan itu. Di satu pihak ia tahu hal ini tidak seharusnya dilakukan, tapi dilain pihak, fakta bahwa ini adalah sesuatu yang melawan norma dalam masyarakat, malah justru menambah daya kekuatan birahi yang ia rasakan.
Harun menikmati rasa di lidahnya, saat bulu keriting dan halus yang diselimuti bau tubuh ibunya itu dijepit oleh lidah dan rongga atas mulutnya. Lidahnya ia mainkan membelai-belai bulu ketiak ibunya, sambil sesekali ia menyedot-nyedot bulu ketiak ibunya itu seakan ingin menghisap sari pati dan esensi dari keindahan ibunya. Lalu ketiak ibunya ia jilati bagaikan anjing sedang minum susu di mangkuk. Seluruh daerah ketek ibunya itu telah dijelajahi lidah, bibir dan mulutnya.
Kemudian akhirnya bibir Harun menyusuri gundukan payudara kiri ibunya. Asih kini mulai mengerang-ngerang tanpa kenal rasa malu mengantisipasi kedatangan mulut nakal anaknya di daerah dadanya. Untuk pertama-tama, Harun sengaja tidak menyerang pentil ibunya secara langsung, karena ia ingin menjelajahi bukit dari bawahnya dahulu.
Harun menjilati dan mengenyoti gundukan tetek ibunya dengan rakus dan penuh nafsu. Seluruh keringat ibunya yang masih mengalir keluar ia selomoti seakan ia sedang haus dan ingin minum air keringat yang dihasilkan ibunya. Dan memanglah Harun sedang haus. Haus akan cinta ibu kandungnya. Haus akan cinta seorang lelaki dan perempuan. Haus akan cinta dan berahi.
Sementara, tangan kiri Harun kini sudah tidak mendekap ibunya. Tangan itu ia tarik untuk mulai membelai-belai dan meremas perlahan payudara sebelah kanan ibunya. Asih memegang tangan kiri Harun dengan perlahan seakan menyemangati anaknya untuk terus melakukan itu. Sementara tangan kanan Asih masih mendekap kepala anaknya yang sedang asyik menikmati payudaranya.
Otot payudara ibunya begitu lembut dan kenyal. Bagi lelaki yang berpengalaman, tentunya di kepalanya ketika melihat buah dada wanita yang mancung seperti tetek Asih, maka dalam benaknya akan membayangkan tetek itu memiliki otot yang kuat sehingga mampu berdiri mengacung dan menantang. Tetapi, bagi yang berpengalaman seperti harun akan tahu, bahwa payudara wanita yang indah itu memiliki kumpulan otot yang begitu lembut namun kenyal. Tidak seperti bayangan di otak para perjaka yang belum matang.
Harun begitu menikmati betapa mulusnya kulit ibunya itu. Putih, halus dan bersinar. Bagaikan porselein dari cina namun terbuat dari sutera. Sungguh perpaduan yang akan membuat semua lelaki normal di dunia ini bertekuk lutut di depan perempuan bak dewi yang turun dari kahyangan.
Memikirkan itu, Harun begitu trenyuh. Ia akhirnya mendapatkan perempuan secantik ibu kandungnya. Benar-benar seperti bidadari yang baru turun dari kahyangan. Harun baru tahu kenapa Jaka Tarub begitu tidak tahu malunya mencuri selendang sang bidadari, karena kinipun Harun menggunakan tipu muslihat agar bidadari yang adalah ibu kandungnya sendiri, dapat jatuh ke tangannya. Bila ini adalah cerita silat, maka Harun tentunya adalah salah satu pendekar pemetik bunga, dan kini adalah saat di mana ia memetik bunga yang terindah di dunia.
Dengan satu gerakan yang tidak bisa dibilang anggun, Harun akhirnya memasukkan pentil tetek ibunya kedalam mulutnya yang membuat Asih mengerang keras penuh nikmat. Dirasakan harun pentil ibunya mengeras di lidahnya. Harun menyedot pentil itu keras-keras karena gemas dan birahi. Bagaikan bayi kelaparan, Harun mengenyoti tetek ibu kandungnya yang sudah tidak memiliki susu lagi.
Cukup lama Harun mengenyoti payudara kiri ibu kandungnya sambil meremasi buah dada yang sebelah kanan. Lama kelamaan ada sedikit cairan yang keluar. Rasanya sedikit pahit namun Harun dapat merasakan bau tubuh ibunya pada cairan tubuh itu. Bau yang begitu ia kenal karena tadi lama menikmati ketiak ibunya. Cairan tetek ibu, itu menurut pikiran Harun.
Tak lama buah dada yang sebelah kanan menjadi bulan-bulanan harun juga. Kini payudara kiri yang sudah dipenuhi liur Harun gentian di emek-emek oleh tangan kanan Harun. Harun menjilati dan mengenyoti belahan dada ibunya untuk kemudian menjelajah bukit sebelah kanan itu di mulai dari dasar payudara itu. Sehingga kini hampir seluruh dada telanjang ibunya yang tadinya penuh keringat kini bercampuran juga dengan air liur si bocah hipersex, selain berhiaskan cupangan di sana sini.
Cukup lama juga Harun menikmati buah dada ibunya yang sebelah kanan. Membuat ibunya tak mampu menahan gejolak birahinya. Kontol Harun yang tadi bersandar di jembut ibunya, kini sudah melintang di depan bibir memek ibunya. Asih kini menggerakkan pantatnya maju mundur, menyebabkan klitorisnya kini menggeseki batang kontol Harun bagian bawahnya.
Harun menikmati sensasi baru ini, bagian bawah kontolnya merasakan bibir memek ibunya yang sempit itu sedikit membuka sehingga ia dapat merasakan kehangatan yang menguar dari vagina ibunya. Vagina ibunya sudah basah total. Tampaknya tidak ada lagi bagian yang kering sekujur tubuh ibunya. Entah karena keringat, air liur Harun atau cairan pelumas dari dalam lubang kenikmatan Asih sendiri.
Sekarang bau tubuh ibunya dan bau tubuh Harun sudah menguasai kamar. Bau tubuh ibunya yang makin santer tercium keluar dari selangkangan ibunya. Bau tubuh yang membuat kontol Harun berdenyut-denyut siaga, seakan berkata “mana lubangnya?!!”
Ketika Harun mulai menyedoti pentil tetek kanannya, Asih menjadi kalap, sambil menggenggam kontol Harun yang besar itu dengan tangan kanannya, ia setengah berteriak berkata,
“Harun anakkuuuuu….. masukkan burungmu ke dalam tempik ibu, naaaaakkkkk…………..”
Harun sambil terus mengenyot tetek ibunya, mengangkat pantatnya, sementara kontolnya masih digenggam ibunya. Ibunya lalu menarik kontol itu, di usap-usapkannya ujung kontol Harun sepanjang celah memeknya sehingga bibir luar memeknya itu membuka karena tersibak Palkon Harun, dan menyebabkan palkon Harun mulai diselimuti cairan kewanitaannya, membuat kepala kontol harun yang besar terminyaki dengan baik.
Lalu Asih memposisikan kontol itu di lubang vaginanya. Sedikit palkon anaknya terbenam di lubang sempitnya yang sudah basah.
“Tekan sayangku……” kata Asih penuh dengan birahi.
Harun lalu menekan pantatnya. Kontolnya susah payah masuk sedikit demi sedikit di lubang vagina ibunya yang terasa panas dan licin namun sangat sempit. Terdengar bunyi plok! Dan kepala kontol Harun melewati celah vagina ibunya dan masuk ke dalam lubang memeknya.
“Aduuuuuuh…..” jerit Asih,” tahan dulu….. belum pernah ada yang sebesar ini masuk sebelumnya. Bahkan kamu dulu lahir di cesar…. Tunggu dulu……. Sakiitttt…..”
Asih merasakan benda tumpul besar menghujam vaginanya dan membuat lubangnya terpaksa menelan benda besar itu sehingga lubang kecil vaginanya seakan direnggangkan secara paksa. Sementara itu, Harun merasakan vagina ibunya sempit sekali, hampir mirip ketika ia memerawani Atik dan Janna. Walaupun vagina ibunya tidak sesempit anak perawan, namun cukup sempit sehingga membuat Harun lupa diri.
Dinding vagina ibunya dengan keras menjepit palkonnya. Dinding itu begitu ketat namun hangat dan licin. Selama semenit Harun dapat menahan gejolak, namun akhirnya ia merangkul ibunya kuat-kuat lalu menghujamkan kontolnya dalam-dalam.
“Aaaaahhhhhh……..” teriak Asih ketika kontol besar Harun menghujam keras ke dalam lubang memeknya. Hebatnya lagi, ia merasakan ujung kontol Harun bahkan keluar dari lubang vaginanya sehingga mencapai permulaan rahimnya.
Sensasi ini belum pernah seumur hidup dirasakan Asih. Ada benda yang mengganjal lubang memeknya bahkan sampai ke rahim. Asih merasa penuh. Terombang-ambing antara sakit dan nikmat yang belum pernah ia rasakan.
Harun merasakan hal yang lain. Ini adalah cita-citanya dan ternyata terjadi. Oleh karena itu ia untuk sementara diam membeku, untuk merasakan seluruh sensasi saat itu. Seluruh batang kontolnya sudah ambles di dalam vagina ibunya. Seluruh dinding vagina ibunya itu kini menjepit kontolnya erat-erat. Namun, lama kelamaan ia sadari bahwa dinding itu seakan membuka menutup. Walaupun tidak terlalu keras terasa, tetapi tetap terasa. Dinding memek ibunya membuka menutup seirama denga nafas ibunya yang memburu.
Lama lama Harun menjadi gelap mata lagi karena nafsunya memuncak lagi. Dinding vagina ibu kandungnya itu bagaikan memijat kontolnya. Daerah paling rahasia dan intim yang dimiliki ibunya, dan yang hanya boleh dikunjungi bapaknya, kini secara tak bermoral telah ia masuki. Bahkan organ intim ibunya itu kini memijati kontolnya yang penuh dengan nafsu bejat.
Sambil terus mengenyoti payudara ibunya, -karena tinggi badan ibunya yang lebih tinggi daripadanya membuat saat mereka bersetubuh seperti ini, mulut Harun menjadi sejajar dengan dada ibunya yang membuat menetek sambil bersebadan merupakan posisi yang sangat pas. – Harun mulai memompa perlahan memek ibunya dengan kontolnya.
Asih sudah mulai terbiasa denga besarnya kemaluan anaknya itu. Dan kini membiarkan anaknya menggesekkan kontolnya di dalam lubang memek ibunya itu secara perlah. Kini kedua tangan Asih kembali mendekap anaknya, dengan satu tangan membelai rambut anaknya yang sedang meneteki payudara kanannya.
Lama kelamaan Harun merasakan liang surgawi ibunya itu menjadi semakin licin. Sehingga usahanya untuk menggenjot ibunya menjadi semakin mudah. Akhirnya ia mulai mengentoti ibu kandungnya hingga terdengarlah suara selangkangan berpadu. Kini Harun telah betul-betul berhubungan seksual dengan ibu kandungnya.
Adalah sesuatu yang tidak ada bandingannya di dunia ini, menurut Harun, bersetubuh dengan ibu kandung sendiri. Rasanya mengalahkan saat ia menyetubuhi wanita-wanita lain. Entah kenapa persetubuhan ini seakan menjadi puncaknya. The ultimate fuck. Mungkin karena Harun telah pulang lagi ke tempat dulu ia berasal. Sembilan bulan ia tinggal di dalam rahim ibunya, kini, kemaluannya telah pulang ke rumah. Kembali berkunjung setelah sekian tahun berpisah. Sebuah reuni yang dipenuhi nafsu yang begitu nikmatnya dirasakan.
Ki Jagad Sudana menatap kekosongan, sementara seharusnya ia memperhatikan yang terjadi di atas tempat tidur. Seorang anak sedang asik menggagahi ibu kandungnya sendiri. Mereka mendesah, mengerang, bergumul dalam luapan asmara diiringi alunan music selangkangan beradu.
Dalam puncak asmara, kedua insan ibu dan anak itu akhirnya berteriak sambil menikmati orgasme pertama mereka saat bersebadan. Harun menyemproti rahim ibunya dengan bakal anak di dalam cairan pejunya.
TAMAT
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Anak Lurah - 13"

Posting Komentar