Anak Lurah - 12
Bila ditelaah secara lebih jauh, kemenangan seseorang bukan selalu berarti bahwa orang itu lebih hebat segalanya dari lawannya. Tetapi sang pemenang mampu menggunakan segala kesempatan yang baik, untuk memaksimalkan kemampuannya untuk meraih kemenangan itu. Itu yang biasa terjadi. Ada pula kemenangan yang diraih secara keberuntungan, ini yang tidak biasa terjadi. Biasanya orang yang karena beruntung dapat menang, maka akan sulit mengulangi kesuksesan itu. Lain halnya dengan orang yang menang karena kecerdikannya memanfaatkan peluang, atau point pertama tadi.
Demikianlah kemenangan Harun atas Ki Jagatsudana. Ini adalah kemenangan karena kecerdikan dan kesabaran. Dua hal yang tidak diterapkan Jagatsudana. Apakah kemenangan ini sepenuhnya karena kehebatan Harun? Tidak juga. Bila Jagatsudana tidak takabur, tentu saja tidak akan terjadi.
Yang jelas, kekalahan ini seakan sudah digariskan. Pertama, Ki Jagatsudana bertemu dengan ayah Harun, menganggap ayah Harun ini orang bodoh, lalu memutuskan untuk memanfaatkannya. Ia tidak tahu bahwa anak orang ini memiliki kemampuan yang tiada duanya dalam hal kebatinan. Kedua, dari semenjak melihat Asih, Ki Jagatsudana sudah mabok kepayang akan birahi kepada perempuan ini, sehingga banyak sekali mengurangi kemampuan batiniahnya. Ketiga, Ki Jagatsudana yakin bahwa di rumah Seto si goblok itu, dia tidak ada tandingannya.
Di lain pihak, Harun yang walaupun harus memerangi rasa takutnya, akhirnya mampu berpikir dan mencari strategi. Bukan strategi yang direncanakan jauh hari, melainkan strategi yang digunakan sesuai dengan perkembangan keadaan. Inilah kecerdikan yang jarang dimiliki paranormal lainnya.
Ya, kalau anda berfikir bahwa setelah kejadian ini Harun menjadi paranormal, maka tebakan anda benar sekali. Saking hebatnya Harun, maka banyak sekali orang-orang Jakarta yang datang ke tempat padepokan Harun. Banyak kisah yang diceritakan ketika Harun sudah dewasa dan menjadi paranormal kawakan, salah satunya Akibat Ke Dukun, yang dilaporkan oleh saudara Pemanah Rajawali dengan baik sekali.
Tentu saja saya tahu, para pembaca sudah mulai gerah, karena penutup bab sebelum bab ini, tidak dilanjutkan secara sequential di bab yang ini. Untuk itu saya mohon maaf, karena permulaan bab terakhir ini, saya rasa perlu saya tulis, sebagai mata rantai cerita lainnya, dan juga sebagai cooling down saya sendiri. Akhir bab sebelumnya yang fantastis hampir membuat saya edi tansil. 
Baiklah kita mulai dari pada saat Harun menghancurkan benak Ki Jagatsudana. Ketika seluruh logika dan akal Ki Jagatsudana tertutup nafsu birahi saat melihat Asih yang cantik itu setengah telanjang di hadapannya, maka itulah saat yang sangat tepat untuk menyerang. Dan Harun tahu itu.
Harun yang sudah menggenggam benak Ki Jagatsudana, segera mengerahkan kekuatan pikirannya dan meremas benak musuhnya itu sekuatnya. Untuk hal ini, belum pernah ia lakukan dan ia tidak tahu konsekuensinya. Yang jelas, ketika akal Ki Jagatsudana yang tidak siap itu diremas dengan kekuatan Harun, benak itu hancur.
Betul, pikiran Ki Jagatsudana lenyap dari kepribadiannya. Ki jagatsudana hanya sempat berteriak kurang dari satu detik, untuk lalu terdiam. Harun tidak tahu bahwa ia memakai hampir seluruh kekuatannya ketika melakukan ini. Jadi, Ia tidak tahu bahwa ia dapat membuat seseorang menjadi tanpa kepribadian seperti itu.
Harun mendapati bahwa Ki Jagatsudana masih hidup secara ragawi, namun kepribadiannya kosong. Seluruh ingatan hidup ki Jagatsudana masih ada dan membekas di otak, namun pribadinya sudah hilang. Tidak ada aku di dalam Ki Jagatsudana. Ki Jagatsudana sudah sirna.
Harun kemudian mempunyai ide yang brilian. Hanya orang sejenius Harun yang bisa memikirkan ini. Situasi Ki Jagatsudana bisa dibilang seperti orang yang sedang dicuci otaknya, hanya saja belum lengkap prosesnya. Proses pengosongan otak sudah selesai, kini menunggu pembentukan Pribadi yang baru.
Maka Harun menanamkan ide. Semacam menanamkan program computer, ke dalam otak tanpa kepribadian itu. Namun, sebelum memprogramnya, Harun menyirep ibunya dulu, karena waktunya belum pas. Setelah ibunya tertidur di lantai maka Harun mulai proses pemrograman itu.
Ternyata untuk membentuk Pribadi yang dapat berfikir sendiri, cukuplah lama dan susah. Perlu sekitar 5 jam untuk melakukannya, karena Harun harus mencoba dulu, bila kurang maka akan mencoba lagi yang lain dst. Dan setelah selesai, Ki Jagatsudana menjadi Pribadi yang baru, yaitu seorang manusia yang menuruti semua perintah dari Harun.
Kemudian Harun menyuruh ibunya berdiri, walaupun ibunya masih tertidur. Ibunya berdiri dengan mata terpejam. Ingatan ibunya direset sehingga seakan-akan kejadian ibunya buka baju baru saja terjadi. Kemudian Harun menyadarkan ibunya.
Asih yang mengalami modifikasi memory, dalam benaknya baru saja disuruh buka baju oleh Ki Jagatsudana. Rasa takut yang sama menghujamnya persis seperti yang 5 jam lalu terjadi.
Kamu sangat cantik, sayang .. suara Ki Jagatsudana membahana tanpa emosi, membuat Asih bergidik. Lelaki itu menghampiri anak lelakinya lalu berkata, Bangun bocah!
Harun terbangun dan melihat ibunya yang setengah telanjang. Asih berusaha menutup tubuhnya. Harun berusaha menolehkan mukanya.
Perempuan jalang! Kalo kamu menutup tubuh kamu, saya akan potong anakmu!
Dengan panic Asih membuka kedua tangannya. Ia melihat anaknya yang memejamkan mata, dan merasa sedikit lega.
Buka matamu, bocah! Kenapa malu melihat badan ibumu sendiri! Kalo kamu tidak mau, saya gorok lehermu!
Harun menggeleng-geleng, namun Asih melihat bahwa leher anaknya mulai memerah tanda terluka.
Harun! Buka saja, nak. Jangan mati konyol!
Harun akhirnya membuka matanya. Ia menatap lantai, namun atas desakan Ki Jagatsudana, akhirnya Harun menatap tubuh ibunya erat-erat. Asih pun sudah tidak berusaha menutupi tubuhnya yang setengah telanjang.
Jalan ke kamar tidurmu!
Maka Asih mendahului kedua lelaki itu dan berjalan ke kamar tidurnya. Ki Jagatsudana membawa serta Harun yang ditodong dengan pisau pada bagian lehernya. Setelah sampai di kamar tidur, Asih disuruh membuka semua pakaian dalamnya.
Rasa takut yang melanda Asih, membuat udara serasa panas. Badan wanita itu sudah mulai dihiasi peluh ketika sampai di kamar tidur. Kipas angin masih dalam posisi mati, sehingga ketika Ki Jagatsudana menutup pintu, keadaan ruang tidur tidak membantu sama sekali dan Asih mulai mandi keringat.
Harun merasakan burungnya berdenyut-denyut ketika melihat ibunya membuka BH dan dua buah payudara ibunya yang bulat dengan puting mengacung keras ke atas terpampang jelas. Apalagi ketika ibunya membuka celana dalamnya dan menunjukkan jembutnya yang rapi tercukur menghiasi bibir kemaluannya yang mengintip sedikit dari selangkangan.
Bocah! Ternyata kamu kurang ajar juga! Lihat burung kamu itu tegak melihat tubuh indah ibumu sendiri! Dasar bocah mata keranjang!
Asih melihat celana Harun, dan memang terlihat cetakan panjang dibagian depan celananya itu. Harun terangsang melihat dirinya.
Buka celanamu!
Harun terlihat kaget. Ia menggeleng-geleng, namun pisau Ki Jagatsudana secara cepat mengancam selangkangannya.
Kalo kamu malu, biar kupotong saja burungmu! Kamu sudah nafsu melihat tubuh ibumu sendiri, ngapain malu? Tunjukkin nafsumu pada ibumu!
Asih merasakan kata-kata Ki Jagatsudana demikian tak sopan. Tapi entah kenapa, tubuhnya merasakan birahi juga. Semenjak anaknya bangun, Asih pertama kali merasa malu, namun mengingat mereka berdua sempat dekat tidak selayaknya ibu dan anak, bahkan sudah saling masturbasi, Asih mau tidak mau merasa terangsang juga. Apalagi selama ini ia sering memikirkan keintiman mereka dalam bayangan dan melakukan masturbasi juga dengan membayangkan keintiman itu.
Asih merasa serba salah. Ketika anaknya diancam akan dipotong burungnya, Asih segera berkata,
Buka saja, sayang. Ikuti kemauan lelaki ini. Jangan melawan. Sayangi nyawa, nak.
Maka Harun membuka celanannya dan Asih terkaget juga melihat kontol anaknya yang besar dan menghitam. Kontol suaminya panjangnya hanya 13 senti, namun kontol anaknya tampaknya sekitar 17 senti dan gemuk. Anaknya masih remaja. Bagaimana nanti kalau sudah dewasa? Pikiran ini membuat memek Asih mulai basah oleh cairan vagina, selain oleh keringatnya yang sudah banjir dari tadi.
Kamu suka lihat ibu kamu telanjang, bocah?
Harun tidak menjawab. Tiba-tiba Ki Jagatsudana menempelengnya sehingga jatuh.
Asih berteriak,
Jawab saja, nak ..
saya .. ti .. ti .. ti . Kata Harun terbata-bata. Tentu saja semua ini sandiwara. Harun dengan tenaga pikirannya mengendalikan Jagad Sudana. Jagad Sudana kini adalah boneka yang dapat sekehendak hati dikendalikan oleh Harun.
Kalo kamu bohong sekali lagi, saya sayat leher kamu!
Tidak apa-apa, nak .. jawab saja perintah Asih.
Apa Kamu suka lihat Ibumu telanjang?
Iya!
Bangun dari situ dan hampiri ibumu. Bilang ke ibumu kamu suka apa?
Perlahan-lahan Harun menghampiri ibunya yang sedang berdiri di kaki tempat tidur.
Ibu .
Hening. Ki jagatsudana berteriak,
Perempuan sundal! Kalo anakmu ngomong, ya kamu jawab juga! Memangnya dia bicara sama tembok? Ulang lagi, bocah!
Bu .
ada apa, nak?
Harun suka melihat ibu suara Harun seakan tercekat. Takut dimarahi lagi, Asih segera menimpali, melihat apa, nak?
Melihat ibu telanjang seperti ini ..
Kenapa, nak?
Karena ibu cantik .
terima kasih, nak .
Lalu hening karena Asih juga tidak tahu harus bilang apa lagi. Ia tidak yakin maunya Ki Jagatsudana itu apa.
Bocah, kontolmu itu tegang. Pasti kamu nafsu sama ibumu kan? Ayo bilang ke ibumu! Dasar bocah ga tau sopan santun!
Ibu ..
Ya, anakku .
Aku nafsu sama ibu
Nafsu sama ibu?
Nafsu sama apanya Ibumu? potong Ki Jagatsudana. Perempuan, minata anakmu untuk menjelaskan
Kamu nafsu sama ibu? Bagian mananya ibu yang kamu nafsu? kata Asih perlahan dan sedikit tercekat, karena vaginanya sudah basah kuyup mengeluarkan bau tubuhnya yang mulai birahi.
Hening sejenak. Harun menelan ludahnya seakan berpikir lalu berkata,
Iya, bu kalau dekat begini .. Harun bisa mencium bau tubuh ibu tanpa sabun dan parfum . Harun sukaaaaaa banget nafsuuuuuu bangeeeeet
Perempuan! Tidur di kasur! Buka tanganmu! Biar anak durhakamu ini mencium bau tubuh kamu. Masa sukanya sama bau keringat? Dasar gemblung! Biar bocahmu semaput sama bau ketekmu!
Asih menghempaskan diri di tempat tidur. Badannya sudah lengket karena keringat. Setidaknya dengan tidur keringat dipunggungnya dapat diserap seprai. Baru saja Asih mengangkat kedua tangannya, Harun telah ada di sampingnya dengan tubuh sedikit gemetar menahan gejolak yang seakan ingin meledak saat itu juga. Asih melihat wajah anaknya yang berbinar-binar. Seakan-akan anaknya itu adalah manusia yang paling Bahagia di dunia ini.
Dan memanglah sebenarnya kali ini Harun merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Harun merasa telah sampai ke surga. Surga dunia. Orang bilang surga ada di telapak kaki ibu, namun menurut Harun, surga adalah ibu kandungnya. Dan sudah lama sekali Harun ingin memiliki surga ini. Kini, surga yang begitu ingin ia dapatkan tergolek pasrah di sampingnya tanpa busana, dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh yang indah itu, sehingga mengeluarkan wangi tubuh yang begitu merangsang yang memenuhi rongga hidung Harun dan mengirimkan sinyal birahi ke otaknya.
Mata Harun dengan rakusnya menjelajahi lekak lekuk tubuh ibunda kandungnya yang telanjang bulat itu. Dua buah gunung kembar yang mancung dengan puting menonjol begitu menantang kejantanan Harun. Kulit putih dan mengkilat karena keringat bak berlian yang telah diasah sampai berbinar mewah dan anggun. Perut ibunya yang rata, tidak berotot, namun rata. Tidak buncit sedikitpun. Perut yang dihiasi lembah kecil pusar yang seakan kedalamannya tak terukur oleh matanya. Dan di bawah perut, terhampar permadani yang rapi tercukur, sebagai dinding pertahanan yang menjaga lubang rahasia milik ibunya, yang terlihat sedikit dari sudut pandang Harun. Dua bibir luar vagina ibunya yang menutup memperlihatkan garis panjang yang hanya terlihat ujung atasnya karena sisanya tertutup oleh kedua paha ibunya yang basah penuh keringat.
Entah berapa lama Harun menatapi keindahan tubuh ibunya yang tanpa busana sehelaipun itu, ketika akhirnya kedua mata Harun bentrok dengan kedua mata ibunya. Tanpa disadari, pikiran ibunya merembes masuk ke dalam pikiran Harun. Harun dapat merasakan pertentangan dalam benak ibunya itu.
Di satu pihak, memperhatikan Harun menatapi tubuh telanjangnya, membuat Asih sedikit demi sedikit bertambah birahinya, namun di lain pihak, Asih tahu bahwa apa yang sekarang terjadi, dan apa yang nantinya akan terjadi, adalah hal yang sangat tabu. Bagi masyarakat, ini semua adalah suatu dosa besar. Bahkan, bagi Asih sendiri pun, hal ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia inginkan. Hanya saja, belakangan ini, ada suatu kekuatan yang membuat ia menjadi nafsu kepada anaknya sendiri.
Asih tahu bahwa Harunpun bernafsu kepada dirinya. Pengalaman kemarin ketika mereka asyik memasturbasi satu sama lain menunjukkan ini. Asih dapat melihat dari gelagat, perilaku dan bahkan perlakuan Harun yang semakin menunjukkan perasaan cinta bukan hanya cinta kepada ibu kandung, melainkan cinta yang diselubungi nafsu, cinta seorang lelaki kepada perempuan. Cinta yang mengandung intonasi seksual.
Asih tahu semua ini tidaklah pada tempatnya. Dan bila situasinya berbeda, tentu ia tidak akan menjadi sepasrah ini. Asih terlalu mencintai Harun untuk membiarkan anak itu melakukan hal-hal yang tabu kepada dirinya. Karena hal seperti ini tentu akan berdampak pada jiwa seorang anak. Pokoknya, Asih akan berjuang sekuat tenaga untuk menolak Harun bila Harun meminta hal tabu kepada dirinya, walaupun sebenarnya Asih sendiri menginginkannya juga.
Tetapi semuanya sekarang berubah. Nyawa anaknya kini terancam. Ketika Asih melihat Harun dilukai, walau hanya sedikit oleh lelaki jelek yang tidak bermoral itu, naluri keibuan yang dimiliki Asih langsung keluar. Asih tidak ingin anak yang ia lahirkan, ia rawat sampai kini besar menjadi seorang remaja yang ganteng dan maskulin, menghadapi marabahaya. Asih akan melakukan apa saja demi kelangsungan hidup anaknya ini. Dan tampaknya, Asih akan terpaksa melakukan hal yang selama ini ia anggap tabu, hal yang selama ini dengan sekuat tenaga telah ia coba untuk menolaknya. Namun, yang dilain pihak, sesuatu yang ia juga ingin rasakan. Sesuatu yang menyentil perasaan keingintahuannya. Sesuatu yang membakar kenakalan dalam dirinya. Sesuatu yang ia harapkan namun sesuatu yang menakutkan di saat yang sama.
Terancamnya nyawa Harun, kini seakan memudahkan segala sesuatu. Asih tidak perlu lagi berdebat dengan diri sendiri. Tak perlu lagi memikirkan moralitas. Tak perlu lagi memikirkan norma-norma masyarakat. Tak perlu lagi menuding diri sendiri sebagai pelacur. Karena apa yang akan terjadi, semuanya adalah demi kehidupan anaknya. Semuanya demi cinta. Segala sesuatu yang salah, akan menjadi benar, atas nama cinta. Karena kesalahan akan menjadi pengorbanan dan kenikmatan yang nantinya diharapkan bukanlah tujuan, tetapi akibat yang dimulai dari: CINTA.
Ibu dan anak itu berpandangan cukup lama. Si anak membaca pikiran ibunya tanpa setahu si ibu. Namun sang Ibu, menatap penuh cinta kepada anaknya dan untuk pertama kalinya di malam itu, ia memberikan senyum yang sangat manis kepada anaknya. Wajah Harun yang penuh rasa cabul menjadi berubah. Harun pun akhirnya tersenyum. Dan jauh di lubuk hati Harun, ada sedikit penyesalan. Karena kini ia tahu bahwa ibunya sangat mencintai dirinya. Cinta yang tulus. Bukan nafsu yang selama ini Harun rasakan kepada ibunya. Mata Harun yang tadi nanar karena birahi, kini menjadi teduh. Ada sedikit penyesalan di matanya. Namun, ibunya berkata dengan suara lirih,
Ibu tresno kamu, Le ..
Demikianlah kemenangan Harun atas Ki Jagatsudana. Ini adalah kemenangan karena kecerdikan dan kesabaran. Dua hal yang tidak diterapkan Jagatsudana. Apakah kemenangan ini sepenuhnya karena kehebatan Harun? Tidak juga. Bila Jagatsudana tidak takabur, tentu saja tidak akan terjadi.
Yang jelas, kekalahan ini seakan sudah digariskan. Pertama, Ki Jagatsudana bertemu dengan ayah Harun, menganggap ayah Harun ini orang bodoh, lalu memutuskan untuk memanfaatkannya. Ia tidak tahu bahwa anak orang ini memiliki kemampuan yang tiada duanya dalam hal kebatinan. Kedua, dari semenjak melihat Asih, Ki Jagatsudana sudah mabok kepayang akan birahi kepada perempuan ini, sehingga banyak sekali mengurangi kemampuan batiniahnya. Ketiga, Ki Jagatsudana yakin bahwa di rumah Seto si goblok itu, dia tidak ada tandingannya.
Di lain pihak, Harun yang walaupun harus memerangi rasa takutnya, akhirnya mampu berpikir dan mencari strategi. Bukan strategi yang direncanakan jauh hari, melainkan strategi yang digunakan sesuai dengan perkembangan keadaan. Inilah kecerdikan yang jarang dimiliki paranormal lainnya.
Ya, kalau anda berfikir bahwa setelah kejadian ini Harun menjadi paranormal, maka tebakan anda benar sekali. Saking hebatnya Harun, maka banyak sekali orang-orang Jakarta yang datang ke tempat padepokan Harun. Banyak kisah yang diceritakan ketika Harun sudah dewasa dan menjadi paranormal kawakan, salah satunya Akibat Ke Dukun, yang dilaporkan oleh saudara Pemanah Rajawali dengan baik sekali.
Tentu saja saya tahu, para pembaca sudah mulai gerah, karena penutup bab sebelum bab ini, tidak dilanjutkan secara sequential di bab yang ini. Untuk itu saya mohon maaf, karena permulaan bab terakhir ini, saya rasa perlu saya tulis, sebagai mata rantai cerita lainnya, dan juga sebagai cooling down saya sendiri. Akhir bab sebelumnya yang fantastis hampir membuat saya edi tansil. 
Baiklah kita mulai dari pada saat Harun menghancurkan benak Ki Jagatsudana. Ketika seluruh logika dan akal Ki Jagatsudana tertutup nafsu birahi saat melihat Asih yang cantik itu setengah telanjang di hadapannya, maka itulah saat yang sangat tepat untuk menyerang. Dan Harun tahu itu.
Harun yang sudah menggenggam benak Ki Jagatsudana, segera mengerahkan kekuatan pikirannya dan meremas benak musuhnya itu sekuatnya. Untuk hal ini, belum pernah ia lakukan dan ia tidak tahu konsekuensinya. Yang jelas, ketika akal Ki Jagatsudana yang tidak siap itu diremas dengan kekuatan Harun, benak itu hancur.
Betul, pikiran Ki Jagatsudana lenyap dari kepribadiannya. Ki jagatsudana hanya sempat berteriak kurang dari satu detik, untuk lalu terdiam. Harun tidak tahu bahwa ia memakai hampir seluruh kekuatannya ketika melakukan ini. Jadi, Ia tidak tahu bahwa ia dapat membuat seseorang menjadi tanpa kepribadian seperti itu.
Harun mendapati bahwa Ki Jagatsudana masih hidup secara ragawi, namun kepribadiannya kosong. Seluruh ingatan hidup ki Jagatsudana masih ada dan membekas di otak, namun pribadinya sudah hilang. Tidak ada aku di dalam Ki Jagatsudana. Ki Jagatsudana sudah sirna.
Harun kemudian mempunyai ide yang brilian. Hanya orang sejenius Harun yang bisa memikirkan ini. Situasi Ki Jagatsudana bisa dibilang seperti orang yang sedang dicuci otaknya, hanya saja belum lengkap prosesnya. Proses pengosongan otak sudah selesai, kini menunggu pembentukan Pribadi yang baru.
Maka Harun menanamkan ide. Semacam menanamkan program computer, ke dalam otak tanpa kepribadian itu. Namun, sebelum memprogramnya, Harun menyirep ibunya dulu, karena waktunya belum pas. Setelah ibunya tertidur di lantai maka Harun mulai proses pemrograman itu.
Ternyata untuk membentuk Pribadi yang dapat berfikir sendiri, cukuplah lama dan susah. Perlu sekitar 5 jam untuk melakukannya, karena Harun harus mencoba dulu, bila kurang maka akan mencoba lagi yang lain dst. Dan setelah selesai, Ki Jagatsudana menjadi Pribadi yang baru, yaitu seorang manusia yang menuruti semua perintah dari Harun.
Kemudian Harun menyuruh ibunya berdiri, walaupun ibunya masih tertidur. Ibunya berdiri dengan mata terpejam. Ingatan ibunya direset sehingga seakan-akan kejadian ibunya buka baju baru saja terjadi. Kemudian Harun menyadarkan ibunya.
Asih yang mengalami modifikasi memory, dalam benaknya baru saja disuruh buka baju oleh Ki Jagatsudana. Rasa takut yang sama menghujamnya persis seperti yang 5 jam lalu terjadi.
Kamu sangat cantik, sayang .. suara Ki Jagatsudana membahana tanpa emosi, membuat Asih bergidik. Lelaki itu menghampiri anak lelakinya lalu berkata, Bangun bocah!
Harun terbangun dan melihat ibunya yang setengah telanjang. Asih berusaha menutup tubuhnya. Harun berusaha menolehkan mukanya.
Perempuan jalang! Kalo kamu menutup tubuh kamu, saya akan potong anakmu!
Dengan panic Asih membuka kedua tangannya. Ia melihat anaknya yang memejamkan mata, dan merasa sedikit lega.
Buka matamu, bocah! Kenapa malu melihat badan ibumu sendiri! Kalo kamu tidak mau, saya gorok lehermu!
Harun menggeleng-geleng, namun Asih melihat bahwa leher anaknya mulai memerah tanda terluka.
Harun! Buka saja, nak. Jangan mati konyol!
Harun akhirnya membuka matanya. Ia menatap lantai, namun atas desakan Ki Jagatsudana, akhirnya Harun menatap tubuh ibunya erat-erat. Asih pun sudah tidak berusaha menutupi tubuhnya yang setengah telanjang.
Jalan ke kamar tidurmu!
Maka Asih mendahului kedua lelaki itu dan berjalan ke kamar tidurnya. Ki Jagatsudana membawa serta Harun yang ditodong dengan pisau pada bagian lehernya. Setelah sampai di kamar tidur, Asih disuruh membuka semua pakaian dalamnya.
Rasa takut yang melanda Asih, membuat udara serasa panas. Badan wanita itu sudah mulai dihiasi peluh ketika sampai di kamar tidur. Kipas angin masih dalam posisi mati, sehingga ketika Ki Jagatsudana menutup pintu, keadaan ruang tidur tidak membantu sama sekali dan Asih mulai mandi keringat.
Harun merasakan burungnya berdenyut-denyut ketika melihat ibunya membuka BH dan dua buah payudara ibunya yang bulat dengan puting mengacung keras ke atas terpampang jelas. Apalagi ketika ibunya membuka celana dalamnya dan menunjukkan jembutnya yang rapi tercukur menghiasi bibir kemaluannya yang mengintip sedikit dari selangkangan.
Bocah! Ternyata kamu kurang ajar juga! Lihat burung kamu itu tegak melihat tubuh indah ibumu sendiri! Dasar bocah mata keranjang!
Asih melihat celana Harun, dan memang terlihat cetakan panjang dibagian depan celananya itu. Harun terangsang melihat dirinya.
Buka celanamu!
Harun terlihat kaget. Ia menggeleng-geleng, namun pisau Ki Jagatsudana secara cepat mengancam selangkangannya.
Kalo kamu malu, biar kupotong saja burungmu! Kamu sudah nafsu melihat tubuh ibumu sendiri, ngapain malu? Tunjukkin nafsumu pada ibumu!
Asih merasakan kata-kata Ki Jagatsudana demikian tak sopan. Tapi entah kenapa, tubuhnya merasakan birahi juga. Semenjak anaknya bangun, Asih pertama kali merasa malu, namun mengingat mereka berdua sempat dekat tidak selayaknya ibu dan anak, bahkan sudah saling masturbasi, Asih mau tidak mau merasa terangsang juga. Apalagi selama ini ia sering memikirkan keintiman mereka dalam bayangan dan melakukan masturbasi juga dengan membayangkan keintiman itu.
Asih merasa serba salah. Ketika anaknya diancam akan dipotong burungnya, Asih segera berkata,
Buka saja, sayang. Ikuti kemauan lelaki ini. Jangan melawan. Sayangi nyawa, nak.
Maka Harun membuka celanannya dan Asih terkaget juga melihat kontol anaknya yang besar dan menghitam. Kontol suaminya panjangnya hanya 13 senti, namun kontol anaknya tampaknya sekitar 17 senti dan gemuk. Anaknya masih remaja. Bagaimana nanti kalau sudah dewasa? Pikiran ini membuat memek Asih mulai basah oleh cairan vagina, selain oleh keringatnya yang sudah banjir dari tadi.
Kamu suka lihat ibu kamu telanjang, bocah?
Harun tidak menjawab. Tiba-tiba Ki Jagatsudana menempelengnya sehingga jatuh.
Asih berteriak,
Jawab saja, nak ..
saya .. ti .. ti .. ti . Kata Harun terbata-bata. Tentu saja semua ini sandiwara. Harun dengan tenaga pikirannya mengendalikan Jagad Sudana. Jagad Sudana kini adalah boneka yang dapat sekehendak hati dikendalikan oleh Harun.
Kalo kamu bohong sekali lagi, saya sayat leher kamu!
Tidak apa-apa, nak .. jawab saja perintah Asih.
Apa Kamu suka lihat Ibumu telanjang?
Iya!
Bangun dari situ dan hampiri ibumu. Bilang ke ibumu kamu suka apa?
Perlahan-lahan Harun menghampiri ibunya yang sedang berdiri di kaki tempat tidur.
Ibu .
Hening. Ki jagatsudana berteriak,
Perempuan sundal! Kalo anakmu ngomong, ya kamu jawab juga! Memangnya dia bicara sama tembok? Ulang lagi, bocah!
Bu .
ada apa, nak?
Harun suka melihat ibu suara Harun seakan tercekat. Takut dimarahi lagi, Asih segera menimpali, melihat apa, nak?
Melihat ibu telanjang seperti ini ..
Kenapa, nak?
Karena ibu cantik .
terima kasih, nak .
Lalu hening karena Asih juga tidak tahu harus bilang apa lagi. Ia tidak yakin maunya Ki Jagatsudana itu apa.
Bocah, kontolmu itu tegang. Pasti kamu nafsu sama ibumu kan? Ayo bilang ke ibumu! Dasar bocah ga tau sopan santun!
Ibu ..
Ya, anakku .
Aku nafsu sama ibu
Nafsu sama ibu?
Nafsu sama apanya Ibumu? potong Ki Jagatsudana. Perempuan, minata anakmu untuk menjelaskan
Kamu nafsu sama ibu? Bagian mananya ibu yang kamu nafsu? kata Asih perlahan dan sedikit tercekat, karena vaginanya sudah basah kuyup mengeluarkan bau tubuhnya yang mulai birahi.
Hening sejenak. Harun menelan ludahnya seakan berpikir lalu berkata,
Iya, bu kalau dekat begini .. Harun bisa mencium bau tubuh ibu tanpa sabun dan parfum . Harun sukaaaaaa banget nafsuuuuuu bangeeeeet
Perempuan! Tidur di kasur! Buka tanganmu! Biar anak durhakamu ini mencium bau tubuh kamu. Masa sukanya sama bau keringat? Dasar gemblung! Biar bocahmu semaput sama bau ketekmu!
Asih menghempaskan diri di tempat tidur. Badannya sudah lengket karena keringat. Setidaknya dengan tidur keringat dipunggungnya dapat diserap seprai. Baru saja Asih mengangkat kedua tangannya, Harun telah ada di sampingnya dengan tubuh sedikit gemetar menahan gejolak yang seakan ingin meledak saat itu juga. Asih melihat wajah anaknya yang berbinar-binar. Seakan-akan anaknya itu adalah manusia yang paling Bahagia di dunia ini.
Dan memanglah sebenarnya kali ini Harun merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Harun merasa telah sampai ke surga. Surga dunia. Orang bilang surga ada di telapak kaki ibu, namun menurut Harun, surga adalah ibu kandungnya. Dan sudah lama sekali Harun ingin memiliki surga ini. Kini, surga yang begitu ingin ia dapatkan tergolek pasrah di sampingnya tanpa busana, dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh yang indah itu, sehingga mengeluarkan wangi tubuh yang begitu merangsang yang memenuhi rongga hidung Harun dan mengirimkan sinyal birahi ke otaknya.
Mata Harun dengan rakusnya menjelajahi lekak lekuk tubuh ibunda kandungnya yang telanjang bulat itu. Dua buah gunung kembar yang mancung dengan puting menonjol begitu menantang kejantanan Harun. Kulit putih dan mengkilat karena keringat bak berlian yang telah diasah sampai berbinar mewah dan anggun. Perut ibunya yang rata, tidak berotot, namun rata. Tidak buncit sedikitpun. Perut yang dihiasi lembah kecil pusar yang seakan kedalamannya tak terukur oleh matanya. Dan di bawah perut, terhampar permadani yang rapi tercukur, sebagai dinding pertahanan yang menjaga lubang rahasia milik ibunya, yang terlihat sedikit dari sudut pandang Harun. Dua bibir luar vagina ibunya yang menutup memperlihatkan garis panjang yang hanya terlihat ujung atasnya karena sisanya tertutup oleh kedua paha ibunya yang basah penuh keringat.
Entah berapa lama Harun menatapi keindahan tubuh ibunya yang tanpa busana sehelaipun itu, ketika akhirnya kedua mata Harun bentrok dengan kedua mata ibunya. Tanpa disadari, pikiran ibunya merembes masuk ke dalam pikiran Harun. Harun dapat merasakan pertentangan dalam benak ibunya itu.
Di satu pihak, memperhatikan Harun menatapi tubuh telanjangnya, membuat Asih sedikit demi sedikit bertambah birahinya, namun di lain pihak, Asih tahu bahwa apa yang sekarang terjadi, dan apa yang nantinya akan terjadi, adalah hal yang sangat tabu. Bagi masyarakat, ini semua adalah suatu dosa besar. Bahkan, bagi Asih sendiri pun, hal ini adalah sesuatu yang tidak pernah ia inginkan. Hanya saja, belakangan ini, ada suatu kekuatan yang membuat ia menjadi nafsu kepada anaknya sendiri.
Asih tahu bahwa Harunpun bernafsu kepada dirinya. Pengalaman kemarin ketika mereka asyik memasturbasi satu sama lain menunjukkan ini. Asih dapat melihat dari gelagat, perilaku dan bahkan perlakuan Harun yang semakin menunjukkan perasaan cinta bukan hanya cinta kepada ibu kandung, melainkan cinta yang diselubungi nafsu, cinta seorang lelaki kepada perempuan. Cinta yang mengandung intonasi seksual.
Asih tahu semua ini tidaklah pada tempatnya. Dan bila situasinya berbeda, tentu ia tidak akan menjadi sepasrah ini. Asih terlalu mencintai Harun untuk membiarkan anak itu melakukan hal-hal yang tabu kepada dirinya. Karena hal seperti ini tentu akan berdampak pada jiwa seorang anak. Pokoknya, Asih akan berjuang sekuat tenaga untuk menolak Harun bila Harun meminta hal tabu kepada dirinya, walaupun sebenarnya Asih sendiri menginginkannya juga.
Tetapi semuanya sekarang berubah. Nyawa anaknya kini terancam. Ketika Asih melihat Harun dilukai, walau hanya sedikit oleh lelaki jelek yang tidak bermoral itu, naluri keibuan yang dimiliki Asih langsung keluar. Asih tidak ingin anak yang ia lahirkan, ia rawat sampai kini besar menjadi seorang remaja yang ganteng dan maskulin, menghadapi marabahaya. Asih akan melakukan apa saja demi kelangsungan hidup anaknya ini. Dan tampaknya, Asih akan terpaksa melakukan hal yang selama ini ia anggap tabu, hal yang selama ini dengan sekuat tenaga telah ia coba untuk menolaknya. Namun, yang dilain pihak, sesuatu yang ia juga ingin rasakan. Sesuatu yang menyentil perasaan keingintahuannya. Sesuatu yang membakar kenakalan dalam dirinya. Sesuatu yang ia harapkan namun sesuatu yang menakutkan di saat yang sama.
Terancamnya nyawa Harun, kini seakan memudahkan segala sesuatu. Asih tidak perlu lagi berdebat dengan diri sendiri. Tak perlu lagi memikirkan moralitas. Tak perlu lagi memikirkan norma-norma masyarakat. Tak perlu lagi menuding diri sendiri sebagai pelacur. Karena apa yang akan terjadi, semuanya adalah demi kehidupan anaknya. Semuanya demi cinta. Segala sesuatu yang salah, akan menjadi benar, atas nama cinta. Karena kesalahan akan menjadi pengorbanan dan kenikmatan yang nantinya diharapkan bukanlah tujuan, tetapi akibat yang dimulai dari: CINTA.
Ibu dan anak itu berpandangan cukup lama. Si anak membaca pikiran ibunya tanpa setahu si ibu. Namun sang Ibu, menatap penuh cinta kepada anaknya dan untuk pertama kalinya di malam itu, ia memberikan senyum yang sangat manis kepada anaknya. Wajah Harun yang penuh rasa cabul menjadi berubah. Harun pun akhirnya tersenyum. Dan jauh di lubuk hati Harun, ada sedikit penyesalan. Karena kini ia tahu bahwa ibunya sangat mencintai dirinya. Cinta yang tulus. Bukan nafsu yang selama ini Harun rasakan kepada ibunya. Mata Harun yang tadi nanar karena birahi, kini menjadi teduh. Ada sedikit penyesalan di matanya. Namun, ibunya berkata dengan suara lirih,
Ibu tresno kamu, Le ..
loading...
0 Response to "Anak Lurah - 12"
Posting Komentar