Ternyata Suamiku Nakal - 8
Episode 8: Ternyata Istriku Nakal (Juga)
POV: Papa
Preview Last Episode
“Papa kok main sendiri?”suara Istriku terdengar di telingaku.
“Mama.....ah Mama kok genit sih.....”kataku. Aku mencoba menebak.
Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.
“Eit..tunggu dulu.”suara Istriku.
Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......
“Ini makan malam istimewa buat Papa.....”
--
Istriku benar-benar memberikan sesuatu yang sangat mengejutkan, aku tahu pasti dia tidak sendirian di dalam kamar mandi ini. Aku mencoba menebak, Marni atau Susan. Aku benar-benar penasaran. Penisku sudah menegang sangat keras daritadi apalagi setelah ku minum, sebotol minuman dari istriku entah apa. Apalagi ditambah dengan kocokan halus di batang penisku. Rasanya sungguh-sungguh nikmat.
“Sekarang Papa boleh buka mata Papa!”suara Istriku Revita memberi perintah.
Tangan yang tadinya menutup mataku pun akhirnya di lepas dan alangkah terkejutnya aku, ternyata Istriku sudah berada di depanku hanya memakai kaos bertuliskan Touch Me di bagian dada, puting susunya nampak menonjol, kelihatan sekali puting susu itu mengeras ditambah dengan vaginanya yang sepertinya sudah basah.
Marni, rupanya Marni sudah telanjang bulat sedang mengocok penisku di pinggiran bathup. Aku semakin terkejut ketika
menolehkan kepalaku ke belakang. Susan! Bagaimana bisa mereka bertiga ada disini. Tidak habis pikirku.
“Ini rencana Mama, Pa”Kata Marni kemudian mencaplok penisku.
“Ah...”aku mengerang kaget mendapat serangan mendadak.
Susan yang ada di belakangku pun tidak mau ketinggalan segera saja dia menjilati daun telingaku. Geli dan merinding seluruh urat syaraf di tubuhku. Revita sendiri belum ikut bergabung dengan kami, bayangannya menghilang dari depan mataku. Sambil ku nikmati permainan kedua gadis itu, aku mencari-cari Revita Istriku, namun sosoknya ternyata memang tidak ada di ruangan itu.
Marni semakin asyik dengan permainan mulutnya di batang penisku yang pangkalnya masih tenggelam di dalam air. Sementara Susan telah beradu mulut denganku, tangan Susan mengelus-elus dadaku gemricik air menjadi saksi kemesuman kami bertiga. Kemana Revita, apakah dia membiarkan saja suaminya berlaku nakal.
Aku semakin tidak karuan merasakan kenikmatan yang diberikan kedua gadis belia itu. Marni, yang sedang dalam masa pertumbuhan, payudara,pinggang dan pantatnya benar-benar seksi sekali. Susan sepupuku yang dulu ketika kecil belum memiliki payudara sekarang, aku dapat meremas payudara besarnya itu. Sungguh inikah surga dunia.
Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan permainan mereka. Ku rasakan penisku mulai berkedut-kedut aku merasakan spermaku akan segera muntah keluar. Serangan keduanya semakin intens dan gencar membuat pertahananku semakin lemah.
“Ahmm...”aku mendesah bersamaan dengan melesatnya spermaku menembak di dalam rongga mulut Marni. Bibir kecil Marni
jelas tidak dapat menampung semua spermaku. Susan yang sudah tahu aku sudah memperoleh tembakan pertamaku segera menghampiri Marni yang masih membiarkan mulutnya berada di ujung penisku, seakan tidak mau menyisakan spermaku terbuang percuma.
Sungguh mengejutkanku Susan tiba-tiba menarik Marni dan mencium bibir Marni. Keduanya berbagi spermaku dengan mulut mereka. Sungguh gila, sungguh eksotis melihat dua bidadari sedang berciuman berbagi makanan, spermaku. Mereka berdua nampak tenggelam dalam birahi. Aku yang menyaksikan itu hanya tertegun dan sesekali menelan ludah. Barukali ini aku melihat secara langsung dua orang gadis dalam keadaaan sama-sama telanjang berciuman dengan mesra dan kini keduanya malah saling raba dan saling gesek.
Payudara Marni dan Susan kini beradu, keduanya sangat menikmati momen itu. Namun, sungguh menjengkelkan seorang laki-laki dengan penis yang mengacung keras dibiarkan begitu saja. Aku sebenarnya tidak ingin mengganggu kesenangan mereka namun, apa artinya aku sebagai lelaki.
“Ehmm...”aku berdehem sambil kemudian bangkit dari bathup dan segera meraih handuk menutupi selangkanganku yang masih membengkak.
Marni dan Susan terkejut keduanya nampak kebingungan, namun tiba-tiba tersenyum. Mereka berdua kemudian mengikutiku ke luar menuju ke kamar. Sebuah surprise lagi ku dapatkan di atas kasur pembaringan, sebuah tubuh indah dibalut dengan lingerie bermotif macan, yang sangat seksi, rupanya Revita benar-benar sudah menyiapkan segalanya. Yang aku tidak habis pikir adalah bagaimana cara dia membawa Marni dan Susan ke dalam permainan ini.
“Eit...Marni, Susan, keringin dulu badan kalian!”kata Istriku ketika kedua gadis itu ingin bergabung dengannya.
Revita kemudian mendekat ke arahku yang masih berdiri, bengong menyaksikan betapa liarnya dirinya. Ku pikir istriku benar-benar binal malam ini, aku baru tahu ternyata istriku nakal juga. Padahal selama ini dia yang ku kenal cukup alim dan kalem.
Istriku, berdiri di depanku mengarahkan tangannya ke depan seperti harimau, sambil mengaum-aum lucu. Justru, gairahku semakin meningkat dengan cepat ku terkam tubuhnya dan kami pun langsung terjatuh ke kasur bertindihan, ku tindih tubuh istriku tepat dibawahku. Penisku seakan-akan tergencet, lumayan sakit, namun hanya sesaat. Dengan setengah merangkak ku ciumi wajahnya dengan rakus, sementara tangan istriku sudah bergerak menyingkap handuk yang menyelimuti selangkanganku.
Handuk itu pun sudah terbang entah kemana. Kini aku sepenuhnya telanjang sedang menggumuli tubuh seksi dihadapanku. Revita nampak terengah-engah menghadapi seranganku, entah mengapa aku merasa sangat perkasa malam ini.
Ku rasakan penisku dijamah tangan halus dari belakang. Aku melihat sekilas rupanya Susan dan Marni sedang memperebutkan penisku. Mereka nampak sangat menggairahkan sekali, apalagi dengan balutan busana yang entah kapan mereka pakai. Marni dengan wajah polos cantiknya entah sejak kapan sudah memakai lingerie warna hitam, Susan pun tidak kalah seksi dalam balutan HEM warna putih tanpa pakaian dalam, karena semuanya tercetak jelas disana. Aku tahu pasti itu adalah baju kerjaku.
Aku sungguh-sungguh jadi seorang raja malam ini. Tiga tubuh wanita cantik akan menjadi makan malamku kali ini. Dua diantaranya ku tahu masih perawan. Namun, Revita Istriku bukan wanita sembarangan sekalipun sudah ku tusuk berkali-kali vaginanya memang tetap rapat seperti perawan.
Ku rasakan kini bahkan ketika ku jilati leher Revita, lubang anusku seperti dijilati sesuatu.
“Ah...”aku menggelinjang kegelian. Susan sedang mencumbui lubang analku. Tangannya meremas kuat-kuat pantat kekarku dan Marni asyik menyedoti penisku. Aku benar-benar tidak kuasa menghadapi semua ini. Benar-benar, sebuah permainan seks yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Aku benar-benar tidak tahan lagi aku bangkit dari kasur meninggalkan tubuh istriku yang masih terengah-engah sehabis menerima seranganku, lingerienya nampak sudah berantakan. Aku berdiri dengan angkuh menatap ketiga wanita yang sedang dilanda hawa nafsu. Aku merasa mereka seperti lebih liar-lebih panas dan lebih menggairahkan.
Ku tarik badan mungil Marni dalam pelukanku ku ciumi bibir dan lehernya hingga dia merintih-rintih kegelian. Susan memeluk tubuhku dari belakang menempelkan bukit indahnya ke punggungku sembari tangannya mempermainkan batang penisku dari belakang. Aku bagai sandwich diantara dua roti.
Tubuhku seakan-akan hilang keseimbangan hingga hampir saja kami bertiga menjatuhi tubuh istriku Revita yang masih tergeletak di kasur menanti kenikmatan selanjutnya. Istriku rupanya dengan cepat menghindar dan akhirnya kini aku berada diantara ketiga wanita seksi yang siap disetubuhi dengan batang penisku yang keras bagai tugu monas.
Susan yang bersebelahan dengan Istriku kemudian mendapat serangan dari Istriku Revita, untuk kedua kalinya aku melihat lagi. Dua wanita saling bercumbu dan saling merangsang satu sama lain. Aku sendiri tidak mau ketinggalan hanya menonton segera ku raih tubuh Marni dan segera ku lumat bibir Marni, suara desahan Marni semakin menjadi manakala kedua puting susunya ku pelintir keras. Desahan demi desahan semakin mewarnai ruangan itu. Lingerie marni sungguh sangat seksi dan sangat mudah sekali mengakses area-area vital di tubu Marni tanpa melepas ligerie itu. Aku lihat permainan Istriku dan Revita semakin panas, Susan mengangkangi wajah istriku, sementara istriku mencumbui vagina Susan, aku makin bergairah melihat permainan panas mereka. Tubuh Marni ku posisikan merangkak, dari belakang Marni aku jilati permukaan vagina Marni hingga terkadang menyentuh anusnya. Lubang vagina Marni, semakin basah dan menganga seakan-akan minta untuk segera disetubuhi. Ku tepiskan G-string yang masih menyangkut di selangkan Marni, sangat mudah melepas g-string basah itu. Dengan sigap ku posisikan diriku. Susan dan Revita, sempat berhenti sejenak melihatku yang siap menjebol lubang perawan Marni. Ku tempatkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya, kali ini aku bersiap memetik keperawanan gadis itu.
Susan dan Revita, sempat tertegun namun keduanya kemudian tenggelam lagi dalam cumbuan mereka. Mereka berdua kini saling jilat dan saling hisap. Rintihan demi rintihan semakin riuh, ketika Marni ikut mendesah-desah karena penisku yang semakin menusuk ke dalam lubang vaginanya. Kepala penisku telah terjepit diantara bibir vaginanya, ku dorong lebih dalam dan lebih dalam, ku tarik keluar lagi. Ku tarik ulur penisku dalam vagina Marni yang sudah basah. Meskipun demikian Marni adalah seorang perawan tidak mudah bagi vagina Marni untuk langsung menerima penis besar di dalam vaginanya.
“Ayo Pa...Lakukan Pa...”Pinta Marni. Aku semakin bersemangat mendengar itu.
“Sak...kit..Pa...”jerit Marni ketika ku lesakkan lebih dalam penisku dalam vaginanya.
Nampaknya hal itu, mengganggu Susan dan Revita. Mereka berdua menghampiri kami dan dengan sigap Revita membentangkan bibir vagina Marni lebih lebar. Sementara Susan menyodorkan payudaranya kepada Marni. Penisku pelan-pelan bisa masuk lebih dalam dengan bantuan dari Istriku. Marni, mengurangi rasa sakitnya dengan menghisap puting susu Susan.
“Bless!”ku hentakkan penisku kuat, jebol sudah pertahanan Marni. Susan menjerit ketika Marni menggigit puting susunya bersamaan dengan amblasnya seluruh batang penisku. Penisku seakan menyentuh hingga ke rahim Marni. Nampak senyum puas di wajah Istriku. Revita kemudian menciumku. Ku balas ciumannya dengan tidka kalah mesra. Tangan kananku meremas payudara Revita dari luar lingerie tipisnya, sambil ku genjot penisku di dalam lubang vagina Marni.
“Ah....ah....ah....”Marni mendesah keenakan. Apalagi Susan kini sudah telentang di bawah Marni menghisapi dan mempermainkan payudara Marni.
“Enyak...”Marni menceracau.
Tetesan peluh membasahi tubuh kami berempat. Revita masih asyik bercumbu denganku. Susan pun masih asyik memainkan payudara Marni. Ku genjot terus penisku dalam vagina Marni yang sempit itu. Ku rasakan gesekan demi gesekan membuat pinggul Marni semakin liar.
Ku rasakan vagina Marni berdenyut menandakan dia akan segera mencapai klimaks. Aku semakin cepat memacu penisku hingga akhirnya tubuh Marni menegang.
“Ahhhh....”desahan panjang di sertai dengan semburan panas di dalam vagina Marni. Tubuh Marni ambruk ke samping, ku lihat darah bercampur mani Marni berceceran di selangkangan Marni. Untung saja Marni ambruk ke samping, Susan pasti akan tergencet tubuh Marni. Revita yang masih bergelayut padaku segera ku dorong kepalanya tepat jatuh diatas perut Susan. Jadilah perut Susan menjadi bantal. Dalam posisi itu, ku buka lebar paha Revita, ku rentangkan sangat lebar, celana dalam tipis yang dia kenakan aku tarik hingga sobek. Bret!
Revita sempat terkaget. Namun tak lama karena penisku tiba-tiba aku hujamkan sedalam-dalamnya tanpa peringatan. Revita mengerang keenakan, ketika bagai seorang kesetanan ku genjot vaginanya. Marni nampak mengambil nafas ada raut puas diwajahnya. Susan, aku tidakmembiarkan dia nganggur begitu saja. Tubuh telanjang Susan yang kini menjadi bantal bagi Istriku memudahkanku mempermainkan payudaranya yang besar meskipun punya Revita memang paling besar. Ku hisap dan ku jilati payudara Susan. Tangan kananku memainkan klitoris Susan. Sementara tangan kiriku ku gunakan sebagai tumpuan. Pinggulku dan pinggul Revita masih beradu. Cukup lama, bagiku untuk mengalahkan Revita, entah sejak kapan Istriku menjadi begitu kuat.
Hingga lima belas menit kemudian kaki istriku mengapit pinggangku erat dan kurasakan Susan membenamkan kapalaku di dalam dadanya dalam-dalam. Kedua wanita itu mengerang bersamaan.
“Arghh.....”Revita menjerit.
“Awh.....”Susan menjerit lebih gila. Cairan vaginanya menyemprot keras. Squirting! Baru kali ini ku lihat itu. Mereka berdua nampak puas sekali. Namun, aku masih belum terkalahkan, masih ada satu lubang perawan yang harus ku bobol malam
ini. Susan. Vagina Susan.
“Plop!”bunyi suara ketika penisku terlepas dari vagina Revita.
Nampaknya Revita paham dengan maksudku sehingga dia segera beringsut agak menjauh dari Susan ke dekat Marni yang masih meresapi kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
Ku tarik kaki jenjang Susan, ku buka kedua paha mulus itu. Vagina Susan yang baru saja klimaks benar-benar membuatku terangsang. Ku cium vagina itu aromanya lebih kuat dibanding terakhir kali ku ingat. Ku mainkan vagina Susan dengan lidahku, begitu liar dan begitu ganas.
Tangan Susan menjambak-jambak rambutku, aku rasa Susan benar-benar menikmati permainan lidahku. Aku cukup puas memainkan vagina Susan dengan lidahku, namun aku tidak akan membiarkan keperawanan Susan terlalu lama.
Aku pun segera menempatkan diriku diantara kedua pahanya, dengan setengah jongkok ku bimbing kepala penisku mencari lubang kenikmatan Susan.
Ku rasakan vagina Susan begitu ketat seperti vagina Marni. Namun, karena vagina Susan sangat basah, aku tidak terlalu kesulitan memasukkan penisku lebih dalam. Ku dorong lebih dalam ketika penisku sudah sepertiganya masuk. Susan nampak menahan nafas ketika ku dorong semakin dalam. Tanpa aba-aba segera ku tusukkan dengan kuat penisku ke dalam vagina Susan, hingga ku rasakan robekan selaput tipis di dalam vagina Susan.
“Argh...Mmm...”Susan meraih bibirku ketika ku hujamkan penisku dalam-dalam.
Pelan-pelan ku biarkan Susan mengambil alih, rupanya Susan sudah terangsang hebat. Pinggulnya ia putar-putar sendiri mencari kenikmatan. Aku pun tidak mau membiarkan dia menderita sendiri, segera ku goyangkan pinggulku di dalam vaginanya.
“Plok...plok...plok...”suara pinggul kami beradu sama seperti ketika ku mainkan penisku di dalam vagina Marni dan Revita.
“Ah...ah...ah...ena...nak....Pa...”Aku dengar Susan memanggilku Papa, pasti kerjaan Revita, biarlah aku semakin bergairah mendapat sambutan itu. Tidak lama kemudian.
“Papa...Su...su...san...nyampe....Ah.....”Susan melenguh disertai cairan menyemprot kuat di dalam vaginanya. Panas. Aku merasakan penisku sangat panas, segera ku cabut saja penisku darinya dan cairan kewanitaan Susan menyemprot mukaku. Wajahku basah kuyup.
“Maaf...Pa...”kata Susan lirih.
Segera ku raih tubuh Istriku, dan kemudian ku masukkan penisku dalam vaginanya. Revita yang sudah cukup lelah, hanya pasrah saja tubuh seksinya menjadi bulan-bulananku. Hingga 15 menit kemudian ku semburkan spermaku dalam vagina Istriku.
Aku masih tanggung penisku masih sehat berdiri apa yang salah denganku, namun ketiga wanitaku sudah terkapar kelelahan padahal baru satu babak. Aku pikir mereka kehabisan tenaga karena terlalu bersemangat melayaniku. Aku kehausan ku cari minum di kulkas mini kamar namun ternyata airnya habis.
Ah..padahal aku masih ingin merasakan kenikmatan bersama mereka bertiga. Malam sudah agak naik sudah sekitar jam 11 malam, sudah cukup lama rupanya ketiga bidadarku ini, hampir 3 jam rupanya. Biarlah mereka istirahat sebentar, aku pikir tenaga mereka akan segera pulih. Ku tinggalkan sejenak mereka ke lantai satu menuju dapur. Aku malam itu hanya mengenakan boxer, penisku masih sangat keras dan tegang entah mengapa mungkin karena belum menembakkan sperma lagi. Suasana lantai 1 sudah sangat sepi. Jelas saja karena di lantai hanya ada satu orang saja yaitu Mbok Imah yang kini sudah lelap dalam mimpi. Dia tentu saja tidak tahu, cucunya sudah kehilangan keperawanannya di ujung penis tegangku ini.
Ku raih sebotol air dingin dari kulkas dan ku minum.
“Ah segar.”aku membatin.
“Tok...tok..tok...tok...”pintu ruang depan di ketuk-ketuk dengan kasar.
“Siapa malam-malam begini? Kasar amat sih”pikirku.
Aku pun segera menuju ke depan dan ku longok melalui jendela. Seorang gadis dengan pakain seksi, tubuhnya terbalut dres hitam tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah, mengetuk-ngetuk pintu. Nampaknya wanita itu mabuk.
Ku dengar dia berkata,”Pa...bukain pintunya cepet!”
Bersambung....
POV: Papa
Preview Last Episode
“Papa kok main sendiri?”suara Istriku terdengar di telingaku.
“Mama.....ah Mama kok genit sih.....”kataku. Aku mencoba menebak.
Ku coba melepas tangan itu, namun ku dengar Istriku berkata.
“Eit..tunggu dulu.”suara Istriku.
Kemudian ku rasakan ada yang menjamah penisku. Ku pikir-pikir lagi bagaimana bisa mataku di tutup dengan dua tangan. Kalau yang menutup mataku adalah istriku lalu siapa yang memegang penisku? Aku berspekulasi......
“Ini makan malam istimewa buat Papa.....”
--
Istriku benar-benar memberikan sesuatu yang sangat mengejutkan, aku tahu pasti dia tidak sendirian di dalam kamar mandi ini. Aku mencoba menebak, Marni atau Susan. Aku benar-benar penasaran. Penisku sudah menegang sangat keras daritadi apalagi setelah ku minum, sebotol minuman dari istriku entah apa. Apalagi ditambah dengan kocokan halus di batang penisku. Rasanya sungguh-sungguh nikmat.
“Sekarang Papa boleh buka mata Papa!”suara Istriku Revita memberi perintah.
Tangan yang tadinya menutup mataku pun akhirnya di lepas dan alangkah terkejutnya aku, ternyata Istriku sudah berada di depanku hanya memakai kaos bertuliskan Touch Me di bagian dada, puting susunya nampak menonjol, kelihatan sekali puting susu itu mengeras ditambah dengan vaginanya yang sepertinya sudah basah.
Marni, rupanya Marni sudah telanjang bulat sedang mengocok penisku di pinggiran bathup. Aku semakin terkejut ketika
menolehkan kepalaku ke belakang. Susan! Bagaimana bisa mereka bertiga ada disini. Tidak habis pikirku.
“Ini rencana Mama, Pa”Kata Marni kemudian mencaplok penisku.
“Ah...”aku mengerang kaget mendapat serangan mendadak.
Susan yang ada di belakangku pun tidak mau ketinggalan segera saja dia menjilati daun telingaku. Geli dan merinding seluruh urat syaraf di tubuhku. Revita sendiri belum ikut bergabung dengan kami, bayangannya menghilang dari depan mataku. Sambil ku nikmati permainan kedua gadis itu, aku mencari-cari Revita Istriku, namun sosoknya ternyata memang tidak ada di ruangan itu.
Marni semakin asyik dengan permainan mulutnya di batang penisku yang pangkalnya masih tenggelam di dalam air. Sementara Susan telah beradu mulut denganku, tangan Susan mengelus-elus dadaku gemricik air menjadi saksi kemesuman kami bertiga. Kemana Revita, apakah dia membiarkan saja suaminya berlaku nakal.
Aku semakin tidak karuan merasakan kenikmatan yang diberikan kedua gadis belia itu. Marni, yang sedang dalam masa pertumbuhan, payudara,pinggang dan pantatnya benar-benar seksi sekali. Susan sepupuku yang dulu ketika kecil belum memiliki payudara sekarang, aku dapat meremas payudara besarnya itu. Sungguh inikah surga dunia.
Aku benar-benar sudah tidak tahan dengan permainan mereka. Ku rasakan penisku mulai berkedut-kedut aku merasakan spermaku akan segera muntah keluar. Serangan keduanya semakin intens dan gencar membuat pertahananku semakin lemah.
“Ahmm...”aku mendesah bersamaan dengan melesatnya spermaku menembak di dalam rongga mulut Marni. Bibir kecil Marni
jelas tidak dapat menampung semua spermaku. Susan yang sudah tahu aku sudah memperoleh tembakan pertamaku segera menghampiri Marni yang masih membiarkan mulutnya berada di ujung penisku, seakan tidak mau menyisakan spermaku terbuang percuma.
Sungguh mengejutkanku Susan tiba-tiba menarik Marni dan mencium bibir Marni. Keduanya berbagi spermaku dengan mulut mereka. Sungguh gila, sungguh eksotis melihat dua bidadari sedang berciuman berbagi makanan, spermaku. Mereka berdua nampak tenggelam dalam birahi. Aku yang menyaksikan itu hanya tertegun dan sesekali menelan ludah. Barukali ini aku melihat secara langsung dua orang gadis dalam keadaaan sama-sama telanjang berciuman dengan mesra dan kini keduanya malah saling raba dan saling gesek.
Payudara Marni dan Susan kini beradu, keduanya sangat menikmati momen itu. Namun, sungguh menjengkelkan seorang laki-laki dengan penis yang mengacung keras dibiarkan begitu saja. Aku sebenarnya tidak ingin mengganggu kesenangan mereka namun, apa artinya aku sebagai lelaki.
“Ehmm...”aku berdehem sambil kemudian bangkit dari bathup dan segera meraih handuk menutupi selangkanganku yang masih membengkak.
Marni dan Susan terkejut keduanya nampak kebingungan, namun tiba-tiba tersenyum. Mereka berdua kemudian mengikutiku ke luar menuju ke kamar. Sebuah surprise lagi ku dapatkan di atas kasur pembaringan, sebuah tubuh indah dibalut dengan lingerie bermotif macan, yang sangat seksi, rupanya Revita benar-benar sudah menyiapkan segalanya. Yang aku tidak habis pikir adalah bagaimana cara dia membawa Marni dan Susan ke dalam permainan ini.
“Eit...Marni, Susan, keringin dulu badan kalian!”kata Istriku ketika kedua gadis itu ingin bergabung dengannya.
Revita kemudian mendekat ke arahku yang masih berdiri, bengong menyaksikan betapa liarnya dirinya. Ku pikir istriku benar-benar binal malam ini, aku baru tahu ternyata istriku nakal juga. Padahal selama ini dia yang ku kenal cukup alim dan kalem.
Istriku, berdiri di depanku mengarahkan tangannya ke depan seperti harimau, sambil mengaum-aum lucu. Justru, gairahku semakin meningkat dengan cepat ku terkam tubuhnya dan kami pun langsung terjatuh ke kasur bertindihan, ku tindih tubuh istriku tepat dibawahku. Penisku seakan-akan tergencet, lumayan sakit, namun hanya sesaat. Dengan setengah merangkak ku ciumi wajahnya dengan rakus, sementara tangan istriku sudah bergerak menyingkap handuk yang menyelimuti selangkanganku.
Handuk itu pun sudah terbang entah kemana. Kini aku sepenuhnya telanjang sedang menggumuli tubuh seksi dihadapanku. Revita nampak terengah-engah menghadapi seranganku, entah mengapa aku merasa sangat perkasa malam ini.
Ku rasakan penisku dijamah tangan halus dari belakang. Aku melihat sekilas rupanya Susan dan Marni sedang memperebutkan penisku. Mereka nampak sangat menggairahkan sekali, apalagi dengan balutan busana yang entah kapan mereka pakai. Marni dengan wajah polos cantiknya entah sejak kapan sudah memakai lingerie warna hitam, Susan pun tidak kalah seksi dalam balutan HEM warna putih tanpa pakaian dalam, karena semuanya tercetak jelas disana. Aku tahu pasti itu adalah baju kerjaku.
Aku sungguh-sungguh jadi seorang raja malam ini. Tiga tubuh wanita cantik akan menjadi makan malamku kali ini. Dua diantaranya ku tahu masih perawan. Namun, Revita Istriku bukan wanita sembarangan sekalipun sudah ku tusuk berkali-kali vaginanya memang tetap rapat seperti perawan.
Ku rasakan kini bahkan ketika ku jilati leher Revita, lubang anusku seperti dijilati sesuatu.
“Ah...”aku menggelinjang kegelian. Susan sedang mencumbui lubang analku. Tangannya meremas kuat-kuat pantat kekarku dan Marni asyik menyedoti penisku. Aku benar-benar tidak kuasa menghadapi semua ini. Benar-benar, sebuah permainan seks yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Aku benar-benar tidak tahan lagi aku bangkit dari kasur meninggalkan tubuh istriku yang masih terengah-engah sehabis menerima seranganku, lingerienya nampak sudah berantakan. Aku berdiri dengan angkuh menatap ketiga wanita yang sedang dilanda hawa nafsu. Aku merasa mereka seperti lebih liar-lebih panas dan lebih menggairahkan.
Ku tarik badan mungil Marni dalam pelukanku ku ciumi bibir dan lehernya hingga dia merintih-rintih kegelian. Susan memeluk tubuhku dari belakang menempelkan bukit indahnya ke punggungku sembari tangannya mempermainkan batang penisku dari belakang. Aku bagai sandwich diantara dua roti.
Tubuhku seakan-akan hilang keseimbangan hingga hampir saja kami bertiga menjatuhi tubuh istriku Revita yang masih tergeletak di kasur menanti kenikmatan selanjutnya. Istriku rupanya dengan cepat menghindar dan akhirnya kini aku berada diantara ketiga wanita seksi yang siap disetubuhi dengan batang penisku yang keras bagai tugu monas.
Susan yang bersebelahan dengan Istriku kemudian mendapat serangan dari Istriku Revita, untuk kedua kalinya aku melihat lagi. Dua wanita saling bercumbu dan saling merangsang satu sama lain. Aku sendiri tidak mau ketinggalan hanya menonton segera ku raih tubuh Marni dan segera ku lumat bibir Marni, suara desahan Marni semakin menjadi manakala kedua puting susunya ku pelintir keras. Desahan demi desahan semakin mewarnai ruangan itu. Lingerie marni sungguh sangat seksi dan sangat mudah sekali mengakses area-area vital di tubu Marni tanpa melepas ligerie itu. Aku lihat permainan Istriku dan Revita semakin panas, Susan mengangkangi wajah istriku, sementara istriku mencumbui vagina Susan, aku makin bergairah melihat permainan panas mereka. Tubuh Marni ku posisikan merangkak, dari belakang Marni aku jilati permukaan vagina Marni hingga terkadang menyentuh anusnya. Lubang vagina Marni, semakin basah dan menganga seakan-akan minta untuk segera disetubuhi. Ku tepiskan G-string yang masih menyangkut di selangkan Marni, sangat mudah melepas g-string basah itu. Dengan sigap ku posisikan diriku. Susan dan Revita, sempat berhenti sejenak melihatku yang siap menjebol lubang perawan Marni. Ku tempatkan kepala penisku tepat di depan lubang vaginanya, kali ini aku bersiap memetik keperawanan gadis itu.
Susan dan Revita, sempat tertegun namun keduanya kemudian tenggelam lagi dalam cumbuan mereka. Mereka berdua kini saling jilat dan saling hisap. Rintihan demi rintihan semakin riuh, ketika Marni ikut mendesah-desah karena penisku yang semakin menusuk ke dalam lubang vaginanya. Kepala penisku telah terjepit diantara bibir vaginanya, ku dorong lebih dalam dan lebih dalam, ku tarik keluar lagi. Ku tarik ulur penisku dalam vagina Marni yang sudah basah. Meskipun demikian Marni adalah seorang perawan tidak mudah bagi vagina Marni untuk langsung menerima penis besar di dalam vaginanya.
“Ayo Pa...Lakukan Pa...”Pinta Marni. Aku semakin bersemangat mendengar itu.
“Sak...kit..Pa...”jerit Marni ketika ku lesakkan lebih dalam penisku dalam vaginanya.
Nampaknya hal itu, mengganggu Susan dan Revita. Mereka berdua menghampiri kami dan dengan sigap Revita membentangkan bibir vagina Marni lebih lebar. Sementara Susan menyodorkan payudaranya kepada Marni. Penisku pelan-pelan bisa masuk lebih dalam dengan bantuan dari Istriku. Marni, mengurangi rasa sakitnya dengan menghisap puting susu Susan.
“Bless!”ku hentakkan penisku kuat, jebol sudah pertahanan Marni. Susan menjerit ketika Marni menggigit puting susunya bersamaan dengan amblasnya seluruh batang penisku. Penisku seakan menyentuh hingga ke rahim Marni. Nampak senyum puas di wajah Istriku. Revita kemudian menciumku. Ku balas ciumannya dengan tidka kalah mesra. Tangan kananku meremas payudara Revita dari luar lingerie tipisnya, sambil ku genjot penisku di dalam lubang vagina Marni.
“Ah....ah....ah....”Marni mendesah keenakan. Apalagi Susan kini sudah telentang di bawah Marni menghisapi dan mempermainkan payudara Marni.
“Enyak...”Marni menceracau.
Tetesan peluh membasahi tubuh kami berempat. Revita masih asyik bercumbu denganku. Susan pun masih asyik memainkan payudara Marni. Ku genjot terus penisku dalam vagina Marni yang sempit itu. Ku rasakan gesekan demi gesekan membuat pinggul Marni semakin liar.
Ku rasakan vagina Marni berdenyut menandakan dia akan segera mencapai klimaks. Aku semakin cepat memacu penisku hingga akhirnya tubuh Marni menegang.
“Ahhhh....”desahan panjang di sertai dengan semburan panas di dalam vagina Marni. Tubuh Marni ambruk ke samping, ku lihat darah bercampur mani Marni berceceran di selangkangan Marni. Untung saja Marni ambruk ke samping, Susan pasti akan tergencet tubuh Marni. Revita yang masih bergelayut padaku segera ku dorong kepalanya tepat jatuh diatas perut Susan. Jadilah perut Susan menjadi bantal. Dalam posisi itu, ku buka lebar paha Revita, ku rentangkan sangat lebar, celana dalam tipis yang dia kenakan aku tarik hingga sobek. Bret!
Revita sempat terkaget. Namun tak lama karena penisku tiba-tiba aku hujamkan sedalam-dalamnya tanpa peringatan. Revita mengerang keenakan, ketika bagai seorang kesetanan ku genjot vaginanya. Marni nampak mengambil nafas ada raut puas diwajahnya. Susan, aku tidakmembiarkan dia nganggur begitu saja. Tubuh telanjang Susan yang kini menjadi bantal bagi Istriku memudahkanku mempermainkan payudaranya yang besar meskipun punya Revita memang paling besar. Ku hisap dan ku jilati payudara Susan. Tangan kananku memainkan klitoris Susan. Sementara tangan kiriku ku gunakan sebagai tumpuan. Pinggulku dan pinggul Revita masih beradu. Cukup lama, bagiku untuk mengalahkan Revita, entah sejak kapan Istriku menjadi begitu kuat.
Hingga lima belas menit kemudian kaki istriku mengapit pinggangku erat dan kurasakan Susan membenamkan kapalaku di dalam dadanya dalam-dalam. Kedua wanita itu mengerang bersamaan.
“Arghh.....”Revita menjerit.
“Awh.....”Susan menjerit lebih gila. Cairan vaginanya menyemprot keras. Squirting! Baru kali ini ku lihat itu. Mereka berdua nampak puas sekali. Namun, aku masih belum terkalahkan, masih ada satu lubang perawan yang harus ku bobol malam
ini. Susan. Vagina Susan.
“Plop!”bunyi suara ketika penisku terlepas dari vagina Revita.
Nampaknya Revita paham dengan maksudku sehingga dia segera beringsut agak menjauh dari Susan ke dekat Marni yang masih meresapi kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
Ku tarik kaki jenjang Susan, ku buka kedua paha mulus itu. Vagina Susan yang baru saja klimaks benar-benar membuatku terangsang. Ku cium vagina itu aromanya lebih kuat dibanding terakhir kali ku ingat. Ku mainkan vagina Susan dengan lidahku, begitu liar dan begitu ganas.
Tangan Susan menjambak-jambak rambutku, aku rasa Susan benar-benar menikmati permainan lidahku. Aku cukup puas memainkan vagina Susan dengan lidahku, namun aku tidak akan membiarkan keperawanan Susan terlalu lama.
Aku pun segera menempatkan diriku diantara kedua pahanya, dengan setengah jongkok ku bimbing kepala penisku mencari lubang kenikmatan Susan.
Ku rasakan vagina Susan begitu ketat seperti vagina Marni. Namun, karena vagina Susan sangat basah, aku tidak terlalu kesulitan memasukkan penisku lebih dalam. Ku dorong lebih dalam ketika penisku sudah sepertiganya masuk. Susan nampak menahan nafas ketika ku dorong semakin dalam. Tanpa aba-aba segera ku tusukkan dengan kuat penisku ke dalam vagina Susan, hingga ku rasakan robekan selaput tipis di dalam vagina Susan.
“Argh...Mmm...”Susan meraih bibirku ketika ku hujamkan penisku dalam-dalam.
Pelan-pelan ku biarkan Susan mengambil alih, rupanya Susan sudah terangsang hebat. Pinggulnya ia putar-putar sendiri mencari kenikmatan. Aku pun tidak mau membiarkan dia menderita sendiri, segera ku goyangkan pinggulku di dalam vaginanya.
“Plok...plok...plok...”suara pinggul kami beradu sama seperti ketika ku mainkan penisku di dalam vagina Marni dan Revita.
“Ah...ah...ah...ena...nak....Pa...”Aku dengar Susan memanggilku Papa, pasti kerjaan Revita, biarlah aku semakin bergairah mendapat sambutan itu. Tidak lama kemudian.
“Papa...Su...su...san...nyampe....Ah.....”Susan melenguh disertai cairan menyemprot kuat di dalam vaginanya. Panas. Aku merasakan penisku sangat panas, segera ku cabut saja penisku darinya dan cairan kewanitaan Susan menyemprot mukaku. Wajahku basah kuyup.
“Maaf...Pa...”kata Susan lirih.
Segera ku raih tubuh Istriku, dan kemudian ku masukkan penisku dalam vaginanya. Revita yang sudah cukup lelah, hanya pasrah saja tubuh seksinya menjadi bulan-bulananku. Hingga 15 menit kemudian ku semburkan spermaku dalam vagina Istriku.
Aku masih tanggung penisku masih sehat berdiri apa yang salah denganku, namun ketiga wanitaku sudah terkapar kelelahan padahal baru satu babak. Aku pikir mereka kehabisan tenaga karena terlalu bersemangat melayaniku. Aku kehausan ku cari minum di kulkas mini kamar namun ternyata airnya habis.
Ah..padahal aku masih ingin merasakan kenikmatan bersama mereka bertiga. Malam sudah agak naik sudah sekitar jam 11 malam, sudah cukup lama rupanya ketiga bidadarku ini, hampir 3 jam rupanya. Biarlah mereka istirahat sebentar, aku pikir tenaga mereka akan segera pulih. Ku tinggalkan sejenak mereka ke lantai satu menuju dapur. Aku malam itu hanya mengenakan boxer, penisku masih sangat keras dan tegang entah mengapa mungkin karena belum menembakkan sperma lagi. Suasana lantai 1 sudah sangat sepi. Jelas saja karena di lantai hanya ada satu orang saja yaitu Mbok Imah yang kini sudah lelap dalam mimpi. Dia tentu saja tidak tahu, cucunya sudah kehilangan keperawanannya di ujung penis tegangku ini.
Ku raih sebotol air dingin dari kulkas dan ku minum.
“Ah segar.”aku membatin.
“Tok...tok..tok...tok...”pintu ruang depan di ketuk-ketuk dengan kasar.
“Siapa malam-malam begini? Kasar amat sih”pikirku.
Aku pun segera menuju ke depan dan ku longok melalui jendela. Seorang gadis dengan pakain seksi, tubuhnya terbalut dres hitam tanpa lengan dengan belahan dada yang rendah, mengetuk-ngetuk pintu. Nampaknya wanita itu mabuk.
Ku dengar dia berkata,”Pa...bukain pintunya cepet!”
Bersambung....
loading...
0 Response to "Ternyata Suamiku Nakal - 8"
Posting Komentar