Ternyata Suamiku Nakal - 5
EPISODE 5: Datangnya Malaikat.
EPISODE SEBELMUMNYA.
Kedua tanganku memegang pinggul Marni bersiap melakukan serangan.
“Ayo Pa....Marni enak......ah....”desah Marni sambil memutar-mutar bokong seksinya.
Aku sudah sangat bernafsu sekali. Seperempat penisku sudah tenggelam di telan vagina Marni. Sementara Marni nungging pasrah dengan kepala ditaruh di bantal dan bokong yang mencuat tinggi siap digempur.
Tiba tiba....
“Papa!”
----
Point of View: Revita
Malam itu, aku terbangun dari tidurku aku merasa sangat gerah, rasa-rasanya AC di kamarku tidak berfungsi. Suamiku? Semalam usai bercinta dia memelukku tapi sekarang entah dia dimana. Mungkin sedang sibuk di ruang kerjanya pikirku.
Sejenak ku ingat permainan suamiku tadi malam. Ah...puas sekali. Benar-benar tiada duanya. Ku nyalakan lampu di kamar, ku lihat sendiri tubuh telanjangku masih menyisakan banyak bekas cupang kemerah-merahan di payudaraku. Jadi, kepengen lagi. Sepintas ku lihat jam di dinding. Masih jam 01.23.
“Haus.”aku membatin segera ku kenakan daster tanpa pakaian dalam. Lagipula satu-satunya pria di rumah ini hanya suamiku saja.
Aku beranjak menuju dapur di lantai 1. Ketika ku ambil air dari kulkas aku mendengar desahan-desahan aneh dari kamar Marni. Seperti suara desahan orang sedang bercinta pikirku. Ku hampiri kamar Marni yang memang tidak jauh dari dapur.
“Aneh.”pikirku.
Ku dengar desahan-desahan semakin jelas ketika aku semakin dekat dengan pintu kamar Marni. Ku lihat ada cahaya keluar dari balik daun pintu kamar Marni. Untung saja penerangan kamar Marni jauh lebih terang daripada di luar kamar. Memang kami punya kebiasaan mematikan lampu-lampu utama dan hanya menggunakan
lampu tidur saja.
Pelan-pelan ku dekati pintu itu, agar tidak menimbulkan kekagetan. Astaga, apa ini. Ku lihat Marni sedang menggoyangkan bokongnya nungging.
“Ayo Pa....Marni enak......ah....”desah Marni.
“Papa!”
Suaraku tercekat.
Rupanya laki-laki yang sedang berdiri dibelakang menyetubuhi Marni adalah suamiku sendiri. Aku baru tahu ternyata suamiku nakal. Benar-benar nakal. Selama ini aku memang menutup mata perihal hubungan suamiku dengan wanita-wanita di luar rumah, selama perhatian dan kasih sayangnya tetap dicurahkan kepadaku. Tapi, apa yang ku lihat kini benar-benar menyesakkan. Gadis yang menjadi pelampiasan nafsu suamiku adalah Marni. Gadis yang selama ini ku kenal cukup baik. Apakah dia telah menjadi selingkuhan suamiku. Aku hanya menduga-duga. Entah siapa yang menggoda duluan. Entah, suamiku atau Marni yang memulai. Yang jelas kini ku lihat Marni dalam posisi nungging sementara suamiku dibelakang Marni memegang pinggul Marni. Bersiap-siap melakukan penetrasi lebih dalam.
Aku merasa jengah juga mengintip dari celah pintu yang terbuka. Ingin rasanya ku labrak, namun entah mengapa nyaliku ciut melakukannya. Apa yang bisa ku lakukan kini hanyalah menyaksikan suamiku menyetubuhi Marni.
“Ayo Pa, masukin lebih dalam...”Marni merajuk pada Suamiku.
Ku lihat suamiku hanya tersenyum saja. Nampak suamiku memegang batang penisnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang pinggul Marni. Pelan-pelan suamiku menggerakkan bokongnya maju, kemudian mundur begitu seterusnya. Berkali-kali, hingga membuat Marni mendesah-desah tidak karuan. Aku yang menyaksikan pemandangan itu menjadi panas dingin. Terasa ada yang meleleh dari vaginaku, ya ampun aku terangsang melihat suamiku selingkuh di depan mataku.
“Ah...enak Pa...ah...shs...”Marni mendesah tidak karuan.
Aku sendiri menggosok vaginaku dengan jariku sambil tetap mengintip permainan suamiku dengan Marni.
“Ah..”aku mendesah tertahan saat jari-jariku menggesek kelentit vaginaku.
Aku hanya heran kenapa suamiku masih memegangi penisnya. Aku hanya menduga suamiku belum mau menjebol keperawanan Marni. Aku yakin itu. Beberapa menit berlalu. Suamiku mencabut batang penisnya dari vagina Marni, kemudian membalik tubuh Marni telentang.
Ku lihat Suamiku mementangkan kedua kaki Marni lebar-lebar. Sehingga nampak kini vagina tembem Marni begitu merangsang. Aku pun tidak kalah, ku masukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri.
“Ah...shsh....”aku hanya mendesah tertahan.
Kali ini, ku lihat suamiku sudah berjongkok menempatkan dirinya di antara paha Marni. Penis besar suamiku nampak gagah. Mengangguk-angguk mencari mangsanya. Marni sendiri nampak sudah pasrah.
Suamiku dengan lembut, menggosokkan kepala penisnya di bibir vagina Marni.
“Ssss....ashss....ss.sss....en...anyak....Pa....Sh shshsh...”Marni mendesah tak karuan.
Sementara aku semakin kelojotan merasakan sensasi masturbasi sambil mengintip. Apa aku kelainan? Tanyaku sendiri.
Kini bukan hanya gosokan lagi, Papah suamiku mulai mendorong penisnya.
“Clep”kepala penis suamiku sudah menancap di lubang vagina Marni.
“Egh...”Suara Marni tertahan.
Dengan posisi seperti itu, suamiku dengan mudah menggerakkan penisnya maju mundur. Marni sepertinya benar-benar sudah tidak tahan. Kedua kakinya mengapit pinggang suamiku seakan tidak rela melepas penis suamiku dari vaginanya.
“Ssss...sss...ah....ssss...”Marni terus mendesah tidak karuan.
Aku semakin banjir dan semakin panas dingin menyaksikan persetubuhan suamiku. Tidak berapa lama aku pun merasakan ada yang akan segera keluar.
“Ah........”aku mendesah lirih merasakan orgasmeku. Gila baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini.
Sementara di dalam kamar ku lihat tubuh Marni menegang. Tangan Marni memeluk erat suamiku. Kedua kaki Marni tampak mencengkram erat pinggul suamiku.
“Ah.....Pa...pa.....”Marni mendesah merasakan orgasmenya.
Beberapa saat kemudian, nampak tubuh Marni melemas, kedua kaki yang tadinya mencengkeram erat pinggul suamiku melemas, lepas dari pinggul suamiku.
Sementara disana aku yang sedikit lemas akibat orgasme hasil masturbasiku. Ku lihat jelas penis suamiku masih menegang dan hanya seperempatnya saja yang
tenggelam di dalam kemaluan Marni. Dugaanku benar, suamiku belum berani memerawani Marni. Terbukti dia tidak memasukkan seluruh penis besarnya ke dalam lubang vagina Marni.
Suamiku kemudian mencabut penisnya dari lubang vagina Marni, dengan setengah jongkok ku lihat suamiku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya. Tidak beberapa lama suamiku mengangkangi wajah Marni.
“Astaga....”Batinku.
Marni menelan penis suamiku, menelan sperma suamiku. Nampak jelas bibir mungil Marni tidak dapat menampung penis besar suamiku. Hanya kepala penis suamiku yang masuk ke dalam mulut Marni. Ku lihat dengan jelas, dari bibir Marni menetes sperma suamiku. Suamiku pun nampak puas. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping Marni. Keduanya kemudian berciuman sangat lama dan kemudian tubuh keduanya diam. Ku rasa mereka tertidur.
Aku benar-benar merasa cemburu, marah namun juga bergairah. Ingin rasanya aku melihat persetubuhan itu lagi.
“Ah sudahlah biar saja. Suamiku adalah orang yang bertanggung jawab.”pikirku.
Aku segera kembali menuju kamarku, setelah ku bersihkan vaginaku aku beranjak tidur lagi. Jam 3 pagi. Sudah hampir pagi. Aku memejamkan mata dengan sangat sulit namun akhirnya aku pun terlelap.
---
Ku dengar jam weker di kamarku berdering sangat keras. Aku masih telungkap di kasur, tanganku mencari-cari jam weker tersebut, dapat. Ku matikan alarmnya dan ku lirik jam weker itu. Sudah jam 6 pagi. Aku menggeliatkan badanku, dan ku lihat suamiku sudah ada di sampingku masih tertidur. Kapan dia pindah ya. Ku tatap wajah suamiku dengan masih tiduran di kasur. Sebel, gemas, cemburu, marah rasanya melihat wajah tanpa dosa suamiku ini.Padahal jelas-jelas semalam dia berselingkuh dengan Marni. Bisa-bisanya tidur disebelahku seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan gemas ku cubit pipi suamiku.
“Aduduh.....Mam.....ma...mmama....”Suamiku mengaduh.
“Sakit Ma!”suamiku terbangun dengan nada kesal.
“Sudah pagi Papa, tuh lihat Matahari udah mau sarapan.”aku beralasan.
Sebelum suamiku beranjak ke kamar mandi sempat dia merayuku.
“Mama, semalem luar biasa deh, mau lagi dong.”rayu Suamiku.
“Ogah....”jawabku.
“Ah mama...”Suamiku agak ngambek.
“Minta aja sama yang lain weks...”aku ejek suamiku, sengaja menyindir tapi suamiku tetap bersikap biasa.
“Ya sudah deh Papa mandi aja. Huft.”suamiku beranjak ke kamar mandi.
--
Suamiku nampak ganteng dan gagah dengan baju kebesarannya siap berangkat ke kantor. Sementara aku masih mengeringkan rambut basahku. Hari ini aku ada pembukaan butik lagi di daerah Sudirman.
“Pa, papa sarapan dulu deh.”kataku pada suamiku.
“Iya deh Papa turun duluan yah Mah.”kata suamiku.
15 menit aku pun turun menuju ruang makan.
“Kok sepi Mbok, Papa sama Marni mana Mbok?”tanyaku pada Mbok Imah.
“Tadi habis sarapan terus ke depan Ndoro.”Jawab Mbok Imah.
Ku pikir Mbok Imah pun tak tahu hubungan cucunya dengan suamiku. Ku sambar segelas susu dan ku habiskan dengan cepat. Aku segera beranjak ke ruang depan. Ku lihat suamiku sedang memangku Marni. Suamiku maupun Marni tidak menyadari keberadaanku karena aku sengaja pelan-pelan mengendap-endap. Aku penasaran sampai dimana hubungan keduanya.
“Gila...”pikirku.
Rupanya bukan sebuah pangkuan biasa. Ku lihat rok Marni tersingkap dan penis suamiku berada tepat di vagina Marni. Aku yakin penis itu sudah masuk ke dalam sana. Tidak semuanya memang paling tidak kepalanya saja. Ku lihat Marni mendesah desah dalam pangkuan suamiku. Sungguh pemandangan yang menggairahkan melihat seorang remaja duduk di pangku seorang yang cocok di panggil Om.
Aku tidak akan membiarkan kali ini. Dengan sengaja ku panggil mereka berdua.
“Papa, Marni, cepat berangkat entar telat.”kataku.
Aku seakan-akan berjalan dari ruang tengah. Ku lihat suamiku membelakangiku. Marni sendiri membenahi rok seragamnya. Mereka berdua nampak salah tingkah.
“Sudah sana berangkat.”Aku menyuruh suamiku berangkat.
Aku sendiri sudah siap berangkat ke Butik. Tapi aku masih tidak menyangka suamiku senekat itu.
“Huft....sebel.”aku mengumpat sendiri.
Bagaimana tidak di satu sisi aku cemburu. Marah. Kecewa. Namun, di satu sisi aku sangat mencintai suamiku. Sejelek apapun kelakuan dia tetap dia suamiku.
---
Tidak terasa pembukaan Butik di daerah Sudirman cukup lancar. Jam 2 siang aku sudah sampai di rumah. Aku cukup lelah dan ketika aku hendak menuju kamarku. Mbok Imah mengagetkanku.
“Ndoro!”Mbok Imah heboh.
“Kenapa sih Mbok?”tanyaku kalem.
“Tadi ada cewek yang ngaku anaknya Bapak Sudjarwo datang kesini.”cerita Mbok Imah.
“Terus sekarang dimana Mbok?”tanyaku.
“Simbok suruh istirahat di ruang kerja Ndoro Wijaya. Lha wong kamar Marni di kunci, kamar satunya kuncinya Simbok lupa dimana. Maklum sudah tua Ndoro.”
“Ya sudah ga papa Mbok, dia sepupunya Papa Wijaya kok, adik sepupu. Lagian Papa juga aneh adik Bapaknya dipanggilnya Pak Dhe.”ceritaku memang suamiku agak aneh memanggil saudara muda Bapaknya Pak Dhe harusnya kan Om atau Pak Lik.
“Oh yawis Ndoro simbok ke belakang lagi.”ujar Mbok Imah.
Aku segera beranjak ke lantai dua. Ku tengok sebentar ruang kerja suamiku. Ku lihat sesosok gadis remaja seumuran Marni sedang tidur telentang di kasur yang ada di ruang kerja suamiku dia mengenakan rok hitam selutut di padu dengan atasan yang sesuai.
“Cantik.”pikirku.
Nampak, nafas gadis itu naik turun beraturan seirama dengan gerakan dadanya. Aku menatap payudaraku sendiri.
“Masih gedean punyaku.” Aku berbangga diri.
Aku kemudian beranjak ke kamarku, beristirahat melepas lelah.
--
Jam 4 sore, biasanya suamiku sudah pulang dari kantor kadang lebih cepat malah. Bukan makan gaji buta, tapi karena kebanyakan tugas lapangan jadi suamiku
bisa pulang lebih cepat kalau sudah selesai. Aku turun ke bawah, ku lihat suamiku, Marni dan Mbok Imah sedang duduk di meja makan sambil minum es jeruk, mereka bertiga.
Aku sambar Es jeruk suamiku ketika tangan suamiku akan menjangkaunya namun aku lebih cepat. Segera ku tenggak habis es jeruk suamiku.
“Ah...seger.”
“Mama...itukan punya Papa.”
“Eh siapa bilang. Bukannya punyamu punyaku juga dan punyaku tetap punyaku.”jawabku.
Marni dan Mbok Imah tertawa saja mendengar ucapanku. Sejenak aku maupun Mbok Imah lupa kalau ada tamu di rumah ini.
“Ma Papa ke atas dulu yah.”kata suamiku
“Marni, Bi Imah saya ke atas dulu.”sambung suamiku. Jangan heran kadang kami memanggil Mbok Imah dengan Bi Imah tapi lebih sering Mbok Imah sih.
Ketika suamiku sudah menghilang dari pandangan mataku. Aku baru ingat kalau ada tamu di ruang kerja suamiku. Suamiku sendiri lebih sering pulang langsung istirahat di ruang kerjanya.
Segera aku naik ke lantai 2. Aku segera membuka pintu ruang kerjanya. Ku lihat suamiku sedang menggesek-gesekkan penisnya di belahan vagina gadis yang masih terlelap itu.
“Heh Pa, ngapain?”tanyaku.
EPISODE SEBELMUMNYA.
Kedua tanganku memegang pinggul Marni bersiap melakukan serangan.
“Ayo Pa....Marni enak......ah....”desah Marni sambil memutar-mutar bokong seksinya.
Aku sudah sangat bernafsu sekali. Seperempat penisku sudah tenggelam di telan vagina Marni. Sementara Marni nungging pasrah dengan kepala ditaruh di bantal dan bokong yang mencuat tinggi siap digempur.
Tiba tiba....
“Papa!”
----
Point of View: Revita
Malam itu, aku terbangun dari tidurku aku merasa sangat gerah, rasa-rasanya AC di kamarku tidak berfungsi. Suamiku? Semalam usai bercinta dia memelukku tapi sekarang entah dia dimana. Mungkin sedang sibuk di ruang kerjanya pikirku.
Sejenak ku ingat permainan suamiku tadi malam. Ah...puas sekali. Benar-benar tiada duanya. Ku nyalakan lampu di kamar, ku lihat sendiri tubuh telanjangku masih menyisakan banyak bekas cupang kemerah-merahan di payudaraku. Jadi, kepengen lagi. Sepintas ku lihat jam di dinding. Masih jam 01.23.
“Haus.”aku membatin segera ku kenakan daster tanpa pakaian dalam. Lagipula satu-satunya pria di rumah ini hanya suamiku saja.
Aku beranjak menuju dapur di lantai 1. Ketika ku ambil air dari kulkas aku mendengar desahan-desahan aneh dari kamar Marni. Seperti suara desahan orang sedang bercinta pikirku. Ku hampiri kamar Marni yang memang tidak jauh dari dapur.
“Aneh.”pikirku.
Ku dengar desahan-desahan semakin jelas ketika aku semakin dekat dengan pintu kamar Marni. Ku lihat ada cahaya keluar dari balik daun pintu kamar Marni. Untung saja penerangan kamar Marni jauh lebih terang daripada di luar kamar. Memang kami punya kebiasaan mematikan lampu-lampu utama dan hanya menggunakan
lampu tidur saja.
Pelan-pelan ku dekati pintu itu, agar tidak menimbulkan kekagetan. Astaga, apa ini. Ku lihat Marni sedang menggoyangkan bokongnya nungging.
“Ayo Pa....Marni enak......ah....”desah Marni.
“Papa!”
Suaraku tercekat.
Rupanya laki-laki yang sedang berdiri dibelakang menyetubuhi Marni adalah suamiku sendiri. Aku baru tahu ternyata suamiku nakal. Benar-benar nakal. Selama ini aku memang menutup mata perihal hubungan suamiku dengan wanita-wanita di luar rumah, selama perhatian dan kasih sayangnya tetap dicurahkan kepadaku. Tapi, apa yang ku lihat kini benar-benar menyesakkan. Gadis yang menjadi pelampiasan nafsu suamiku adalah Marni. Gadis yang selama ini ku kenal cukup baik. Apakah dia telah menjadi selingkuhan suamiku. Aku hanya menduga-duga. Entah siapa yang menggoda duluan. Entah, suamiku atau Marni yang memulai. Yang jelas kini ku lihat Marni dalam posisi nungging sementara suamiku dibelakang Marni memegang pinggul Marni. Bersiap-siap melakukan penetrasi lebih dalam.
Aku merasa jengah juga mengintip dari celah pintu yang terbuka. Ingin rasanya ku labrak, namun entah mengapa nyaliku ciut melakukannya. Apa yang bisa ku lakukan kini hanyalah menyaksikan suamiku menyetubuhi Marni.
“Ayo Pa, masukin lebih dalam...”Marni merajuk pada Suamiku.
Ku lihat suamiku hanya tersenyum saja. Nampak suamiku memegang batang penisnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang pinggul Marni. Pelan-pelan suamiku menggerakkan bokongnya maju, kemudian mundur begitu seterusnya. Berkali-kali, hingga membuat Marni mendesah-desah tidak karuan. Aku yang menyaksikan pemandangan itu menjadi panas dingin. Terasa ada yang meleleh dari vaginaku, ya ampun aku terangsang melihat suamiku selingkuh di depan mataku.
“Ah...enak Pa...ah...shs...”Marni mendesah tidak karuan.
Aku sendiri menggosok vaginaku dengan jariku sambil tetap mengintip permainan suamiku dengan Marni.
“Ah..”aku mendesah tertahan saat jari-jariku menggesek kelentit vaginaku.
Aku hanya heran kenapa suamiku masih memegangi penisnya. Aku hanya menduga suamiku belum mau menjebol keperawanan Marni. Aku yakin itu. Beberapa menit berlalu. Suamiku mencabut batang penisnya dari vagina Marni, kemudian membalik tubuh Marni telentang.
Ku lihat Suamiku mementangkan kedua kaki Marni lebar-lebar. Sehingga nampak kini vagina tembem Marni begitu merangsang. Aku pun tidak kalah, ku masukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri.
“Ah...shsh....”aku hanya mendesah tertahan.
Kali ini, ku lihat suamiku sudah berjongkok menempatkan dirinya di antara paha Marni. Penis besar suamiku nampak gagah. Mengangguk-angguk mencari mangsanya. Marni sendiri nampak sudah pasrah.
Suamiku dengan lembut, menggosokkan kepala penisnya di bibir vagina Marni.
“Ssss....ashss....ss.sss....en...anyak....Pa....Sh shshsh...”Marni mendesah tak karuan.
Sementara aku semakin kelojotan merasakan sensasi masturbasi sambil mengintip. Apa aku kelainan? Tanyaku sendiri.
Kini bukan hanya gosokan lagi, Papah suamiku mulai mendorong penisnya.
“Clep”kepala penis suamiku sudah menancap di lubang vagina Marni.
“Egh...”Suara Marni tertahan.
Dengan posisi seperti itu, suamiku dengan mudah menggerakkan penisnya maju mundur. Marni sepertinya benar-benar sudah tidak tahan. Kedua kakinya mengapit pinggang suamiku seakan tidak rela melepas penis suamiku dari vaginanya.
“Ssss...sss...ah....ssss...”Marni terus mendesah tidak karuan.
Aku semakin banjir dan semakin panas dingin menyaksikan persetubuhan suamiku. Tidak berapa lama aku pun merasakan ada yang akan segera keluar.
“Ah........”aku mendesah lirih merasakan orgasmeku. Gila baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini.
Sementara di dalam kamar ku lihat tubuh Marni menegang. Tangan Marni memeluk erat suamiku. Kedua kaki Marni tampak mencengkram erat pinggul suamiku.
“Ah.....Pa...pa.....”Marni mendesah merasakan orgasmenya.
Beberapa saat kemudian, nampak tubuh Marni melemas, kedua kaki yang tadinya mencengkeram erat pinggul suamiku melemas, lepas dari pinggul suamiku.
Sementara disana aku yang sedikit lemas akibat orgasme hasil masturbasiku. Ku lihat jelas penis suamiku masih menegang dan hanya seperempatnya saja yang
tenggelam di dalam kemaluan Marni. Dugaanku benar, suamiku belum berani memerawani Marni. Terbukti dia tidak memasukkan seluruh penis besarnya ke dalam lubang vagina Marni.
Suamiku kemudian mencabut penisnya dari lubang vagina Marni, dengan setengah jongkok ku lihat suamiku mengocok sendiri penisnya dengan tangannya. Tidak beberapa lama suamiku mengangkangi wajah Marni.
“Astaga....”Batinku.
Marni menelan penis suamiku, menelan sperma suamiku. Nampak jelas bibir mungil Marni tidak dapat menampung penis besar suamiku. Hanya kepala penis suamiku yang masuk ke dalam mulut Marni. Ku lihat dengan jelas, dari bibir Marni menetes sperma suamiku. Suamiku pun nampak puas. Kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping Marni. Keduanya kemudian berciuman sangat lama dan kemudian tubuh keduanya diam. Ku rasa mereka tertidur.
Aku benar-benar merasa cemburu, marah namun juga bergairah. Ingin rasanya aku melihat persetubuhan itu lagi.
“Ah sudahlah biar saja. Suamiku adalah orang yang bertanggung jawab.”pikirku.
Aku segera kembali menuju kamarku, setelah ku bersihkan vaginaku aku beranjak tidur lagi. Jam 3 pagi. Sudah hampir pagi. Aku memejamkan mata dengan sangat sulit namun akhirnya aku pun terlelap.
---
Ku dengar jam weker di kamarku berdering sangat keras. Aku masih telungkap di kasur, tanganku mencari-cari jam weker tersebut, dapat. Ku matikan alarmnya dan ku lirik jam weker itu. Sudah jam 6 pagi. Aku menggeliatkan badanku, dan ku lihat suamiku sudah ada di sampingku masih tertidur. Kapan dia pindah ya. Ku tatap wajah suamiku dengan masih tiduran di kasur. Sebel, gemas, cemburu, marah rasanya melihat wajah tanpa dosa suamiku ini.Padahal jelas-jelas semalam dia berselingkuh dengan Marni. Bisa-bisanya tidur disebelahku seolah tidak terjadi sesuatu. Dengan gemas ku cubit pipi suamiku.
“Aduduh.....Mam.....ma...mmama....”Suamiku mengaduh.
“Sakit Ma!”suamiku terbangun dengan nada kesal.
“Sudah pagi Papa, tuh lihat Matahari udah mau sarapan.”aku beralasan.
Sebelum suamiku beranjak ke kamar mandi sempat dia merayuku.
“Mama, semalem luar biasa deh, mau lagi dong.”rayu Suamiku.
“Ogah....”jawabku.
“Ah mama...”Suamiku agak ngambek.
“Minta aja sama yang lain weks...”aku ejek suamiku, sengaja menyindir tapi suamiku tetap bersikap biasa.
“Ya sudah deh Papa mandi aja. Huft.”suamiku beranjak ke kamar mandi.
--
Suamiku nampak ganteng dan gagah dengan baju kebesarannya siap berangkat ke kantor. Sementara aku masih mengeringkan rambut basahku. Hari ini aku ada pembukaan butik lagi di daerah Sudirman.
“Pa, papa sarapan dulu deh.”kataku pada suamiku.
“Iya deh Papa turun duluan yah Mah.”kata suamiku.
15 menit aku pun turun menuju ruang makan.
“Kok sepi Mbok, Papa sama Marni mana Mbok?”tanyaku pada Mbok Imah.
“Tadi habis sarapan terus ke depan Ndoro.”Jawab Mbok Imah.
Ku pikir Mbok Imah pun tak tahu hubungan cucunya dengan suamiku. Ku sambar segelas susu dan ku habiskan dengan cepat. Aku segera beranjak ke ruang depan. Ku lihat suamiku sedang memangku Marni. Suamiku maupun Marni tidak menyadari keberadaanku karena aku sengaja pelan-pelan mengendap-endap. Aku penasaran sampai dimana hubungan keduanya.
“Gila...”pikirku.
Rupanya bukan sebuah pangkuan biasa. Ku lihat rok Marni tersingkap dan penis suamiku berada tepat di vagina Marni. Aku yakin penis itu sudah masuk ke dalam sana. Tidak semuanya memang paling tidak kepalanya saja. Ku lihat Marni mendesah desah dalam pangkuan suamiku. Sungguh pemandangan yang menggairahkan melihat seorang remaja duduk di pangku seorang yang cocok di panggil Om.
Aku tidak akan membiarkan kali ini. Dengan sengaja ku panggil mereka berdua.
“Papa, Marni, cepat berangkat entar telat.”kataku.
Aku seakan-akan berjalan dari ruang tengah. Ku lihat suamiku membelakangiku. Marni sendiri membenahi rok seragamnya. Mereka berdua nampak salah tingkah.
“Sudah sana berangkat.”Aku menyuruh suamiku berangkat.
Aku sendiri sudah siap berangkat ke Butik. Tapi aku masih tidak menyangka suamiku senekat itu.
“Huft....sebel.”aku mengumpat sendiri.
Bagaimana tidak di satu sisi aku cemburu. Marah. Kecewa. Namun, di satu sisi aku sangat mencintai suamiku. Sejelek apapun kelakuan dia tetap dia suamiku.
---
Tidak terasa pembukaan Butik di daerah Sudirman cukup lancar. Jam 2 siang aku sudah sampai di rumah. Aku cukup lelah dan ketika aku hendak menuju kamarku. Mbok Imah mengagetkanku.
“Ndoro!”Mbok Imah heboh.
“Kenapa sih Mbok?”tanyaku kalem.
“Tadi ada cewek yang ngaku anaknya Bapak Sudjarwo datang kesini.”cerita Mbok Imah.
“Terus sekarang dimana Mbok?”tanyaku.
“Simbok suruh istirahat di ruang kerja Ndoro Wijaya. Lha wong kamar Marni di kunci, kamar satunya kuncinya Simbok lupa dimana. Maklum sudah tua Ndoro.”
“Ya sudah ga papa Mbok, dia sepupunya Papa Wijaya kok, adik sepupu. Lagian Papa juga aneh adik Bapaknya dipanggilnya Pak Dhe.”ceritaku memang suamiku agak aneh memanggil saudara muda Bapaknya Pak Dhe harusnya kan Om atau Pak Lik.
“Oh yawis Ndoro simbok ke belakang lagi.”ujar Mbok Imah.
Aku segera beranjak ke lantai dua. Ku tengok sebentar ruang kerja suamiku. Ku lihat sesosok gadis remaja seumuran Marni sedang tidur telentang di kasur yang ada di ruang kerja suamiku dia mengenakan rok hitam selutut di padu dengan atasan yang sesuai.
“Cantik.”pikirku.
Nampak, nafas gadis itu naik turun beraturan seirama dengan gerakan dadanya. Aku menatap payudaraku sendiri.
“Masih gedean punyaku.” Aku berbangga diri.
Aku kemudian beranjak ke kamarku, beristirahat melepas lelah.
--
Jam 4 sore, biasanya suamiku sudah pulang dari kantor kadang lebih cepat malah. Bukan makan gaji buta, tapi karena kebanyakan tugas lapangan jadi suamiku
bisa pulang lebih cepat kalau sudah selesai. Aku turun ke bawah, ku lihat suamiku, Marni dan Mbok Imah sedang duduk di meja makan sambil minum es jeruk, mereka bertiga.
Aku sambar Es jeruk suamiku ketika tangan suamiku akan menjangkaunya namun aku lebih cepat. Segera ku tenggak habis es jeruk suamiku.
“Ah...seger.”
“Mama...itukan punya Papa.”
“Eh siapa bilang. Bukannya punyamu punyaku juga dan punyaku tetap punyaku.”jawabku.
Marni dan Mbok Imah tertawa saja mendengar ucapanku. Sejenak aku maupun Mbok Imah lupa kalau ada tamu di rumah ini.
“Ma Papa ke atas dulu yah.”kata suamiku
“Marni, Bi Imah saya ke atas dulu.”sambung suamiku. Jangan heran kadang kami memanggil Mbok Imah dengan Bi Imah tapi lebih sering Mbok Imah sih.
Ketika suamiku sudah menghilang dari pandangan mataku. Aku baru ingat kalau ada tamu di ruang kerja suamiku. Suamiku sendiri lebih sering pulang langsung istirahat di ruang kerjanya.
Segera aku naik ke lantai 2. Aku segera membuka pintu ruang kerjanya. Ku lihat suamiku sedang menggesek-gesekkan penisnya di belahan vagina gadis yang masih terlelap itu.
“Heh Pa, ngapain?”tanyaku.
loading...
0 Response to "Ternyata Suamiku Nakal - 5"
Posting Komentar