loading...

Prosopagnosia : Fenomena Pikiran yang Tak Mampu Mengenali Wajah

Halo Serupedians

Bagi kita jarang sekali mengalami hal ini. Tapi kadang disuatu saat kita mengalami peristiwa ini. Berikut serupedia akan mengulas tentang Prosopagnosia yang mungkin tidak banyak kita ketahui. Berikut ulasannya.

Prosopagnosia adalah fenomena di mana seseorang tidak mampu mengenali wajah seseorang atau objek yang seharusnya sudah dikenal. Mereka biasanya mampu menggunakan perasaan lain untuk mengenali orang orang tersebut seperti dari bau parfum seseorang, bentuk atau gaya rambut, suara, atau bahkan gaya berjalan.



Orang-orang yang mengalami kekacauan ini biasanya mampu menggunakan perasaan lainnya untuk mengenali orang-orang, seperti bau parfum seseorang, bentuk atau gaya rambut, suara, atau bahkan gaya berjalan mereka. Suatu kasus yang klasik dari kekacauan ini dimuat dalam sebuah buku yang terbit tahun 1998 dan pernah ditampilkan dalam bentuk opera Michael Nyman berjudul "The man who mistook his wife for a hat atau orang yang keliru akan istrinya karena topinya.

Kita mempunyai beberapa pengalaman akan perasaan, yang datang kepada kita beberapa saat, dari apa yang kita katakan, dilakukan setelah dikatakan atau dilakukan sebelumnya, di suatu waktu yang lampau - dari hal-hal di sekeliling kita, berupa masa lalu, dengan wajah-wajah sama, benda-benda, dan keadaan - dari pengetahuan kita yang sempurna akan apa yang akan dikatakan nanti, seolah-olah kita tiba-tiba mengingatnya! - Charles Dickens

Menurut sumber lain. wikipedia.org. Prosopagnosia adalah kelainan dalam mempersepsi wajah yang membuat orang yang mengalaminya akan sulit mengenali wajah termasuk wajahnya sendiri. Keadaan ini biasanya diakibatkan oleh kerusakan otak akut, walaupun bukti terkini juga memperlihatkan adanya kemungkinan pengaruh faktor keturunan. Bagian otak yang berhubungan dengan prosopagnosia adalah fusiform gyrus.

Istilah prosopagnosia pertama kali dicetuskan oleh Joachim Bodamer pada tahun 1947.

Fusiform Gyrus

Belum banyak terapi yang dikembangkan untuk kelainan ini, walaupun beberapa orang mencoba mengatasinya dengan strategi pengenalan terhadap beberapa ciri wajah satu per satu. Dalam strategi tersebut disertakan juga pengenalan terhadap ciri sekunder seperti pakaian, warna rambut, bentuk badan, dan suara. Karena wajah berfungsi sebagai ciri yang penting untuk melakukan identifikasi dalam ingatan, penderita juga akan mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Beberapa orang juga menggunakan istilah prosophenosia, yang merujuk pada ketidakmampuan untuk mengenali wajah akibat kerusakan parah pada bagian occipital dan temporal lobe dalam otak.

Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Andreas Luschow dari Charite University di Berlin telah memusatkan perhatian mereka pada sekelompok orang yang mengalami masalah serius dalam mengenali wajah seseorang yang mereka kenal sejak masa muda. Namun tidak ada bukti bahwa mereka mengalami cacat kognitif.

"Kami berhasil menunjukkan bahwa meski baru dalam proses awal yaitu pada sekitar 170 milidetik setelah melihat wajah seseorang, respon pengenalan wajah berubah pada orang yang mengalami gangguan prosopagnosia. Kami juga mampu menunjukkan bahwa perubahan ini sangat berhubungan dengan ketidakmampuan mereka dalam mengenali wajah," ujar Luschow.

Para peneliti yang berasal dari Physikalisch-Technische Bundesanstalt Berlin dan University of Bamberg, menggunakan MEG (magnetoencephalography) untuk mengukur pesan magnetik dari aktivitas kortikal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski sudah pernah mengenal sejak lama, orang yang menderita prosopagnosia tetap tidak bisa mengenali wajah orang yang sebenarnya sudah dikenalnya itu.

Sementara itu DW menyebutkan alasan munculnya gangguan ini adalah kerusakan dalam otak. Manusia sehat jika melihat wajah akan mempelajari struktur wajah terlebih dahulu. Lalu, "rekaman" tersebut dikirimkan ke bagian otak khusus. Ada bagian otak yang mempelajari mimik wajah dan arah pandangan, sementara bagian lain mempelajari ciri khusus wajah tersebut. Bagian ketiga memeriksa apakah sudah ada pengalaman yang dilewati bersama orang tersebut.

"Semua bagian harus bekerja sama dengan baik untuk memungkinkan kita mengenali seseorang," kata Janek Lobmaier, ahli psikologi di Universitas Bern di Swiss. Begitu ada bagian otak yang tidak melakukan fungsinya, masalah akan segera timbul.


Meskipun disebut sebagai penyakit langka, prosopagnosia bisa diatasi tanpa masalah besar dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang mengidap penyakit ini harus berusaha mengenali orang lain berdasarkan ciri lain. Seperti cara mereka berjalan, pakaian atau suara.

Dikutip dari berbagai sumber
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Prosopagnosia : Fenomena Pikiran yang Tak Mampu Mengenali Wajah"

Posting Komentar