loading...

Anak Lurah - 2

Semenjak saat itu, Harun menjadi terobsesi dengan perhubungan terlarang sedarah. Harun memang sangat bernafsu melihat Arjuna dan ibunya, tetapi bukan berarti Harun ingin menyetubuhi ibunya Arjuna, melainkan ia ingin merasakan persetubuhan dengan ibunya sendiri. Bukankah sebenarnya ide ini adalah idenya sendiri? Arjuna pasti mendapatkan ide dari Harun ketika mereka bareng-bareng meloco di kamar Harun. Ternyata Arjuna yang terlebih dahulu mewujudkannya. Dasar anak bandel yang beruntung!

Apalagi, di mata Harun, ibunya memiliki tubuh yang jauh lebih seksi dibanding ibunya Arjuna. Tubuh ibunya Harun lebih ramping. Tentu saja, buah dada ibunya Arjuna lebih besar, namun di mata Harun, Dewi ibu Arjuna itu, sedikit agak gemuk. Di lain pihak, ibu Harun memiliki badan bak model di majalah saja. Tentu saja ini karena ibunya Harun tiap hari senam. Di rumahnya, ibunya punya video senam dari luar negeri, sehingga memang latihan yang ibunya lakukan sesuai dengan teori dan ilmu kesehatan dari Amerika.



Harun sempat berfikir untuk menanyakan kepada Arjuna mengenai cara untuk membuat ibu kandungnya mau untuk tidur dengannya. Namun, setelah difikir lebih jauh, ini berarti mengakui bahwa Harun pernah melihat Arjuna dan ibunya bersenggama. Selain itu, Harun juga merasa gengsi. Bukankah selama ini Harun lebih pintar dari Arjuna? Bukankah Harun yang selalu jadi juara satu di sekolah? Maka, bila Arjuna berhasil mendapatkan tubuh ibu kandung sendiri, tentunya Harun yang jauh lebih pintar mampu juga melakukannya. Selain itu, Harun merasa bahwa ia akan lebih puas untuk mencapai tujuannya dengan tanpa bantuan orang lain.

Harun akhirnya memutuskan untuk menggali potensi dirinya sendiri. Nilai apakah yang ia punyai yang tidak dipunyai orang lain? Bahkan tidak dipunyai si Arjuna? Mengenai kecerdasan, Harun yakin dengan dirinya sendiri. Namun, ada lagi sesuatu yang hanya ia ketahui yang orang lain tidak tahu. Harun memiliki kemampuan untuk meyakinkan orang lain untuk melakukan sesuatu. Harun pernah membaca buku mengenai kemampuan ini, dan menurut buku itu, kemampuan Harun adalah kemampuan untuk mensugesti orang lain agar mengikuti keinginan Pribadi. Kemampuan ini, dapat dikembangkan menjadi hipnotis bahkan semacam cuci otak.

Selama ini Harun dapat memperoleh apapun yang ia inginkan dari kedua orangtuanya. Kamarnya penuh barang elektronika, mulai dari video player, audio sound system, bahkan motorpun diberikan ayahnya kepadanya. Pada mulanya, Harun menganggap bahwa karena ia anak tunggal maka segala permintaannya dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Namun, seiring waktu berjalan, Harun mengalami berbagai hal yang membuat ia yakin akan kemampuannya untuk membujuk orang lain.

Harun adalah anak yang pintar. Anak yang pintar pastilah kreatif, dan anak kreatif pastilah bandel. Dan Harun adalah anak yang bandel sekali. Pernah satu kali ketika ia masih kelas empat SD, Harun dan Arjuna nyolong rambutan di tanahnya Pak Haji Amir. Pak Haji Amir dan ayah Harun bisa dibilang adalah saingan di desa mereka. Ada ketegangan di antara dua orang itu, dan Pak Haji tidak sungkan-sungkan memperlihatkan ketidak senangannya kepada ayah Harun. Nah, saat Harun dan Arjuna mencuri rambutan itu, Pak Haji Amir datang dan memergoki mereka. Pak Haji mengambil tongkat dan mengejar ke pohon rambutan itu. Arjuna yang memiliki fisik lebih baik dari Harun berhasil kabur sementara Harun tertangkap basah. Pak Haji saat itu ingin menghajar Harun, namun Harun yang menangis segera memohon Pak Haji agar tidak menghukumnya. Harun hanya ingat saat itu kepalanya serasa ringan dan tiba-tiba saja Pak Haji menyuruh Harun pulang.

Pernah juga, ketika Harun masih kelas enam SD, ia dan Arjuna dan teman-temannya bermain ke desa tetangga. Mereka di sana ‘ngadu’ bola. Mereka menang. Namun pihak tuan rumah tidak terima dan mulai menyerang mereka. Harun merasa ketakutan, namun Ia merasakan lagi sensasi kepala yang serasa ringan, lalu entah dengan keberanian dari mana, ia pasang badan lalu berteriak dan minta semuanya tenang dan jangan berkelahi. Anehnya, semua orang yang tadinya sedang kalap jadi terdiam dan perkelahian pun terhindarkan.

Ada lagi kejadian yang baru-baru ini. Harun suatu ketika belajar kelompok di rumah temannya yang bernama Adi di desa tetangga. Ayah Adi adalah Kepala Kodim yang bertubuh tinggi besar dan berpengaruh bukan saja di desanya sendiri, tetapi juga di desa sekelilingnya, berhubung jabatannya. Ayah Adi tinggi besar dan hitam, namun memiliki isteri yang cantik bernama Ibu Ambar. Harun, Adi dan teman-teman belajar kelompok hingga sore. Selesai belajar mereka sepakat bermain petak umpet. Maklum, anak satu SMP.

Kebetulan Adi jaga, lalu Harun dan yang lain berpencar. Tidak terasa, Harun tiba di halaman belakang dan berjalan ke samping rumah. Di samping rumah ada pohon jambu besar. Harun mendapat ide untuk naik ke sana. Akhirnya Ia sampai di cabang yang besar yang menempel di dinding rumah. Ternyata cabang itu menempel di dinding yang sebelahnya ada jendela yang tidak berkaca. Otomatis Adi melihat jendela itu. Tak disangka, ternyata itu adalah jendela kamar mandi. Dan lebih tak disangka lagi, Ibunya Adi sedang mandi di dalam situ!

Harun terkejut mulanya, namun akhirnya menyadari bahwa ia mendapatkan suguhan menarik dari dalam kamar mandi itu. Ibunya Adi adalah perempuan Jawa berkulit kuning langsat. Tubuhnya kecil imut setinggi 155 cm, dengan pinggul agak lebar namun dadanya begitu mancung dan kokoh dihiasi pentil dan areola kecoklatan. Jembutnya lebat namun dicukur rapi sehingga tidak berantakan. Badannya bersinar karena basah dan diterangi lampu neon kamar mandi. Serta merta Harun konak.
Harun begitu menikmati ketelanjangan ibunya Adi sehingga tak disadarinya bahwa Pak Bambang sudah di bawah pohon. Ketika Pak Bambang menegur Harun setengah berteriak, Harun menjadi begitu kaget sehingga hampir jatuh. Ibunya Adi berseru kaget dari dalam kamar mandi, sementara Pak Bambang mulai marah-marah dan menyuruh Harun turun.
Harun ketakutan dan gemetar, namun kepalanya serasa ringan lagi dan kali itu Harun mengetahui bahwa ia harus membujuk Pak Bambang agar tidak marah. Dengan terbata-bata Harun menenangkan Pak Bambang dan minta untuk melupakan kejadian ini. Beberapa saat kemudian Pak Bambang pergi begitu saja. Harun menoleh ke kamar mandi dan tampak Ibu Ambar sedang melilitkan handuknya sambil menatap jendela dengan sinar kemarahan.
Harun yang kepalanya masih terasa ringan segera mendekati jendela dan berkata,
“Bu Ambar mandi saja. Ga apa-apa kok. Anggap aja Harun ga ada.”
Tiba-tiba saja tatapan Ibu Ambar seakan kosong sejenak. Kemudian perempuan itu membuka handuknya dan melanjutkan untuk mandi. Harun kembali konak. Ingin rasanya ia masuk kekamar mandi, namun ia masih merasa takut dan deg-degan sehingga akhirnya ia merasa cukup puas dengan hanya menonton perempuan itu mandi sambil ngeloco hingga akhirnya ia menyemprotkan maninya di dinding rumah.
Ya, Harun merasa bahwa ia memiliki bakat untuk mempengaruhi orang lain. Ia harus berusaha mengasah ketrampilan ini. Ada dua pilihan bagi Harun. Satu, adalah belajar secara otodidak dan kedua, adalah untuk mencari guru. Pilihan pertama tentu akan menjadi sulit, karena belajar macam ini membutuhkan percobaan-percobaan dan pastinya banyak kegagalan. Pilihan kedua tentu menjadi mudah, namun masalahnya, kepada siapakah ia harus berguru?
Akhirnya selama seminggu Harun terus putar otak untuk melatih ketrampilannya ini. Dicobanya di rumah untuk mempengaruhi pembantu-pembantu atau bahkan orang tuanya untuk memenuhi keinginannya yang sepele seperti memijitinya, mengambilkan minum dan lain-lain, namun Harun tidak mengalami sensasi kepala yang berasa ringan sehingga ia tidak berhasil dalam percobaannya. Tidak ada kelinci percobaannya yang mengalami tatapan kosong seperti ibu Ambar sehingga ia berkesimpulan bahwa kekuatannya muncul bilamana ia sedang dalam keadaan ketakutan. Namun, untuk mencapai situasi di mana dirinya sampai ketakutan sangatlah riskan. Bisa saja ia coba untuk menjadi bandel, tapi tidak ada kepastian bahwa nanti kekuatannya muncul di saat dibutuhkan. Bila ia ada di situasi yang berbahaya dan kekuatannya tidak timbul, tentunya segala sesuatunya akan menjadi rumit dan mengancam keselamatannya sendiri. Harun menjadi semakin pusing mencari akal untuk mengasah ketrampilannya ini.
*****
Namun, akhirnya solusinya itu datang sendiri. Suatu hari, waktu itu malam minggu, Harun dan lima orang temannya bermain ke desa tetangga. Saat itu Arjuna tidak ikut, dan Harun juga memakluminya. Bila Harun memiliki nasib yang sama dengan Arjuna, yaitu memperoleh ibu kandung sebagai obyek seks, maka dipastikan Harunpun akan emoh bermain keluar. Lebih baik di dalam rumah saja dan menggarap ladang ibunya.
Desa tetangga sedang ada layar tancap. Banyak sekali orang, baik muda maupun tua yang datang kesana. Bukan hanya dari desa itu sendiri, melainkan dari berbagai desa sekitar daerah itu. Layar tancap diadakan di sebuah tempat luas di sebuah bukit tak jauh dari desa itu. Berbagai pedagang musiman muncul di situ. Tukang makanan, minuman, pakaian bahkan Bandar judi koprok juga memeriahkan layar tancap itu.
Harun senang sekali pergi ke layar tancap. Banyak sekali perempuan baik yang masih gadis ataupun yang sudah menikah, tua maupun muda, kurus maupun gemuk bahkan bau maupun harum datang ke situ. Apalagi banyak juga perempuan bisyar maupun bispak yang datang memeriahkan suasana malam minggu.
Malam itu, Harun berencana untuk merasakan perempuan untuk pertama kalinya. Bila Arjuna sudah tidak perjaka, tentunya Harun juga harus melepas keperjakaannya. Teman-teman Harun pun ditraktir untuk segalanya malam itu, maka mereka merencanakan untuk mencari bispak atau paling tidak bisyar dan untuk menggarap mereka di tempat sepi bergantian. Ada yang jaga, dan ada yang eksekusi, sehingga nantinya segala sesuatunya terkendali dan aman.
Harun yang ditemani tiga orang teman sekelas, yaitu Hambali, Azhari dan Moko, juga dengan dua orang kakak kelas bernama Dhimas dan Robi, akhirnya berkenalan dengan enam orang gadis muda yang seusia SMU. Sebenarnya, pada mulanya enam orang gadis itu tidak memandang sebelah mata kepada mereka yang hanyalah anak SMP, namun setelah Harun dengan royalnya mentraktir semua dengan makanan dan minuman, maka enam orang gadis itu menjadi tertarik.
Ketika mereka baru saja mengakrabkan diri, segerembolan pemuda SMU, - yang dari gelagatnya kenal dengan enam orang gadis itu-, mendatangi mereka dan mulai mencari masalah. Singkat kata, tiba-tiba saja terjadi perkelahian yang tidak seimbang antara sekitar sepuluh anak SMU melawan enam orang anak SMP. Harun yang terkena beberapa kali hajaran mulai merasakan kepalanya mengalami sensasi ringan, segera berlari ke tengah lalu berteriak,
“BERHENTIIIII!!!!”
Secara mendadak perkelahian berhenti begitu saja. Semua yang terlibat memandang Harun dengan tatapan kosong, sementara orang-orang yang menyaksikan perkelahian tersebut juga melongo dengan penuh tanda Tanya mengenai apa yang terjadi.
“Kalian pergi dari sini!!!” Kata Harun kepada gerombolan anak SMU itu. Gerombolan anak SMU itu akhirnya pergi dengan terdiam seribu bahasa, diikuti oleh pandangan semua orang yang ada di situ. Orang-orang yang menyaksikan semua ini kemudian mengalihkan pandangan mereka kearah Harun, kini dengan pandangan yang sedikit kagum bercampur heran.
Sementara itu, Harun yang menyadari kini adalah kesempatan baik, segera memanggil dua orang gadis tercantik dari kumpulan enam orang gadis yang baru ia kenal itu. Atik dan Jannah. Dengan menggandeng kedua gadis itu, Harun lalu mengajak teman-temannya dan teman-teman gadis itu untuk meninggalkan tempat itu.
Setelah berjalan beberapa lama, mereka sampai di sebuah padang rumput yang dikelilingi pohon-pohon rindang. Disebut padang sebenarnya tidak bisa juga, karena hanya seluas kolam renang mini Olympic. Tapi tempat itu bagus sekali karena tertutup pepohonan di sekelilingnya.
Harun bertekad untuk pulang sebagai lelaki dewasa yang bukan perjaka lagi. Dan mungkin karena tekadnya itulah yang membuat ia merasakan sensasi ringan di kepalanya itu tidaklah hilang melainkan terus ada, bahkan kini kepalanya sedikit terasa mendengung.
Setelah menyuruh teman-temannya berjaga di sekeliling padang rumput itu di bawah bayang-bayang pohon, tentu masing-masing merekapun ditemani seorang gadis, maka Harun menarik Atik dan Jannah yang pasrah saja dituntun ke tengah padang rumput kecil itu. Sinar rembulan yang Purnama di langit yang cerah berbintang yang menerangi padang rumput itu, membuat kedua gadis itu terlihat jelas oleh Harun.
“Buka baju kalian sampai telanjang,” perintah Harun dengan suara yang tercekat karena perasaannya sungguh bercampur aduk saat itu. Tegang, senang, sedikit takut dan nafsu berkecamuk dalam dadanya sehingga membuat Harun seakan susah bernafas karena dikuasi oleh perasaan-perasaan gado-gadonya itu.
Atik dan Jannah kemudian perlahan membuka pakaiannya hingga telanjang. Atik lebih tinggi dari Harun dan memiliki tubuh yang ramping dan dada yang kecil namun padat. Sekitar 34 A. kedua pentilnya yang merah kecoklatan tidak menonjol melainkan tampak bagaikan menyatu dengan daerah areola di sekitarnya. Selangkangan Atik dihiasi oleh jembut yang masih jarang dan tampak halus keriting. Kulit Atik putih sekali, mirip sekali dengan kulit Ibunya Harun. Dengan rambut panjang ikal hampir sepinggul dan hidung yang lumayan mancung, sungguh seakan Atik adalah gadis sampul majalah remaja.
Jannah adalah gadis imut yang setinggi Harun dan walaupun tidak gemuk, namun karena tubuhnya imut maka tampak seperti lebih berisi disbanding Atik. Rambut Jannah sebahu dengan muka yang agak chubby dihiasi lesung pipit. Kulit Jannah coklat muda dengan buah dada yang lebih besar dari Atik, sekitar 34B namun dengan pentil yang coklat agak tua menyembul sedikit saja dari daerah areolanya. Pinggul Jannah lebih lebar dari Atik pertanda berbakat memiliki anak yang banyak. Namun selangkangannya memiliki bulu yang walaupun juga masih jarang, namun sedikit lebih banyak daripada Atik.
Burung Harun sudah tegak. Dengan bergegas ia membuka bajunya hingga telanjang. Harun membawa tikar yang tadi di pegang oleh Hambali. Kini ia mengambil tikar itu lalu membukanya di tengah padang rumput kecil itu. Harun menyuruh kedua gadis itu tiduran di tikar bersebelahan satu dengan yang lainnya. Atik dan Jannah mengikuti perintah Harun. Kini kedua gadis yang telanjang bulat itu tidur di hadapan Harun.
Harun kemudian menindih Atik lalu menciumi bibirnya. Atik hanya terdiam saja sementara Harun melumat bibir gadis itu.
“Mbak Atik balas dong,” perintah Harun.
Atik lalu membalas ciuman Harun dan juga memeluk kepala Harun. Harun menikmati ciuman pertamanya. Bibir Atik yang basah dan hangat mengirimkan sinyal-sinyal erotis di seluruh tubuh Harun yang masih perjaka. Bau parfum Atik yang lembut menambah sensasi birahi yang perlahan bertambah tinggi yang berakibat kontol Harun mengeluarkan sedikit cairan sebagai pelumas menandakan bahwa Harun siap bertempur sampai kecrotan terakhir.
Harun mulai melancarkan ciuman ke dada Atik yang kini tampak hampir rata dengan dada perempuan itu karena akibat gravitasi bumi. Kulit putih Atik begitu lembut di bibir Harun. Disedotnya pentil kanan gadis itu yang membuat Atik mulai merasakan birahi juga walaupun dalam keadaan bagaikan terhipnotis. Atik mulai meremasi kepala Harun yang saat ini sedang menggarap bukit sebelah kanannya.
Harun kemudian mengalihkan serangan ke payudara kiri Atik. Payudara yang masih belum terlalu besar itu ia jilati, ciumi dan sedoti dengan penuh nafsu. Kedua payudara gadis muda itu kini mulai muncul bekas-bekas cupangan dan juga tampak basah terkena air liur Harun yang tak dapat dikontrol. Harun kemudian mengarahkan ciumannya turun ke perut Atik. Atik mendesah-desah dan desahan itu semakin keras seiring semakin dekatnya mulut Harun ke mulut bagian bawah Atik.
Lidah Harun menjadi liar ketika bersentuhan dengan bulu kemaluan Atik. Harun dapat mencium bau tubuh gadis itu semakin jelas ketika kepalanya makin dekat dengan organ intim si gadis. Bau tubuh yang tercium begitu natural dan lembut.
Atik ingin berteriak. Ingin sebenarnya gadis itu menolak perbuatan lelaki muda yang baru dikenalnya itu. Namun entah kekuatan apa yang membuatnya takluk kepada lelaki muda ini. Sementara, ciuman Harun makin lama membuat kemaluannya basah karena perlahan Atik mulai merasakan nafsu birahi menguasai tubuhnya. Lidah Harun yang menari-nari di atas tubuhnya bagaikan menyengat kulit mulusnya yang putih itu dan mengirimkan pesan-pesan birahi yang dinikmati oleh otaknya.
Akhirnya lidah itu menyusuri bibir vagina Atik. Atik mendengus keras merasakan lidah yang hangat dan basah itu menyapu bibir memeknya yang basah. Jauh di lubuk hatinya, Atik tidak mau menyerahkan mahkotanya kepada remaja yang lebih muda darinya, namun tubuhnya tidak bisa menolak kemauan anak itu. Dua butir air mata mengalir jatuh dari kedua mata Atik. Atik menangis tanpa suara melainkan hanya desahan birahi ketika lidah itu mulai menyelip di antara bibir memeknya dan menjelajahi area yang belum pernah disentuh oleh lelaki manapun.
Harun merasakan bibir memek Atik yang basah dan hangat di ujung lidahnya. Hidung Arjuna mencium bau tubuh Atik dengan sangat jelas menguar dari dalam lubang kemaluan gadis muda itu. Arjuna menggunakan dua jarinya membuka memek yang basah itu dan melihat ada selaput putih di dalam lubang itu. Astaga! Gadis ini masih perawan. Tadinya dikira Harun Atik dan kawan-kawannya adalah bispak karena para gadis itu datang dengan baju yang ketat dan seksi, ternyata ia salah. Tampaknya para gadis ini adalah gadis yang baik-baik.
Harun menjadi tak tahan lagi melihat ini. Ia segera membuka lebar kedua kaki gadis itu lalu mengarahkan kontolnya yang sudah tegang dari tadi, dan menaruhnya tepat di lubang kencing Atik. Harun mendorong pantatnya ke depan. Namun penisnya yang sebesar 14 cm itu tidak berhasil masuk. Berkali-kali ia mendorong pantatnya namun tidak berhasil sementara Atik mulai meringis kesakitan ketika dirasakannya benda tumpul berusaha memasuki liang persenggamaannya yang masih perawan itu. Harun menyentakkan pantatnya kuat-kuat dan tiba-tiba kepala penisnya masuk kedalam lubang sempit milik Atik itu.
“Aaaaaaaaaauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuwwwww..” teriak Atik kesakitan. Harun berusaha mendorong penisnya untuk masuk lebih jauh, tapi seakan ada perlawanan dari dalam lubang sempit itu. Mungkin harus dipaksa lebih keras, pikir Harun.
Harun kini merebahkan badannya di atas Atik, kedua tangannya diselipkan sehingga kini memegang kedua pantat Atik kuat-kuat. Dengan segenap kekuatannya Harun mendorong pantatnya kedepan sambil menggunakan kedua tangannya untuk menarik kedua pantat Atik.
Dalam satu gerakan cepat, kontol Harun kini ambles masuk ke dalam lubang vagina Atik, merobek selaput keperawanan gadis itu. Rasa sakit yang hebat itu seakan menyadarkan Atik sehingga Atik tiba-tiba teriak sambil berontak,
“Aduuuuuh!! Lepasin!”
Dalam kenikmatannya Harun tidak menyadari bahwa sensasi perasaan ringan di kepalanya tadi hilang sehingga ia tidak dapat mengkontrol Atik. Kini ia menyadari bahwa Atik sedang berusaha berontak dan ia agak kesulitan menahan gerakan gadis yang memang lebih tinggi darinya itu. Di lain pihak, Jannah tampak baru sadar dan dengan tatapan bingung sedang berusaha menutupi auratnya sambil mencari pakaiannya.
Begitu takutnya Harun sehingga kini sensasi kepala ringannya kembali.
“Semua diam!!” bentak Harun.
Atik dan Jannah kini memandang kosong kembali. Harun menyuruh Jannah tidur lagi di sebelah mereka. Sementara dilihatnya Atik yang tadi menangis kini terdiam pula. Airmata telah membasahi mata dan pipi gadis itu. Namun tubuh gadis itu menjadi santai sekarang. Dirasakannya kontolnya dicengkeram lubang silinder yang sempit dan basah lagi hangat sekali.
Harun mulai mengocoki kemaluan Atik itu perlahan-lahan sambil menikmati tiap detiknya. Perasaan ngilu dan nikmat ia alami ketika batang kontolnya menggesek dinding kemaluan Atik tiap kali ia mengocoki memek yang baru saja ia perawani itu. Namun tubuh Atik tetap terdiam dan tak bereaksi, walaupun Atik saat ini mulai mendesah, dan juga memek gadis itupun sudah basah kuyup oleh cairan kewanitaan dan juga darah keperawanan.
“Atik. Mulai saat ini kamu adalah milik aku. Kamu harus membalas entotanku juga. Kamu harus mengimbangi aku dan menikmati hubungan badan denganku.”
Atik kini menatap Harun dan berkata lirih,
“Aku adalah milik kamu…”
Lalu gadis itu merangkul kepala Harun dengan kedua tangannya dan dengan kedua kakinya ia merangkul kedua kaki pemuda yang baru memerawinannya itu.
Harun adalah anak pintar, ia takut bila nantinya akan kejadian kekuatannya hilang lagi, maka ia berpaling ke arah Jannah dan berkata,
“Kamu juga milikku. Apapun yang terjadi, kamu tidak boleh pergi sampai aku beritahu. Kamu harus tunggu perintahku dulu.”
Jannah menatap Harun dengan pandangan kosong. Namun Jannah mengangguk tanda mengerti, sehingga Harun menjadi lebih nyaman. Lalu Harun mulai mengkonsentrasikan pikirannya kepada persetubuhannya dengan Atik.
Atik dan Harun berdua mulai saling mengentot. Atik berdesah-desah kenikmatan sementara Arjuna mendengus-dengus sambil mengenyoti dua buah payudara Atik dengan rakus. Selangkangan mereka beradu berkali-kali menimbulkan bunyi tamparan yang keras. Harun merasakan memek Atik yang sempit, licin dan hangat itu mencengkram batang kontolnya terus menerus.
Mereka bersatu dalam birahi. Kedua tubuh yang kini penuh keringat saling berpacu dalam petualangan cinta, bau alat kelamin tercium jelas di udara. Mereka tenggelam dalam nikmatnya dunia. Tarian cinta mereka makin lama makin cepat karena semakin mendekati tujuannya pula.
Tiba-tiba saja Atik berteriak keras dan merangkul Harun erat-erat.
“Aduuuuuuuh…….. enaaaaakkk Mas!”
Harun merasakan rangkulan Atik begitu eratnya sehingga sedikit membuatnya sesak, sementara selangkangan gadis itu bergetar bagaikan kejang yang membuat memeknya juga membuka menutup secara cepat seakan menyedoti kontol Harun yang sedang berada di dalamnya.
Harun akhirnya tak kuat juga. Ia balas memeluk gadis itu rapat-rapat dan mulai membenamkan kontolnya dalam-dalam di liang surgawi milik Atik. Kontolnya berkali-kali memuntahkan pejunya di dalam lubang memek Atik. Akhirnya mereka berdua terdiam kelelahan beberapa saat.
Ketika terbangun dari nikmatnya orgasme di dalam memek perempuan, Arjuna menyadari bahwa kepalanya sudah tidak mengalami sensasi ringan lagi. Dengan cepat ia melihat ke arah Jannah. Namun Jannah masih terdiam di sana sedang memandanginya yang menindih Atik. Harun melihat bahwa dalam diam Jannah menangis karena air matanya telah membasahi pipinya dan juga dada gadis itu sesunggukan.
Harun melepaskan diri dari Atik untuk duduk. Kontolnya yang mengecil telah keluar dari sarang kenikmatan. Sedikit demi sedikit keluarlah peju Harun dari dalam lubang memek Atik. Sementara, Atikpun menangis tanpa suara, namun tidak melakukan apa-apa.
Harun memandangi wajah Jannah yang cantik itu. Ada sinar ketakutan dalam mata gadis itu. Harun sangat mensyukuri bahwa ia adalah anak yang pintar. Buktinya, perintah yang ia sampaikan kepada Jannah tetap dilaksanakan walaupun ia sudah tidak mengalami sensasi di kepalanya.
Harun kemudian menindih Jannah yang kini sesunggukan tanpa suara. Harun ingin melihat bila tanpa menggunakan kekuatannya apakah ia bisa menggauli gadis ini. Apakah bisa, hanya dengan perintah yang tadi ia lakukan Jannah mengijinkan ia menggarap tubuh gadis itu?
“Sekarang aku akan meniduri kamu, Mbak Jannah.”
Lalu Harun mulai menciumi gadis ini. Dilahapnya wajah cantik Jannah dengan rakus. Lidah Harun dapat merasakan asinnya air mata gadis itu yang ada di pipinya. Jannah sesunggukan dan terdiam sementara Harun asyik melumati wajah gadis itu dengan air liurnya.
“Peluk aku, Mbak. Ayo….”
Harun ingin melihat reaksi gadis ini. Apakah gadis ini akan mengikuti perintahnya atau tidak. Tadi Harun memerintahkan bahwa gadis itu adalah miliknya, bila perintah ini tetap lekat pada gadis ini, maka mau tidak mau gadis ini harus mengikuti apapun kemauannya.
Walaupun tetap menangis tanpa suara, Jannah memeluk Harun yang sedang menindihnya. Harun gembira sekali. Rupanya bila sekali saja orang sudah dipengaruhi olehnya, maka orang itu tetap akan mematuhinya terus.
“Sekarang kita ciuman dan Mbak harus mencium aku dengan penuh nafsu.”
Harun mencium bibir Jannah yang langsung saja membalas dengan hot. Jannah mengecup dan menjilati bibir Harun bagaikan sudah biasa berciuman. Singkat waktu, mereka berdua sudah saling bertukaran lidah dan menjilati satu sama lain. Harun yang tadi keringatan mulai keringatan lagi. Jannah pun kini keringatan. Kedua bibir mereka saling berpagutan sementara Jannah mengelus kepala Harun dengan bernafsu.
Bau tubuh Jannah tercium agak kuat. Berbeda dengan Atik yang memiliki bau badan yang lembut dan seakan perlahan menyerang hidung, bau badan Jannah tercium jelas dan serta-merta menusuk hidung Harun. Bukan bau yang memuakkan, namun termasuk bau yang menggiurkan.
Harun mengangkat tangan kanan Jannah dan melihat ketiak yang mulai ditumbuhii bulu halus. Bau badan gadis ini begitu kuat menyerang hidungnya membuat kontolnya kini sudah tegak lagi dimabuk birahi. Harun membenamkan wajahnya di ketiak gadis ini. Bulu-bulu halus menggelitik hidung Harun. Kepala Harun menjadi seakan mabuk kepayang dan pusing tujuh keliling akibat nafsu yang seakan tak terkontrol.
Dari sini ia tahu, bahwa ia lebih menyukai Jannah dibanding Atik. Baru baunya saja sudah membuatnya begini, apalagi yang lain yang lebih enak.
Harun mulai mengulum-ngulum bulu ketek Jannah yang masih jarang dan halus itu. Sementara Jannah kini telah berhenti menangis karena sedang menggeliat kegelian. Sambil mengenyoti ketiak gadis itu, Harun melihat mata gadis ini. Mata itu sudah tidak memperlihatkan sinar ketakutan melainkan mulai menyinarkan pandangan sayu seakan minta dientot.
Harun lalu mulai meremasi kedua payudara Jannah yang besar itu. Pentil gadis ini yang tadinya hanya menyembul sedikit, kini menyembul dan panjangnya kurang lebih sama dengan pantat bolpoin. Masih lebih kecil di banding pentil ibunya Harun, namun setidaknya bila dibandingkan dengan pentil Atik yang amat kecil maka pentil ini lebih nikmat dikulum dalam mulutnya.
Sambil meremasi kedua tetek Jannah, Harun asyik menjilati ketiak gadis ini. Bulu halus ketiak Jannah sudah rebah karena basah oleh keringat sendiri dan juga air liur Harun. Bau tubuh gadis ini sekarang seakan memenuhi udara. Baik dari ketek maupun kemaluannya, bau tubuh Jannah keluar bagaikan angin topan menerjang bumi.
Kemudian Harun mulai menciumi tetek kanan Jannah. Ia cupang dan sedoti payudara itu sehingga meninggalkan bekas cupang di sana-sini. Lalu dikulumnya pentil tetek kanan Jannah. Ia suka sekali sensasi memegang pentil di dalam mulut. Dijilatinya secara berputar yang membuat Jannah mulai mendesah lebih keras dan terkadang mengerang. Lalu disedotnya pentil itu kuat-kuat karena gemas. Jannah meremas kepala Harun dengan keras.
Setelah dada kanan Jannah sudah mulai bau mulut Harun sendiri, dirambahnya bukit yang sebelah kiri menggunakan lidah dan mulutnya. Kembali dada itu menjadi berhiaskan bekas cupang di sana-sini. Begitu bernafsunya Harun sehingga hampir tiap jengkal gundukan payudara Jannah dicupanginya, seakan ingin menunjukkan bahwa daerah itu adalah daerah kekuasaannya.
Setelah puas menjelajahi dada Jannah, Harun lalu membuka paha Jannah lebar-lebar dan mulai menjilati jembut Jannah yang memiliki bulu lebih banyak dari Atik. Bau tubuh gadis ini tercium santer di daerah selangkangannya menyebabkan Harun tak bisa menahan diri untuk mulai menjilati kemaluan gadis itu. Dengan dua jarinya ia buka bibir memek Jannah lalu mulai menjilat dan menghisapi memek yang sudah basah kuyup itu.
Cairan vagina Jannah memiliki rasa yang sedikit tajam dengan campuran masam dan getir ditambah bau yang menusuk hidung. Namun semuanya ini malah membuat Harun lebih bersemangat menjilati kemaluan Jannah. Tak bosan-bosannya lidahnya memasuki lubang memek gadis itu, terkadang menyedoti klitorisnya ataupun terkadang menjilati bagian dalam bibir luar memek itu.
Hanya lima menit Harun melahap vagina Jannah, Jannah sudah orgasme untuk pertama kali. Memeknya dibanjiri cairan bening hangat yang membasahi selangkangannya maupun mulut dan dagu Harun. Harun berusaha menjilati dan mengecap semua cairan Jannah karena begitu nikmatnya cairan itu di mulutnya.
Setelah Jannah sudah santai lagi, maka Harun memposisikan kontolnya di liang senggama Jannah, lalu menindih gadis itu dan menyelipkan kedua tangannya di kedua pantat Jannah. Jannah pun mengengkangkan kakinya lebar-lebar dan dengan kedua tangannya memegang kedua pantat Harun.
“Satu….. dua……. Tigaaaaaaaaaa……….” Kata Harun memberikan aba-aba.
Pada hitungan ketiga, Harun menghujamkan kontolnya kuat-kuat sambil menarik pantat Jannah, di lain pihak Jannah juga menarik pantat Harun. Jannah merasakan batang yang keras itu dalam satu gerakan telah menggagahinya. Bahkan selaput daranya pun robek dalam hitungan sepersekian detik saja. Rasa sakit melanda memeknya sementara ngilu rasanya ada benda keras membelah memeknya dan memenuhi lubang kencingnya itu.
Jannah memeluk Harun rapat-rapat sambil berteriak,
“Adddaaaauuuuuuww…. Sakit, Mas…………….”
Untuk beberapa saat mereka berpelukan tanpa bergerak. Berhubung Jannah setinggi Harun, maka Harun kini dapat mencium bibir gadis itu sambil ngentot. Mereka berciuman beberapa saat. Jannah dapat mencium bau memeknya di mulut Harun, namun Jannah tidak peduli. Sambil merangkul dan meremas kepala Harun ia saling mencium dan menjilat dengan Harun.
Kedua tubuh mereka kini basah kuyup oleh keringat campuran antara keringat mereka berdua. Sementara kedua bibir mereka sudah basah selain karena keringat juga oleh ludah mereka yang saling bertukaran. Udara malam memang dingin, namun panas tubuh yang mereka berdua hasilkan bagaikan udara di sauna saja.
Harun merasakan pinggul besar Jannah mulai bergoyang-goyang sehingga kontolnya kini mulai dikocok oleh memek Jannah. Harun membalas entotan itu. Mula-mula mereka bergoyang tidak seirama dan perlu beberapa saat agar gerakan pantat mereka dapat sinkron. Akhirnya mereka mengentot dalam suatu irama yang sama.
Sambil terus berpagutan, Harun asyik mengentoti tubuh Jannah yang sekal dan padat itu. Nikmat sekali bergumul dengan gadis ini karena seakan tubuh gadis ini diciptakan pas untuk Harun. Saat mereka bergaul ini, bibir bertemu bibir, dada bertemu dada dan kelamin saling bersatu. Sungguh pas rasanya. Dada Jannah yang besar itu tergencet dada Harun. Harun dapat merasakan pentil dan gundukan payudara Jannah seakan berusaha melawan tindihannya.
“Aku cinta kamu, Mbak……” kata Harun disela-sela cumbuannya terhadap pasangannya itu.
“Mbak juga cinta kamu, Mas…. Mbak milik kamu, kan?”
Mereka bercumbu lagi dengan buas. Lebih hot dari sebelumnya karena mereka berdua sudah mengutarakan perasaan masing-masing. Lidah mereka saling bersilat dan berusaha menjilat, bibir mereka asyik saling memagut bagaikan ular yang berusaha mencaplok mulut lawannya. Mereka berangkulan erat seakan tak ingin dipisahkan. Sementara kedua kelamin mereka saling mengocok satu sama lain dengan nafsu liar.
Memek Jannah lebih rapat dari Atik. Mungkin karena tubuh Jannah yang lebih kecil. Begitu kencangnya kontolnya digenggam otot vagina Jannah sehingga Harun merasa bahwa ia tak lama lagi akan keluar. Dipercepatnya hujaman kontolnya dalam memek Jannah sementara kini bibirnya telah mencaplok leher kiri Jannah dan mencupangnya sekuat mungkin. Jannah melenguh penuh kenikmatan.
Jannah merasa geli dan nikmat ketika mulut Harun menggarap lehernya dengan penuh birahi. Lidah Harun menggelitik lehernya dan bahkan cupangan Harun menyebabkan rasa ngilu yang nikmat yang menjalar dari memek sampai ke otak yang membuat pertahanannya jebol.
“Maaaasssss……….. enaaaaaaaaakkkk bangeeettttttttttt…………..!”
Harun merasa Jannah dengan tubuh sekalnya merangkulnya sangat kuat dan selangkangan gadis itu berkedut-kedut kelojotan dan memeknya mencengkram kontolnya begitu keras dan seakan menyedoti kontolnya dengan cepat dan keras dan vagina yang sudah basah kuyup itu mengeluarkan cairan hangat yang lebih banyak lagi yang membanjiri lubang memek dan mengguyur kontolnya yang tegang.
Sambil mencupang keras-keras, Harun balas merangkul Jannah sekuat tenaga lalu membenamkan kontolnya sejauh mungkin di dalam lubang peranakan gadis itu, lalu menyemburkan sperma yang sedari tadi minta dilepaskan ke dalam rahim gadis itu. Harun merasakan kontolnya berkedut-kedut berkali-kali, bahkan kayaknya lebih banyak dibanding sebelumnya.
Ketika badai orgasme reda, Harun tidak melepaskan dirinya dari Jannah melainkan tetap menindih gadis itu lalu mengecupnya di bibir sekali. Jannah tersenyum dan menatap Harun yang baru saja mengecupnya lalu mengecup balik. Akhirnya mereka berciuman lagi selama beberapa saat.
Tiba-tiba terdengar gelak tawa seorang lelaki tua. Tahu-tahu di samping mereka berdiri seorang lelaki paruh baya ubanan berusia sekitar 50 tahunan dan rambutnya kelabu karena rambut hitamnya banyak terhias uban di sana-sini. Lelaki itu sedang bertolak pinggang sedang tertawa melihat mereka berdua. Wajah lelaki ini tegas dan kokoh walaupun tidak terlalu ganteng, namun dengan jenggot kelabunya dan pancaran sinar matanya yang kuat, memberikan kesan penuh kekuatan dan kewibawaan.
Harun melihat berkeliling untuk mengechek kenapa temannya tidak mencegah orang ini masuk, namun lelaki itu berkata,
“Koncomu wis ta’ sirep kabeh! Tidak ada gunanya minta bantuan.”
Harun ketakutan dan merasakan kepalanya ringan lagi. Maka ia berkata,
“Pergi!”
Lelaki itu tiba-tiba terdiam. Harun merasa sudah berhasil menghalau lelaki itu. Namun Harun kaget ketika lelaki itu tertawa lagi. Kata lelaki itu,
“Bagus! Bakat kamu lebih besar dariku, bahkan aku sempat dibuat kaget sebentar….. mmmm… anak muda. Aku adalah Ki Asmoro Dewo. Siapakah gurumu?”
“Guru? Maksud Ki Asmoro?”
“Yang mengajarimu ilmu sirep yang membuat kamu bisa mendapatkan dua gadis cantik ini.”
“Aku tidak punya guru.”
Ki Asmoro Dewo menatap Harun lekat-lekat. Lalu ia mengangguk pelan.
“Bakat yang tidak ada bandingannya…… Baiklah, semenjak saat ini, aku angkat kau jadi muridku.”
Harun adalah anak pintar. Dia melihat bahwa seluruh temannya disirep hingga tidur oleh lelaki ini. Sementara, Harun belum menguasai kekuatannya, ia perlu guru. Dan akhirnya, guru itu datang sendiri kepadanya. Maka mulai saat itu, Harun menjadi murid Ki Asmoro Dewo.
loading...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Anak Lurah - 2"

Posting Komentar