Ternyata Suamiku Nakal - 2
Episode 2: Sang Pengintai.
Semenjak kedatangan Marni suamiku seakan bertambah semangat. Apa yang terjadi padanya. Padahal ku lihat tak sekalipun Marni dan suamiku terlibat dalam sebuah percakapan yang intim/ Aku masih berpikir positif tak tahu apa yang telah dilakukan suamiku. Selama ini aku sangat percaya suamiku adalah orang yang sangat setia dan bertanggung jawab jadi tidak mungkin dia akan menghianatiku. Ah..mungkin dia mendapat hiburan karena sampai sekarang belum diberi momongan aku sendiri juga senang ada teman di rumah. Walau sebenarnya aku juga sibuk mengurus butik-butik ku.
Suamiku semakin sibuk pula dengan pekerjaannya selain bekerja sebagai pegawai pemerintahan orang tua suamiku juga menyuruh suamiku mengurus perkebunan kelapa sawit keluarga mereka. Jadilah suamiku semakin sibuk. Namun, dia tetap memberikan kepuasan batin padaku. Meski ku sadari sepertinya suamiku masih belum puas dengan pelayananku. Aku pun bertekad untuk lebih bisa memuaskan suamiku. Suamiku sendiri kemudian mengubah kamar lantai atas satunya untuk ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan multimedia. Beberapa kali aku lihat ke dalam ruang itu. Wow..suamiku benar-benar gila. Ruang itu benar-benar lengkap kecuali dapur tidak ada. Suamiku pun menyediakan ranjang di kamar itu. Sudahlah aku pikir suamiku ingin bekerja sambil bersantai.
Sudah sebulan lamanya Marni tinggal di rumah kami. Rasanya baru kemarin dia datang ke rumah kami. Hari ini Papa Suamiku bermaksud mendaftarkan Marni ke SMA, maklumlah Marni di desa hanya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP saja. Aku bisa paham karena memang kehidupan keluarga Mbok Imah memang serba apa adanya. Untunglah suamiku juga bukan orang pelit. Selain, Marni suamiku punya beberapa anak asuh lainnya.
“Pa, papa, jadi mau daftarin Marni sekolah?”tanyaku.
“Jadilah Ma, kasihan jugakan anak masih umur 16 tahun harus putus sekolah. Seenggaknya sampai SMA lah Ma. Tapi kalau memang Marni punya potensi bias jadi
Papa bantu sampai kuliah.”Papar suamiku.
“Mama bangga deh sama Papa,”sambil ku kecup pipi Suamku.
---
Hari itu kami berdua mengantar Marni mendaftarkan sekolah. Tidak ada proses berbelit-belit karena suamiku termasuk orang yang cukup di kenal di sekolahan Marni mendaftar. Yayasan sekolah tersebut merupakan milik sahabat Ayah mertuaku, ayah suamiku. Selain itu, ini bukan pertama kalinya. Ku lihat Marni cukup cantik untuk gadis desa, perawakan yang kecil namun terlihat tubuh itu memiliki bentuk yang indah. Aku sendiri yakin 2-3 tahun lagi Marni akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apalagi hari ini dia memakai rok di atas lutut dan baju yang serasi. Mungkin harus ku ajari berdandan pikirku.
“Maaf Ndoro Marni jadi ngrepoti!”ujar Marni.
“Lho kan sudah dibilangin jangan panggil saya Ndoro, panggil saja Mas, Kak, Abang atau Papa juga gapapa.”ku dengar obrolan suamiku dan Marni di dalam mobil.
“Iya nih Marni sering gitu lho Pa, masa Mama dipanggil Ndoro.”ujarku.
Ku perhatikan suamiku dari belakang. Nampak suamiku sesekali melirik paha Marni yang terekspos. Tapi biarlah namanya juga laki-laki.
“Tuhkan, dibilangin.” Tutur suamiku
“Gini aja deh Mar, kita buat kesepakatan gimana kamu mau panggil kami. Gimana Mar?”Tanya suamiku.
“Iya Mar.”aku pun menyetujui.
“Mmm....”tampak Marni berpikir.
Hingga belokan terakhir menuju rumah kami, kami masih belum mendapat jawaban dari Marni. Sementara suamiku masih fokus menyetir. Memang kami tidak punya sopir jadi suamiku sendiri seringkali menjadi sopir buatku karena memang aku lebih suka duduk di belakang. Sedangkan Marni ku biarkan duduk di sebelah suamiku.
Tiba-tiba Marni berujar,”Boleh saya Panggil Pak Wijaya dengan Papa, dan Ibu Revita Mama?”
Aku agak terkejut mendengarnya, ku rasa suamiku pun sama karena sempat suamiku menginjak rem mobil.Mungkin Marni masih menyimpan kesedihan karena kehilangan orang tuanya.
“Gimana Ma?”tanya suamiku.
“Boleh sih Pa, lagian kayaknya mama juga pengen cepet punya anak sendiri siapa tahu bisa jadi pancingan.”ujarku.
“Oke deh kalo begitu.”balas suamiku.
“Kamu boleh panggil Papa dan Mama ke kita, ya kan Ma.”tanya suamiku
Aku mengiyakan dengan isyarat anggukan kepala.
“Makasih Ndo,,,, eh Pa makasih Ma.”tutur Marni.
“Oh iya besok kamu sudah bisa masuk sekolah, Mar.”tutur suamiku.
“Ma seragamnya sudah adakan?”tanya suamiku.
“Sudah Pa, sudah Mama mintakan ke sekolah.”jawabku
Tidak lama kemudian mobil kami sampai di depan rumah. Suamiku membunyikan klakson mobil yang kemudian di sambut Mbok Imah. Sampai di rumah aku pun bergegas ke kamar Mandi, rasanya gerah lagian juga sudah sore. Ku nyalakan shower. Ku dinginkan kepalaku. Entah apa yang ku pikirkan. Aku rasa suamiku memiliki ketertarikan terhadap Marni. Tapi apa iya?
“Ma, mama, papa ikut mandi dong,”suamiku tiba-tiba nyelonong ke kamar mandi.
“Ih papa nakal.”ujarku merajuk manja.
Bagaimana tidak, tiba-tiba suamiku masuk ke kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang sementara di bawah sana ku tahu Penis suamiku sudah menegang terjepit diantara sela pahaku.
“Aduh cantik bener nih, seksi lagi. Istri siapa sih?”rayu suamiku sambil memainkan payudaraku dengan tangannya.
“Ah papa, nanti dulu. Kita mandi dulu Pa.”cegahku tidak bersungguh-sungguh.
“Ah mama kelamaan Ma, Papa udah gak tahan nih.”kata suamiku sambil mengangkat satu pahaku sementara tangan yang lain memandu penisnya memasuki vaginaku
dari belakang.
Aku hanya dapat berpegangan pada dinding kamar mandi. Vaginaku memang sudah basah dari tadi. Ku akui aku memang cepat basah.
“Bless.”penis suamiku masuk ke dalam vaginaku.
Suamiku tidak buru-buru, di diamkan sejenak penis besar itu di dalam vaginaku. Aku semakin bernafsu, nafasku semakin tidak teratur. Tidak berapa lama suamiku mulai memaju mundurkan penisnya. Ditarik- didorong begitu pelan berulang-kali, kemudian semakin cepat dan semakin cepat. Tangan suamiku tidak tinggal diam begitu saja. Sementara penisnya bekerja, payudaraku menjadi sasaran, bibirnya pun ikut menjelajahi leher jenjangku.
“ah.....ssh...ah....ah...ah....ah....”desahku tak tertahan.
Untung saja kamar kami ada di lantai atas dan memang kamar mandi ini berada di dalam kamar. Jadi aku tidak terlalu risau jika ada yang mendengar jeritan dan desahanku.
“Ah....e...nak....Pa....”aku menceracau tak karuan penis itu benar-benar enak menggosok setiap inchi rongga vaginaku.
Aku merasa tidak tahan lagi.
“Pa...ma....ma...u..da...ma...u...sa...sam pe....”ujarku tertahan tahan.
“Ben...tar Ma...Pa...Pa ju..ga u...da...”
Belum sempat suamiku menyelasaikan kalimatnya, aku sudah mencapai puncak kenikmatan ku.
“Ah...................”aku mendesah panjang tubuhku mengejang di pelukan suamiku.
Tak berapa lama vaginaku mendapat serangan lagi. Suamiku tiba-tiba menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku.
“Crot....crot...crot....”sperma suamiku menyembur ke dalam lobang surgaku.
Kami berdua terengah-engah. Nafas kami tidak beraturan sementara aku sendiri sudah sangat letih. Cukup lama kami bersetubuh di kamar mandi. Suamiku masih memelukku sementara penisnya masih tertancap di vaginaku. Pertama kalinya kami bersetubuh di kamar mandi di bawah air shower. Sungguh luar biasa. Ku selesaikan acara mandi bersama suamiku.
“Makasih Pa...”ku kecup bibir suamiku.
----
Pukul tujuh Malam, setelah ritual seks di kamar Mandi dengan Istriku Revita. Seperti biasanya kami makan malam bersama, kecuali jika aku sedang dinas ke luar kota atau sedang ke perkebunan kelapa sawit di kalimantan.
“Ayo kita makan!”Ajakku.
“Tapi sebelum itu berdoa dulu yah.”sambungku lagi.
Sejenak suasana hening kami berempat, aku, istriku, marni dan Mbok Imah khusyuk berdoa.
Tidak lama terdengar suara kunyahan dan gigi-gigi beradu.
“Mbok,”ujarku membuka percakapan.
“Iya, Ndoro.”jawab Mbok Imah. Kalau untuk urusan Mbok Imah memanggil Ndoro itu adalah karena masalah kebiasan sejak lama jadi memang sudah jdi adat.
“Gini Mbok, Mbok gak usah kaget kalo misal Marni memanggil saya Papa atau manggil Revi mama. Kita sudah sepakat Mbok.”terangku.
“Iya Mbok lagian kita sudah seperti keluarga sendiri,”tambah Istriku.
“Iyakan Mar?”tanya Istriku.
“Iya Mah.”jawab Marni.
“Oh iya Mar nanti kamu ke kamar saya bentar yah. Mama mau kasih kamu baju buat tidur lagian masa kamu tidur pake baju kayak gitu.”Istriku lagi.
“Iya, Ma.”jawab Marni.
Aku ikut senang mendengarnya. Setelah acara makan malam selesai seperti biasa Mbok Imah kembali ke kamarnya dan seperti biasa Mbok Imah selalu sembahyang sebelum dia tidur dan berdoa sangat lama. Aku pernah sekali melihat Mbok Imah, ketika terjaga di dini hari sedang berdoa dan sembahyang dengan khusyuk sewaktu aku hendak mengambil air di dapur.
Aku sendiri biasanya akan duduk di depan TV di ruang tengah di lantai 1. Namun, hari ini aku ingin masuk ke ruang kerjaku yang baru di lantai 2. Ruang kerjaku sangat lengkap, mulai dari edukasi hingga entertainment ada semua. Sehingga aku sangat nyaman disini. Apalagi aku juga menyediakan ranjang yang cukup untuk satu orang. Alhasil ruang kerjaku memiliki banyak kegunaan. Satu hal yang tidak ku beritahu isteriku adalah di kamar ini aku dapat melihat segala aktivitas di rumah ini bahkan hingga ke luar rumah. Yah, berbarengan dengan renovasi kamar yang kemudian ku ubah menjadi ruang kerja aku memasang beberapa kamera CCTV yang tidak disadari oleh orang. Selain untuk keamanan aku punya tujuan lain.
“Klik.”ku tekan mouse komputerku.
Layar monitorku langsung menampilkan pemandangan di depan rumah. Cukup lengang pikirku. Aku pindah lagi ke belakang rumah. Aman. Oh iya monitor komputerku tidak hanya satu tapi ada tiga sehingga sangat mantap. Aku sendiri tidak khawatir jika nantinya istriku tahu jika rumah ini sudah ku pasang CCTV. Toh dia hanya bisa melihat CCTV di luar rumah dan di ruang tamu melalui komputer tersebut bila tidak memasukkan password tertentu dan cuma aku yang tahu.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman, aku segera mengalihkan perhatianku kepada pekerjaanku. Lima belas kemudian aku sudah bosan dengan pekerjaanku. Ku lirik jam di monitor menunjukkan 19.45. Tiba-tiba terbersit sesuatu dalam pikiranku.
“Aha...aku mau lihat Marni dulu.”pikirku.
Segera ku buka monitor komputerku.
“Jebret.”gambar kamar tidur Marni terlihat jelas di layar.
“Lho kok gak ada?”pikirku kecewa.
Sejenak aku berpikir, bukankan dia sama Revita, coba cek dulu. Ku lihat lagi layar monitor. Terlihat kamar tidur kami.
Sungguh suatu kejutan. Aku lihat Marni sedang bertelanjang hanya memaki CD dan BH saja. Oh rupanya dia sedang mencoba-coba baju yang diberikan oleh istriku. Ku kira istriku hanya memberikan baju tidur saja ternyata baju lainnya pun diberikan dan Marni langsung mencobanya. Ku lihat di monitorku mereka berdua tertawa nampak bahagia. Bahkan kali ini ku lihat istriku ikutan membuka baju. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Nampak, Marni sangat mungil di banding istriku. Kalau ditaksir mungkin Marni hanya setinggi pundak istriku.
Ah...benar-benar sempurna kedua bidadari ini. Ku lihat di monitor dengan jelas keduanya berpelukan ku lihat Marni menangis di pelukan istriku entah kenapa Marni menangis aku tidak mendengar apa pun karena memang aku tidka memasang perangkat audio untuk mendengar percakapan. Yang terlihat hanyalah istriku mengelus kepala Marni dan mendekap erat ke dadanya.
“Deg...”jantungku sempat terhenti ketika ku lihat di monitor istriku dan Marni kemudian berciuman seperti sepasang kekasih. Apakah istriku biseks, tanyaku sendiri.
Aku hanya bisa menahan gejolak hati. Kedua wanita itu masih asyik berciuman. Dua orang wanita yang keduanya hanya berpakaian dalam saja. Aku harus bagaimana. Apakah harus ku labrak atau ku biarkan saja. Aku mengalami pertarungan batin.
Cumbuan keduanya semakin panas. Ku lihat keduanya bergerak ke ranjang dan akhirnya keduanya rebahan sambil tetap berciuman mesra. Ku lihat di layar istriku mulai menggerayangi Marni, dia meremas-remas bokong Marni. Marni sepertinya memang masih polos nampak sekali dia pasif. Justru istriku yang mengarahkan tangan marni menuju selangkangan istriku.
Pemadangan ini benar-benar membuatku tidak tahan. Tanpa dikomando penisku sangat keras dan tegang bahkan tanpa permisi nongol keluar celana kolorku. Permainan Revita Istriku semakin memanas entah kapan keduanya melepas pakaian terakhir mereka yang pasti sekarang keduanya bugil dan saling menjilati vagina mereka. Sungguh tidak terduga ku lihat posisi enam sembilan dilakukan oleh dua orang wanita. Mereka nampak sangat bernafsu.
Ah...peduli setan aku nikmati saja pemandangan ini. Lagipula istriku tidak selingkuh dengan pria lain. Tidak lamaku lihat keduanya berganti posisi. Layaknya senggama dengan laki-laki keduanya saling menggesekan vagina satu dengan yang lain.
Tidak lama keduanya mengejang dan terkapar lemah di ranjang. Lalu 5 menit kemudian istriku beranjak ke kamar mandi sambil mengajak Marni. Entah apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Yang jelas keduanya hilang dari monitor. Kenapa tidak ku pasang juga di kamar mandi pikirku.
15 menit berlalu, nampak dua tubuh bugil, dua sosok tubuh wanita. Satu memiliki wajah dan tubuh bagai bidadari dan satunya lagi masih mungil dan masih terus tumbuh namun sudah menampakkan pesonanya.
Keduanya, duduk di tepi ranjang dan terlihat sedang mengobrol, kemudian ku lihat istriku beranjak mengambil baju di lemari. Dia mengulurkan sebuah baju kepada Marni dan dai sendiri kemudian memakai daster. Rupanya istriku memberikan daster kepada Marni. Terlihat marni memakainya. Wow terlihat sangat cocok Marni dengan daster warna merah muda tanpa lengan dan hanya sebatas paha saja. Keduanya kemudian memakai celana dalam dan kemudian istriku merapikan kamar kami. Sedangkan Marni ke luar sambil membawa banyak baju.
“Eh sebentar. Marni gak pake BH dong.”aku bicara sendiri.
Semenjak kedatangan Marni suamiku seakan bertambah semangat. Apa yang terjadi padanya. Padahal ku lihat tak sekalipun Marni dan suamiku terlibat dalam sebuah percakapan yang intim/ Aku masih berpikir positif tak tahu apa yang telah dilakukan suamiku. Selama ini aku sangat percaya suamiku adalah orang yang sangat setia dan bertanggung jawab jadi tidak mungkin dia akan menghianatiku. Ah..mungkin dia mendapat hiburan karena sampai sekarang belum diberi momongan aku sendiri juga senang ada teman di rumah. Walau sebenarnya aku juga sibuk mengurus butik-butik ku.
Suamiku semakin sibuk pula dengan pekerjaannya selain bekerja sebagai pegawai pemerintahan orang tua suamiku juga menyuruh suamiku mengurus perkebunan kelapa sawit keluarga mereka. Jadilah suamiku semakin sibuk. Namun, dia tetap memberikan kepuasan batin padaku. Meski ku sadari sepertinya suamiku masih belum puas dengan pelayananku. Aku pun bertekad untuk lebih bisa memuaskan suamiku. Suamiku sendiri kemudian mengubah kamar lantai atas satunya untuk ruang kerja lengkap dengan perpustakaan dan multimedia. Beberapa kali aku lihat ke dalam ruang itu. Wow..suamiku benar-benar gila. Ruang itu benar-benar lengkap kecuali dapur tidak ada. Suamiku pun menyediakan ranjang di kamar itu. Sudahlah aku pikir suamiku ingin bekerja sambil bersantai.
Sudah sebulan lamanya Marni tinggal di rumah kami. Rasanya baru kemarin dia datang ke rumah kami. Hari ini Papa Suamiku bermaksud mendaftarkan Marni ke SMA, maklumlah Marni di desa hanya mampu mengenyam pendidikan hingga SMP saja. Aku bisa paham karena memang kehidupan keluarga Mbok Imah memang serba apa adanya. Untunglah suamiku juga bukan orang pelit. Selain, Marni suamiku punya beberapa anak asuh lainnya.
“Pa, papa, jadi mau daftarin Marni sekolah?”tanyaku.
“Jadilah Ma, kasihan jugakan anak masih umur 16 tahun harus putus sekolah. Seenggaknya sampai SMA lah Ma. Tapi kalau memang Marni punya potensi bias jadi
Papa bantu sampai kuliah.”Papar suamiku.
“Mama bangga deh sama Papa,”sambil ku kecup pipi Suamku.
---
Hari itu kami berdua mengantar Marni mendaftarkan sekolah. Tidak ada proses berbelit-belit karena suamiku termasuk orang yang cukup di kenal di sekolahan Marni mendaftar. Yayasan sekolah tersebut merupakan milik sahabat Ayah mertuaku, ayah suamiku. Selain itu, ini bukan pertama kalinya. Ku lihat Marni cukup cantik untuk gadis desa, perawakan yang kecil namun terlihat tubuh itu memiliki bentuk yang indah. Aku sendiri yakin 2-3 tahun lagi Marni akan tumbuh menjadi gadis yang cantik. Apalagi hari ini dia memakai rok di atas lutut dan baju yang serasi. Mungkin harus ku ajari berdandan pikirku.
“Maaf Ndoro Marni jadi ngrepoti!”ujar Marni.
“Lho kan sudah dibilangin jangan panggil saya Ndoro, panggil saja Mas, Kak, Abang atau Papa juga gapapa.”ku dengar obrolan suamiku dan Marni di dalam mobil.
“Iya nih Marni sering gitu lho Pa, masa Mama dipanggil Ndoro.”ujarku.
Ku perhatikan suamiku dari belakang. Nampak suamiku sesekali melirik paha Marni yang terekspos. Tapi biarlah namanya juga laki-laki.
“Tuhkan, dibilangin.” Tutur suamiku
“Gini aja deh Mar, kita buat kesepakatan gimana kamu mau panggil kami. Gimana Mar?”Tanya suamiku.
“Iya Mar.”aku pun menyetujui.
“Mmm....”tampak Marni berpikir.
Hingga belokan terakhir menuju rumah kami, kami masih belum mendapat jawaban dari Marni. Sementara suamiku masih fokus menyetir. Memang kami tidak punya sopir jadi suamiku sendiri seringkali menjadi sopir buatku karena memang aku lebih suka duduk di belakang. Sedangkan Marni ku biarkan duduk di sebelah suamiku.
Tiba-tiba Marni berujar,”Boleh saya Panggil Pak Wijaya dengan Papa, dan Ibu Revita Mama?”
Aku agak terkejut mendengarnya, ku rasa suamiku pun sama karena sempat suamiku menginjak rem mobil.Mungkin Marni masih menyimpan kesedihan karena kehilangan orang tuanya.
“Gimana Ma?”tanya suamiku.
“Boleh sih Pa, lagian kayaknya mama juga pengen cepet punya anak sendiri siapa tahu bisa jadi pancingan.”ujarku.
“Oke deh kalo begitu.”balas suamiku.
“Kamu boleh panggil Papa dan Mama ke kita, ya kan Ma.”tanya suamiku
Aku mengiyakan dengan isyarat anggukan kepala.
“Makasih Ndo,,,, eh Pa makasih Ma.”tutur Marni.
“Oh iya besok kamu sudah bisa masuk sekolah, Mar.”tutur suamiku.
“Ma seragamnya sudah adakan?”tanya suamiku.
“Sudah Pa, sudah Mama mintakan ke sekolah.”jawabku
Tidak lama kemudian mobil kami sampai di depan rumah. Suamiku membunyikan klakson mobil yang kemudian di sambut Mbok Imah. Sampai di rumah aku pun bergegas ke kamar Mandi, rasanya gerah lagian juga sudah sore. Ku nyalakan shower. Ku dinginkan kepalaku. Entah apa yang ku pikirkan. Aku rasa suamiku memiliki ketertarikan terhadap Marni. Tapi apa iya?
“Ma, mama, papa ikut mandi dong,”suamiku tiba-tiba nyelonong ke kamar mandi.
“Ih papa nakal.”ujarku merajuk manja.
Bagaimana tidak, tiba-tiba suamiku masuk ke kamar mandi dan langsung memelukku dari belakang sementara di bawah sana ku tahu Penis suamiku sudah menegang terjepit diantara sela pahaku.
“Aduh cantik bener nih, seksi lagi. Istri siapa sih?”rayu suamiku sambil memainkan payudaraku dengan tangannya.
“Ah papa, nanti dulu. Kita mandi dulu Pa.”cegahku tidak bersungguh-sungguh.
“Ah mama kelamaan Ma, Papa udah gak tahan nih.”kata suamiku sambil mengangkat satu pahaku sementara tangan yang lain memandu penisnya memasuki vaginaku
dari belakang.
Aku hanya dapat berpegangan pada dinding kamar mandi. Vaginaku memang sudah basah dari tadi. Ku akui aku memang cepat basah.
“Bless.”penis suamiku masuk ke dalam vaginaku.
Suamiku tidak buru-buru, di diamkan sejenak penis besar itu di dalam vaginaku. Aku semakin bernafsu, nafasku semakin tidak teratur. Tidak berapa lama suamiku mulai memaju mundurkan penisnya. Ditarik- didorong begitu pelan berulang-kali, kemudian semakin cepat dan semakin cepat. Tangan suamiku tidak tinggal diam begitu saja. Sementara penisnya bekerja, payudaraku menjadi sasaran, bibirnya pun ikut menjelajahi leher jenjangku.
“ah.....ssh...ah....ah...ah....ah....”desahku tak tertahan.
Untung saja kamar kami ada di lantai atas dan memang kamar mandi ini berada di dalam kamar. Jadi aku tidak terlalu risau jika ada yang mendengar jeritan dan desahanku.
“Ah....e...nak....Pa....”aku menceracau tak karuan penis itu benar-benar enak menggosok setiap inchi rongga vaginaku.
Aku merasa tidak tahan lagi.
“Pa...ma....ma...u..da...ma...u...sa...sam pe....”ujarku tertahan tahan.
“Ben...tar Ma...Pa...Pa ju..ga u...da...”
Belum sempat suamiku menyelasaikan kalimatnya, aku sudah mencapai puncak kenikmatan ku.
“Ah...................”aku mendesah panjang tubuhku mengejang di pelukan suamiku.
Tak berapa lama vaginaku mendapat serangan lagi. Suamiku tiba-tiba menghujamkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku.
“Crot....crot...crot....”sperma suamiku menyembur ke dalam lobang surgaku.
Kami berdua terengah-engah. Nafas kami tidak beraturan sementara aku sendiri sudah sangat letih. Cukup lama kami bersetubuh di kamar mandi. Suamiku masih memelukku sementara penisnya masih tertancap di vaginaku. Pertama kalinya kami bersetubuh di kamar mandi di bawah air shower. Sungguh luar biasa. Ku selesaikan acara mandi bersama suamiku.
“Makasih Pa...”ku kecup bibir suamiku.
----
Pukul tujuh Malam, setelah ritual seks di kamar Mandi dengan Istriku Revita. Seperti biasanya kami makan malam bersama, kecuali jika aku sedang dinas ke luar kota atau sedang ke perkebunan kelapa sawit di kalimantan.
“Ayo kita makan!”Ajakku.
“Tapi sebelum itu berdoa dulu yah.”sambungku lagi.
Sejenak suasana hening kami berempat, aku, istriku, marni dan Mbok Imah khusyuk berdoa.
Tidak lama terdengar suara kunyahan dan gigi-gigi beradu.
“Mbok,”ujarku membuka percakapan.
“Iya, Ndoro.”jawab Mbok Imah. Kalau untuk urusan Mbok Imah memanggil Ndoro itu adalah karena masalah kebiasan sejak lama jadi memang sudah jdi adat.
“Gini Mbok, Mbok gak usah kaget kalo misal Marni memanggil saya Papa atau manggil Revi mama. Kita sudah sepakat Mbok.”terangku.
“Iya Mbok lagian kita sudah seperti keluarga sendiri,”tambah Istriku.
“Iyakan Mar?”tanya Istriku.
“Iya Mah.”jawab Marni.
“Oh iya Mar nanti kamu ke kamar saya bentar yah. Mama mau kasih kamu baju buat tidur lagian masa kamu tidur pake baju kayak gitu.”Istriku lagi.
“Iya, Ma.”jawab Marni.
Aku ikut senang mendengarnya. Setelah acara makan malam selesai seperti biasa Mbok Imah kembali ke kamarnya dan seperti biasa Mbok Imah selalu sembahyang sebelum dia tidur dan berdoa sangat lama. Aku pernah sekali melihat Mbok Imah, ketika terjaga di dini hari sedang berdoa dan sembahyang dengan khusyuk sewaktu aku hendak mengambil air di dapur.
Aku sendiri biasanya akan duduk di depan TV di ruang tengah di lantai 1. Namun, hari ini aku ingin masuk ke ruang kerjaku yang baru di lantai 2. Ruang kerjaku sangat lengkap, mulai dari edukasi hingga entertainment ada semua. Sehingga aku sangat nyaman disini. Apalagi aku juga menyediakan ranjang yang cukup untuk satu orang. Alhasil ruang kerjaku memiliki banyak kegunaan. Satu hal yang tidak ku beritahu isteriku adalah di kamar ini aku dapat melihat segala aktivitas di rumah ini bahkan hingga ke luar rumah. Yah, berbarengan dengan renovasi kamar yang kemudian ku ubah menjadi ruang kerja aku memasang beberapa kamera CCTV yang tidak disadari oleh orang. Selain untuk keamanan aku punya tujuan lain.
“Klik.”ku tekan mouse komputerku.
Layar monitorku langsung menampilkan pemandangan di depan rumah. Cukup lengang pikirku. Aku pindah lagi ke belakang rumah. Aman. Oh iya monitor komputerku tidak hanya satu tapi ada tiga sehingga sangat mantap. Aku sendiri tidak khawatir jika nantinya istriku tahu jika rumah ini sudah ku pasang CCTV. Toh dia hanya bisa melihat CCTV di luar rumah dan di ruang tamu melalui komputer tersebut bila tidak memasukkan password tertentu dan cuma aku yang tahu.
Setelah memastikan keadaan sekitar aman, aku segera mengalihkan perhatianku kepada pekerjaanku. Lima belas kemudian aku sudah bosan dengan pekerjaanku. Ku lirik jam di monitor menunjukkan 19.45. Tiba-tiba terbersit sesuatu dalam pikiranku.
“Aha...aku mau lihat Marni dulu.”pikirku.
Segera ku buka monitor komputerku.
“Jebret.”gambar kamar tidur Marni terlihat jelas di layar.
“Lho kok gak ada?”pikirku kecewa.
Sejenak aku berpikir, bukankan dia sama Revita, coba cek dulu. Ku lihat lagi layar monitor. Terlihat kamar tidur kami.
Sungguh suatu kejutan. Aku lihat Marni sedang bertelanjang hanya memaki CD dan BH saja. Oh rupanya dia sedang mencoba-coba baju yang diberikan oleh istriku. Ku kira istriku hanya memberikan baju tidur saja ternyata baju lainnya pun diberikan dan Marni langsung mencobanya. Ku lihat di monitorku mereka berdua tertawa nampak bahagia. Bahkan kali ini ku lihat istriku ikutan membuka baju. Sungguh pemandangan yang luar biasa. Nampak, Marni sangat mungil di banding istriku. Kalau ditaksir mungkin Marni hanya setinggi pundak istriku.
Ah...benar-benar sempurna kedua bidadari ini. Ku lihat di monitor dengan jelas keduanya berpelukan ku lihat Marni menangis di pelukan istriku entah kenapa Marni menangis aku tidak mendengar apa pun karena memang aku tidka memasang perangkat audio untuk mendengar percakapan. Yang terlihat hanyalah istriku mengelus kepala Marni dan mendekap erat ke dadanya.
“Deg...”jantungku sempat terhenti ketika ku lihat di monitor istriku dan Marni kemudian berciuman seperti sepasang kekasih. Apakah istriku biseks, tanyaku sendiri.
Aku hanya bisa menahan gejolak hati. Kedua wanita itu masih asyik berciuman. Dua orang wanita yang keduanya hanya berpakaian dalam saja. Aku harus bagaimana. Apakah harus ku labrak atau ku biarkan saja. Aku mengalami pertarungan batin.
Cumbuan keduanya semakin panas. Ku lihat keduanya bergerak ke ranjang dan akhirnya keduanya rebahan sambil tetap berciuman mesra. Ku lihat di layar istriku mulai menggerayangi Marni, dia meremas-remas bokong Marni. Marni sepertinya memang masih polos nampak sekali dia pasif. Justru istriku yang mengarahkan tangan marni menuju selangkangan istriku.
Pemadangan ini benar-benar membuatku tidak tahan. Tanpa dikomando penisku sangat keras dan tegang bahkan tanpa permisi nongol keluar celana kolorku. Permainan Revita Istriku semakin memanas entah kapan keduanya melepas pakaian terakhir mereka yang pasti sekarang keduanya bugil dan saling menjilati vagina mereka. Sungguh tidak terduga ku lihat posisi enam sembilan dilakukan oleh dua orang wanita. Mereka nampak sangat bernafsu.
Ah...peduli setan aku nikmati saja pemandangan ini. Lagipula istriku tidak selingkuh dengan pria lain. Tidak lamaku lihat keduanya berganti posisi. Layaknya senggama dengan laki-laki keduanya saling menggesekan vagina satu dengan yang lain.
Tidak lama keduanya mengejang dan terkapar lemah di ranjang. Lalu 5 menit kemudian istriku beranjak ke kamar mandi sambil mengajak Marni. Entah apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Yang jelas keduanya hilang dari monitor. Kenapa tidak ku pasang juga di kamar mandi pikirku.
15 menit berlalu, nampak dua tubuh bugil, dua sosok tubuh wanita. Satu memiliki wajah dan tubuh bagai bidadari dan satunya lagi masih mungil dan masih terus tumbuh namun sudah menampakkan pesonanya.
Keduanya, duduk di tepi ranjang dan terlihat sedang mengobrol, kemudian ku lihat istriku beranjak mengambil baju di lemari. Dia mengulurkan sebuah baju kepada Marni dan dai sendiri kemudian memakai daster. Rupanya istriku memberikan daster kepada Marni. Terlihat marni memakainya. Wow terlihat sangat cocok Marni dengan daster warna merah muda tanpa lengan dan hanya sebatas paha saja. Keduanya kemudian memakai celana dalam dan kemudian istriku merapikan kamar kami. Sedangkan Marni ke luar sambil membawa banyak baju.
“Eh sebentar. Marni gak pake BH dong.”aku bicara sendiri.
loading...
0 Response to "Ternyata Suamiku Nakal - 2"
Posting Komentar