Scandal Annisa
Nama : Annisa R
Umur : 27 tahun
BB : 52 kg
Tinggi : 165 cm
Namaku Annisa dan biasa dipanggil nisa. Dalam keseharian-ku, aku mengenakan hijab. Aku sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Aku sangat menyayangi mereka dan suamiku.
Naluri wanita memang tidak bisa dipungkiri, meskipun aku berhijab tetapi rasa ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarku cukup besar. Aku merasa senang apabila penampilanku mendapatkan perhatian orang lain, termasuk lawan jenis. Itu menjadi kepuasan tersendiri bagiku.
Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di Kota Pempek dengan jabatan Asistan Manajer Bagian Operasional. Baru satu setengah tahun aku menduduki jabatan tersebut atas rekomendasi atasanku, Pak Bram. Aku sangat berterima kasih dan menghormati beliau.
Pak Bram ini bisa dibilang orang yang cukup sukses, karena di usia kepala 3 beliau sudah menjadi Manajer perusahaan. Pak Bram orangnya tegas, namun tetap mengayomi bawahannya. Kami sering bercanda dengan beliau, namun tanpa mengurangi rasa hormat kami padanya.
Hari itu, aku dipanggil ke ruangan Pak Bram. Beliau mengatakan kepada ku bahwa akan ada pertemuan dengan klien perusahaan di Bengkulu selama 1 minggu, dan aku harus ikut karena menyangkut permasalahan operasional perusahaan kami.
Sepulang dari kantor aku langsung berdiskusi dengan suami ku dan meminta pendapatnya. Suami ku merasa keberatan kalau selama itu, tapi setelah ku jelaskan panjang lebar barulah dia mengerti dan mengizinkan ku untuk berangkat.
Minggu pagi, aku bersiap-siap akan berangkat. Segala sesuatunya sudah ku persiapkan sebelumnya, jadi tinggal berangkat saja. Pesawat ke Bengkulu berangkat pukul 6 pagi, jadi ba’da subuh aku pun diantar suamiku ke bandara.
Diperjalanan ke bandara, suamiku bertanya padaku.
“My, jadi berangkat ke Bengkulu?” Tanya suamiku.
“ya jadi donk By…” jawabku
“yakin gak mau dibatalin My?” Tanya suamiku lagi.
“Gimana By, soalnya kerjaan kantor dan Umy gak bisa nolak” jawabku lagi
“ya udah, tapi jangan diporsir ya My kerja nya.” Ujar suamiku sambil mengecup keningku.
Haduh, berat rasanya meninggalkan suami dan anak-anak. Tapi mau bagaimana lagi, tuntutan kerja.
Sampai di Bandara, aku pun masuk dan menemui Pak Bram yang ternyata sudah lama menunggu. Kamipun terbang ke Bengkulu.
Sampai di Bengkulu pukul 7 pagi, kami langsung cari hotel dan check in. Pak Bram memilih hotel Horizon karena pemandangannya yang cukup bagus, dekat dengan pantai.
Setelah check in, kami langsung meluncur ketempat meeting. Acaranya lama, sampai sore karena banyak sekali dokumen-dokumen yang mesti diperiksa dan dibahas bersama. Akhirnya kami kembali ke hotel pukul 7 malam.
Aku pun langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian yang santai, baju tidur. Tak berapa lama, hp ku berdering dan ku lihat itu panggilan dari Pak Bram.
“Halo, Assalamu’alaikum… ada apa pak?” tanyaku
“Wa’alaikumsalam, gak papa nisa. Kamu gak lapar ya?” Tanya pak Bram.
“Oh iya pak, lupa kalo belum makan malam” jawabku lagi
“ya udah, ayo ikut Bapak cari makanan” kata pak Bram lagi
“Bentar pak, nisa ganti baju dulu ya”.
“Udah santai aja nisa, gak usah pake ganti baju segala, keburu malam nanti” kata pak Bram lagi
Akhirnya akupun keluar dengan piyama dan hijab saja. Pak bram pun sama, beliau mengenakan kaos dan celana pendek saja. Aku sempat kagum sama beliau, karena tubuh atletis nya terlihat jelas di balik kaos yang beliau kenakan.
Selesai makan, kami pun kembali ke hotel dan duduk-duduk sambil memandangi pantai panjang. Disini kami banyak cerita-cerita tentang kehidupan kami, dari masa-masa SMA sampai ke masalah keluarga. Kami pun tanpa sadar membicarakan masalah yang bersifat sensitive, hal-hal yang tabu untuk di bicarakan dengan orang lain selain suami. Tapi, aku merasa enjoy cerita dengan Pak bram dan beliaupun berbagi kisahnya tanpa ada yang disembunyikan dariku.
Jam pun menunjukkan pukul 10 malam. Akhirnya kamipun kembali ke kamar masing-masing. Sebelum aku menutup pintu kamar, aku melihat Pak Bram memandangi tubuhku begitu tajam. Setelah ku tutup pintu kamar, ada perasaan bangga, senang dan cemas bercampur jadi satu.
Setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku pun merebahkan tubuhku. Baru beberapa menit tiduran, tiba-tiba lampu padam. Aku gelabakan mencari hp ku karena aku takut gelap. Lama lampu padam, akhirnya aq memutuskan untuk keluar kamar. Diluarpun gelap, dan ternyata pak Bram pun sudah ada diluar.
“Kamu keluar juga nisa?” Tanya pak Bram.
“Iya pak, nisa takut gelap” jawabku
Setelah setengah jam berlalu, akhirnya lampu pun hidup kembali. Tapi, lampu kamarku tidak hidup. Kutanyakan pada pegawai hotel, katanya ada korsleting listrik dikamarku jadi untuk dikamarku saja yang tidak bisa digunakan listriknya.
Akupun minta pindah dikamar lain, tapi semua kamar sudah penuh. Aku bingung mesti ngapain. Tiba-tiba pak Bram sudah ada disampingku.
“Ada apa nis?” Tanya pak Bram
“Ini pak, ada korsleting listrik di kamar nisa, jadi listrik dikamar padam dan kamar-kamar lain sudah penuh pak” jawabku
“Oh ya udah, tidur di kamar Bapak aja nis” kata pak Bram lagi
“mmm boleh pak?” tanyaku
“ya boleh aja nisa, masak gak boleh” jawab pak Bram lagi.
Akhirnya aku pun memindahkan barang-barangku ke kamar pak Bram. Pak Bram mempersilahkan aku tidur di ranjang.
“Nisa, kamu tidur aja di ranjang, nanti biar Bapak tidur di sofa” kata pak Bram.
“gak pp pak, biar nisa tidur di sofa saja. Gak enak sama bapak” jawabku
“bapak yang gak enak, masak cewek cantik disuruh tidur di sofa” kata pak Bram lagi yang membuat jantungku berdegup. Pak Bram bilang aku cantik.
Aku pun tidur diranjang dan pak Bram tidur di sofa. Karena pak Bram bukan muhrim, maka akupun tidur masih mengenakan hijab. Lama ku pejamkan mata tetapi tidak bisa tidur. Mungkin aku merasa risih karena ada pria lain selain suamiku berada satu kamar denganku.
“Nis, kok belum tidur?” suara pak Bram mengagetkanku.
“umm belum bisa pak” jawabku.
Ku dengar suara langkah kaki mendekatiku. Jantungku berdebar. Dan tak lama kemudian, pak Bram duduk di pinggir ranjang, aku pun pura-pura memejamkan mata. Pernyataan yang tidak ku duga keluar dari mulut pak Bram.
“Nis, bapak senang kamu tidur disini” kata pak bram
“Maksud bapak apa?” tanyaku
“Nis, bapak mau jujur sama nisa. Bapak senang melihat nisa dikantor, kerja nisa dan apa-apa yang sudah nisa berikan buat perusahaan kita”
Akupun terdiam.
“kamu cantik nisa, dan bapak senang bisa bekerja sama dengan nisa selama ini”
“semakin lama kenal denganmu, bapak mulai jatuh hati padamu nisa”
Aku sangat kaget mendengar pengakuan pak Bram. Pak bram yang selama ini ku kagumi, yang selama ini selalu bersikap wibawa, menyatakan perasaannya padaku. Memang aku kagum padanya, tetapi hanya sebatas kagum saja, tidak lebih. Aku mencintai suamiku lebih dari apapun. Aku bingung harus berkata apa.
“Pak, mungkin bapak hanya sebatas mengagumiku saja pak tidak lebih” kataku
“Dan kita juga sama tahu pak kalau bapak sudah berkeluarga, nisa pun demikian” kataku lagi
“Iya nisa, awalnya bapak berfikir demikian. Tapi setelah sekian lama bekerja sama denganmu, rasa ini muncul dengan sendirinya.”
“Maafkan bapak Nisa” lanjut pak Bram.
“Bapak tidak perlu minta maaf pak, nisa yang harusnya minta maaf karena tidak bisa membalas kebaikan bapak selama ini”
“Tapi kalau boleh, bapak ingin meminta satuhal dari nisa” kata pak Bram dengan suara berat.
“Apa itu pak?” jawabku.
“Boleh bapak pegang tangan nisa?” dengan hati-hati pak bram menyampaikan maksudnya.
Aku terkejut. Selama ini belum ada laki-laki lain yang menyentuhku selain suamiku. Aku bingung, disisi lain pak bram sudah sangat baik sekali padaku dan disisi lain aku teringat akan nasehat suamiku untuk selalu menjaga diri. Setelah sekian lama pikiran ini berkecamuk, tanpa sadar aku pun memberikan tanganku kepada pak Bram. Pak bram tersenyum. Akupun memejamkan mataku.
Dipegangnya tanganku oleh pak Bram dan dielus-elusnya sampai bulu kudukku merinding.
“Halus sekali tanganmu nisa”
Aku tidak menjawab. Aku masih memejamkan mata dan tanpa sadar air mata memenuhi sudut mataku.
“Kenapa kamu menangis nisa?” Tanya pak Bram sembari mengusap air mataku.
“gak pp pak.” Jawabku
Lama pak Bram mengusap tanganku, kemudian sebuah kecupan mendarat dipunggung tanganku. Reflek akupun menarik tanganku. Pak bram terkejut.
“Maafkan bapak Nisa.” Kata pak Bram
“Bapak tidak salah, maafkan nisa pak.” Kataku
Kuberikan lagi tanganku pada pak Bram. Lama beliau mengelus tanganku, perasaanku mulai tidak keruan. Aku merasakan rangsangan yang hebat. Kurasakan bagian bawahku basah.
“Nis, boleh bapak belai rambutmu?” Tanya pak bram lagi
Aku hanya terdiam. Sejurus kemudian tangan pak bram sudah menyingkap hijab yang ku kenakan. Baru kali ini ada pria lain yang menyentuh dan melihat rambutku. Aku merasa telah menghianati suamiku. Air mataku semakin deras.
Kemudian aku merasakan sebuah sentuhan pada payudaraku. Tangan pak bram sudah menggenggam payudaraku dari luar bajuku. Tubuhku lemas, aku tidak berdaya oleh rangsangan yang diberikan pak Bram. Melihatku tak bereaksi, pak Bram mulai meremas-remas payudaraku. Sungguh nikmat kurasakan. Akupun melenguh kecil. Kemudian pak bram mencium bibirku, akupun membalas kecupannya. Lama kami berciuman, saling bertukar lendir.
Pak bram pun mulai berani dengan mengangkat baju piyama yang ku kenakan. Aku pun menahan tangannya.
“Pak, sudah cukup.” Kataku.
Pak Bram menghentikan kegiatannya.
“maafkan bapak ya nis,”
Aku hanya menganggukan kepala.
“ya udah, kita tidur. Besok masih ada pekerjaan yang menunggu kita.” Kata pak Bram lagi.
Beliau turun dari ranjang dan akan pindah ke sofa.
“bapak mau kemana?” kataku
“tidur di sofa.” Jawab pak Bram
“Tidur disini saja pak sama nisa.” Kataku spontan
Pak bram sedikit terkejut, kemudian beliau langsung naik ke ranjang. Akhirnya kami pun tidur satu ranjang malam itu.
*****
Paginya aku terkejut karena ada pria lain seranjang denganku. Tapi setelah aku ingat-ingat, memang aku yang menyuruh pak Bram untuk tidur dikasur bersamaku. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Setelah itu aku membangunkan pak Bram.
Selagi pak bram mandi, aku memberi kabar kepada suamiku. Aku merasa sangat bersalah. Tetapi kejadian tadi malam tidak aku ceritakan pada suamiku.
Setelah siap pak Bram mengajakku sarapan.
“Ayo Nis kita sarapan dulu”
“Sebentar pak, ada yang perlu nisa siapin buat meeting nanti.” Jawabku
“Ok, bapak tunggu di lobi ya.” Kata pak Bram lagi.
Usai sarapan kami pun berangkat ke lokasi meeting. Selama meeting, kuperhatikan pandangan pak Bram sedikit berubah kepadaku. Beliau lebih memperhatikanku. Bahkan ketika makan siangpun pak Bram berani menggandeng tanganku, namun kutepis secara halus.
Setelah kegiatan hari ini selesai, kami kembali ke hotel. Setibanya dikamar, aku langsung rebahan di kasur karena kecapaian. Tiba-tiba pak Bram sudah rebahan juga disampingku. Lama kami sama-sama terdiam. Kemudian pak Bram memberanikan diri untuk menarikku sehingga kami saling berhadapan.
“Nis, kamu cantik sekali.” Kata pak Bram sambil tersenyum.
Aku pun tersenyum mendengar pujiannya.
“Boleh bapak mencium kening kamu Nisa??” Tanya pak Bram.
Aku hanya mengangguk pelan, memberi syarat pada pak Bram. Dengan perlahan pak Bram mendekatkan wajahnya dan menatapku dalam-dalam. “Cup” akupun merasakan kecupan hangat di keningku. Kemudian kecupannya beralih ke bibirku.
“Terima kasih Nis.”
Aku memberikan senyuman termanis ku pada pak Bram. Tanpa sadar aku menarik tangan pak Bram dan menaruhnya ke dadaku.
“Apa bapak merasakan detak jantungku?’’ tanyaku pada pak Bram.
“Kalau mau, bapak boleh menyentuhku.” Kata-kata itu meluncur dengan sendirinya.
Tanpa pikir panjang pak Bram mulai meremas payudaraku yang masih tertutup baju dan bra. Aku menikmati remasan tangan pak Bram. Pak Bram mencium bibirku dengan lembut. Perlahan pak Bram mulai membuka kancing baju yang ku kenakan sehingga hanya tinggal bra saja yang menutupi payudaraku.
“Tubuhmu putih dan mulus Nisa” kata pak Bram.
Aku tak menghiraukan perkataannya. Aku sudah terhanyut dengan rangsangan-rangsangan yang pak Bram berikan padaku. Kurasakan tangan pak bram melingkar ke belakang dan melepas bra ku. Kini tubuh ku sudah tanpa penutup kecuali hijab dan rok yang aku kenakan.
Pak Bram menghentikan kecupannya, kemudian beliau menjilat bibirku, ditelusurinya kebawah mulai dari dagu, leher, terus dan berhenti di tengah-tengah payudaraku. Kemudian dikecupnya payudaraku hingga meninggalkan bekas merah. Dijilatnya seputaran putingku hingga aku melenguh kecil. Putingku mengeras. Dimainkan lidahnya dikedua putingku. Aku merasakan vaginaku sudah sangat basah.
“Ah….” Aku berteriak kecil ketika pak Bram menggigit putingku.
Jilatan pak Bram turun ke perutku, dan berhenti di pusarku. Dijilatnya pusarku sehingga aku merasakan kegelian yang luar biasa. Tubuhku menekuk. Pak Bram menghentikan kegiatannya, dan kami pun tertawa ringan. Kemudian jilatannya turun ke perut bagian bawah. Pak Bram membenamkan wajahnya diselangkanganku yang masih tertutup rok. Ditariknya rok ku kebawah dan menyisakan CD ku yang sudah sangat basah.
“Nis, kamu sudah basah banget”
Aku hanya tersenyum memandang pak Bram. Pak Bram menjilati vaginaku dari balik CD ku.
“Aaaahhhhh……” aku benar benar tidak tahan untuk tidak mengerang.
Baru kali ini aku menerima oral di vaginaku, terasa geli bercampur nikmat. Suamiku tidak pernah melakukannya, tidak boleh katanya. Ini benar-benar sensasi baru bagiku. Sangat nikmat permainan yang dilakukan oleh pak Bram. Kemudian pak Bram menarik CD ku ke bawah dan melepaskannya, sekarang aku sudah benar-benar telanjang didepan laki-laki yang bukan muhrimku dan aku masih mengenakan hijabku.
Kembali pak Bram mengoral vaginaku. Gesekan lidahnya di vaginaku membuat cairan cintaku mengalir. Reflek kaki ku nenekuk dan menahan kepala pak Bram sehingga wajah pak Bram benar-benar terbenam di vaginaku. Pak Bram menghentikan kegiatannya, dia melepas kemeja dan jeans yang dipakainya. Tubuh six pack pak Bram membuatku pipiku merona merah. Kulihat penis pak Bram mulai mengeras dibalik CD yang ia kenakan.
“Nis, bapak boleh melakukannya?” Tanya pak Bram dengan nada memelas.
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku sudah dipengaruhi oleh birahiku sendiri, aku sudah tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kemudian pak Bram membuka CD nya, dan keluar lah penis besar pak Bram. Aku terkejut, penis pak Bram besar sekali. Mungkin 2 kali nya dari punya suamiku. Pak bram menarik tanganku dan menyuruhku duduk. Kemudian diarahkan tanganku ke penisnya.
“Astaga, pak besar sekali penis bapak.” Kataku. Besarnya melebihi pergelangan tanganku.
Pak Bram hanya tersenyum. Digerakan tanganku yang sedang menggenggam penisnya naik turun. Aku mengerti apa yang diinginkan pak Bram, kemudian kulakukan sendiri. Lama aku mengocok penis pak Bram. Pak Bram menyuruhku berhenti dan mendekatkan penisnya ke wajahku. Wajahku memerah, aku sangat malu melihatnya. Digesekkan kepala penis itu ke bibirku, dan pak bram memintaku untuk mengoralnya. Aku menggelengkan kepala.
“kenapa nis? Kamu gak mau?” Tanya pak Bram
“Nisa belum pernah oral penis pak.” Jawabku. Suamiku tidak pernah menyuruhku mengoral penisnya, karena memang tidak diperbolehkan.
“Cobalah punya bapak Nisa, nanti kamu akan ketagihan.” Kata pak Bram lagi
Aku ragu-ragu memegang penis pak Bram. Kemudian ku coba untuk membuka bibirku dan memasukkan kepala penis pak Bram ke mulutku.
“Mmmmhhhhh……” ku kulum penis pak Bram.
Kemudian pak Bram memegang kepalaku dan digerakkannya maju mundur sehingga sepertiga penis pak Bram masuk ke mulutku. Tak berapa lama pak Bram mencabut penisnya dari mulutku.
“Gimana Nis, enakkan?” Tanya pak Bram
Aku hanya mengangguk pelan, menahan rasa malu yang menderaku. Kemudian pak Bram menekuk kakiku dan membuatnya mengangkang. Dengan perlahan pak Bram mengarahkan penisnya ke depan bibir vagina-ku. Pak Bram menggesek bibir vagina-ku dengan penisnya, desahanpun keluar dari mulutku.
Aku menikmati setiap gesekan penis pak Bram, dan sesekali kepala penis pak Bram masuk ke lubang vagina-ku. Aku menggeliat-geliat dan mendesah.
“Nis, boleh bapak masukkan?” Tanya pak Bram.
“Boleh pak.” Jawabku yang sudah dipenuhi birahi.
Dengan perlahan pak Bram memasukkan kepala penisnya ke lubang vaginaku.
“Oouuuuhh…….” Kurasakan penis pak Bram mulai memasuki vagina-ku. Vaginaku terasa perih menerima penis pak Bram yang besar.
“Aaahhhhh…. Nis, vaginamu seret sekali.” Erang pak Bram.
Akhirnya kurasakan penis pak Bram menyentuh dinding vaginaku. Lama kami terdiam, saling merasakan kenikmatan yang tiada tara. Selang beberapa menit, pak Bram mulai memaju mundurkan penisnya. Kami saling mendesah. Pak Bram dengan ganas melumat kedua payudara ku. Digigitnya putingku.
“awhhhhh….. pak terusin pak” racauku.
Sepuluh menit berlalu dan aku tak kuasa menahan orgasmeku, “Aahhhkkkkkkkkkkkhhhhhhh… pak… Nisa…Nisa..Ke..lu..ar…. eergghhhhh” jeritku merasakan orgasme yang begitu nikmat.
Sementara pak bram masih terus menggenjot tubuhku. Vagina-ku terasa sensitive setelah orgasme, namun pak Bram masih memompa penisnya di vagina-ku dengan kecepatan tinggi. Lama pak Bram memompa penisnya. Kemudian beliau mencabut penisnya dan membalikkan tubuhku sehingga posisiku tengkurap. Ditariknya pinggulku dan diangkatnya, kakiku dilebarkan dan “sleebbb” penisnya dimasukkan kembali ke vagina-ku. Pak Bram menggenjotku dalam posisi dogy, dan baru kali ini juga kurasakan variasi seks seperti ini. Biasanya hanya aku yang diatas, atau aku yang dibawah.
Aku pun kelojotan dibuatnya. Pak Bram memang hebat, belum menunjukkan bahwa baliau akan orgasme. Tak lama kemudian, kurasakan orgasme kedua ku.
“AAAAAHHHHKKKKKKHHHH……….” Teriakku keras. Aku tak memperdulikan lagi jika ada orang yang mendengarnya.
Lama-lama vagina-ku terasa perih, tetapi pak Bram masih memompa penisnya. Kemudian ditariknya tangan kiri dan kaki kiriku keatas, sehingga hanya tangan dan kaki kanan yang menopang tubuhku. Digenjotnya aku dalam posisi beliau berdiri. Aku sudah tidak bisa berfikir lagi, hanya kenikmatan yang dapat kurasakan saat ini. Dan akhirnya pak Bram pun menegang dan menyemburkan cairan hangatnya ke dalam rahimku. Banyak sperma pak Bram, hingga kurasakan rahimku penuh dengan sperma nya.
Kemudian pak Bram mencabut penis nya dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku gelagapan menerima penis pak Bram yang basah oleh cairan cintaku dan sperma nya. Diurutnya penis tersebut dan sisa-sisa sperma nya mengalir masuk ke mulutku. Baru kali ini aku merasakan yang namanya sperma, ada rasa asin-asin gimana gitu. Sperma itu pun tertelan olehku. Kulihat wajah pak Bram yang puas, dan kami pun tersenyum. Malam itu kami tak sempat untuk dinner karena kecapaian. Dan kami tertidur dengan tubuh masih telanjang bulat, dengan hijab yang masih aku kenakan.
Pagi itu aku terbangun. Aku merasakan kehangatan dada pak Bram yang menempel dipundak ku, dan juga tangannya yang memegang payudara ku. Aku sudah tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya setelah kejadian semalam, karena aku langsung tertidur. Aku alihkan tangan pak Bram dari payudara ku. Beliau pun terbangun.
“Kamu sudah bangun Nis?” Tanya pak Bram.
“Iya pak.” Jawabku.
“Gimana semalem? Enak gak main sama bapak?” Tanya pak Bram lagi.
Wajahku memerah, aku sangat malu sekali. Dan dengan ragu akupun menjawab “Hmmm enak sekali pak, baru kali ini Nisa orgasme berkali-kali. Biasanya Nisa gak pernah orgasme dan selalu itu-itu saja gayanya.” Jawabku
“Emang suami mu kenapa Nis?”
“Suamiku meskipun bukan orang yang fanatic, tetapi dia orang yang taat pak. Oral aja gak dibolehin sama dia” jawabku lagi.
Pak Bram hanya tersenyum. Ditariknya tanganku dan wajah kami pun saling berdekatan. “CUP” dikecupnya keningku.
“Kalau Nisa mau, kita bisa kok tetap seperti ini” kata pak Bram.
“Maksudnya pak?” tanyaku
“Ya, kapan-kapan kalo ada waktu kita bisa “main” lagi Nis. Itupun kalo Nisa mau, bapak gak maksa kok” kata pak Bram lagi.
Ada penolakan di dalam hati ini, karena teringat status diriku sebagai istri dari suamiku dan seorang ibu dari anak-anak ku. Namun tak bisa ku pungkiri, aku menginginkan hal semalam terjadi kembali. Tanpa sadar aku pun mengangguk kecil. Pak Bram pun tersenyum.
Hari ini, hari ketiga kami berada di Bengkulu. Dan diluar prediksi, ternyata pekerjaan kamipun telah selesai. Mestinya kami pulang hari Minggu.
“Wah pak, diluar prediksi ini. Ternyata kerjaan udah kelar.” Kataku pada pak Bram.
“iya Nis, ini berkat kerja kamu yang bagus Nis.” Puji pak bram.
“Ah bapak bisa saja. Ini kerja kita berdua pak.” Kataku lagi sambil tersenyum.
“Masih ada tiga hari lagi kita disini Nis, kita nikmati saja. Anggap saja ini liburan.”
Aku diam tak menjawab. Sebenarnya aku ingin pulang cepat-cepat, ingin memeluk suami dan anak-anakku.
“Nis, kenapa diam?” Tanya pak Bram sambil menarik lenganku.
Pak Bram menarikku sehingga wajah kami saling berhadapan. Aku membuang muka karena malu. Kemudian pak Bram mengelus pipiku, menarik kepalaku dan…. “Cup” sebuah kecupan hangat mendarat dikeningku.
“Bapak masih ingin di sini bersamamu Nisa.” Bisik pak Bram ditelingaku.
Jantungku berdegup kencang, aku tau kalau pak Bram masih ingin bercumbu dengan ku. Hati ini berkecamuk, antara menolak dan menerima. Aku gundah, akal sehatku seperti hilang entah kemana. Rasa sesal yang menderaku seakan-akan sirna oleh pesona pak Bram. Akhirnya, kamipun sepakat untuk pulang sesuai jadwal dan mengisi kekosongan waktu dengan liburan.
Rabu malam, seperti biasa pak Bram mengajakku makan malam. Sebelum keluar, pak Bram memberikan tantangan kepada ku.
“Nis, kamu penakut atau pemberani?” Tanya pak Bram.
“pemberani donk” jawabku
“kalo kamu pemberani, kamu harus terima tantangan bapak.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh, ayo apa tantangannya pak.” Kataku lagi antusias.
“Hmmm makan malam ini, kamu jangan pake CD. Berani gak?” tantang pak Bram.
Wajahku merona ketika pak Bram menantangku untuk tidak mengenakan CD malam ini.
“Siapa takut.” Jawabku spontan.
Akhirnya aku pun melepas CD yang aku kenakan. Aku berdebar-debar membayangkan bahwa aku akan keluar tanpa mengenakan CD.
Pak Bram tersenyum puas. Kami pun pergi untuk mencari makan malam.
Selama perjalanan, pak Bram tak henti-hentinya mengelus pantatku yang tidak memakai CD. Sopir hotel pun berkali-kali melirik kami. Aku sangat malu sekali, tetapi ada perasaan bangga dan adrenalin yang berbeda. Sesampainya ditempat makan, kamipun turun dari mobil dan menuju ke lesehan. Disini lesehannya sendiri-sendiri. Seperti gazebo dengan tinggi dinding sebatas pinggang. Pak Bram mengajak sang sopir untuk ikut makan bersama kami.
Sembari menunggu makanan datang, tiba-tiba pak Bram merangkulku dan meremas payudara kanan ku. Aku terkejut dan berusaha melepas kan tangan pak Bram dari payudara ku. Sang sopir melihat kami dan melongo. Wajah ku memerah karena malu. Kulihat sopir tersebut menelan ludah menahan konak.
“udah Nis gak pp, tuh liat sopir kita udah sange dari tadi” kata pak Bram.
“Aku malu pak” kataku
“gak pp, kan gak kenal juga. Nanti kalau kita sudah pulang, orang akan lupa.” Kata pak Bram lagi.
Jantungku berdegup kencang, dan tiba-tiba tubuhku lemas tak berdaya. Seperti mendapat kesempatan, tangan pak Bram pun mulai bergerilya di payudaraku. Kurasakan tangannya melepas pengait bra dari balik baju yang aku kenakan. Sekarang bra ku sdah terlepas tetapi masih menutupi payudara ku. Kulihat lagi sopir itu diam dan tak berkedip. Hanya kerongkongan nya saja yang naik turun melenan ludah. Darah ku berdesir melihat itu. Pikiranku sudah kacau. Aku tidak lagi merasakan malu. Ketika pak Bram meremas payudaraku dengan kuat, aku pun terpejam dan melenguh menikmati remasan itu.
“Uhhhkkk………..” teriakku lemah.
Kemudian tangan pak Bram menggosok vagina ku dari balik rok yang aku kenakan. Aku yang tidak mengenakan CD merasakan cairan hangat keluar dari vagina ku.
“Aaahhkkkkkhhh… terus pak.” Racauku sambil tangan kiriku meremas-remas payudara ku sendiri.
Kulihat sang sopir menggosok-gosok penis nya dibalik celana jeans yang ia kenakan. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Aku seorang wanita berhijab yang telah bersuami dan memiliki anak, dipermainkan oleh laki-laki lain dan di depan orang lain juga. Tubuhku semakin bergetar, dan aku merasakan orgasme yang paling hebat.
“Aaaaaaaaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhkkkkk………………” Aku melenguh panjang diikuti cairan cintaku yang membanjiri lantai yang kami duduki. Aku terpejam menikmati sisa-sisa orgasme ku. Sang sopir pun merunduk untuk melihat vagina basahku.
“Kamu mau lihat?” Tanya pak Bram pada sopir itu.
Dia hanya mengangguk pelan. Pak Bram menarik rok ku ke atas dan membuka kedua paha ku sehingga vagina ku yang telah basah oleh cairan cinta ku terlihat jelas oleh sopir tersebut. Kembali aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika sopir itu melihat kemaluan ku. Tiba-tiba sopir itu menyentuh vagina ku dan mengambil sedikit cairan cinta ku yang kemudian ia jilat.
“Hmmm enak sekali mbak cairan vagina mu” kata sopir itu. Kembali aku merasakan wajahku memerah mendengar pujian itu.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan kami. Dengan sigap pak Bram menutup rok ku, dan kami pun makan seperti tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya sopir melirik ke arah ku. Aku memalingkan muka ku, takut kalau nanti dia mengingat wajahku.
“Mas, kita jalan-jalan dulu ya.” Pinta pak Bram pada sopir.
“Baik pak.” Jawab sang sopir.
“Kita mau jalan kemana pak?” tanya sopir lagi.
“Ke pantai saja mas.” Jawab pak Bram. “Oh ya namamu siapa mas?” tanya pak Bram lagi.
“Sandi pak.” Katanya dengan tersenyum.
“okelah mas sandi, kita cari tempat untuk bersantai ya.” Kata pak Bram lagi.
“siap pak.” Jawab sandi.
Akhirnya kami sampai dipinggir pantai panjang. Aku langsung duduk-duduk dipinggir pantai di atas batu-batu balok yang diletakkan di sana. Pak Bram mengikuti ku, beliau pun duduk di sampingku. Mas sandi pun mengikuti kami, tapi dia duduk dibelakang kami. Pak Bram memulai pembicaraan.
“Nis, gimana tadi. Enak gak?” tanya pak bram.
“Ah bapak, Nisa kan malu pak.” Jawabku
“kamu liat gak ekspresi Sandi tadi, lucu banget Nis.” Kata pak Bram lagi.
“Pak, Nisa ini punya suami dan anak-anak pak. Bapak juga punya kan, bapak tega sekali memperlakukan Nisa seperti ini.” Kataku lagi.
Pak Bram merangkul dan mendekapku.
“Maafkan bapak Nis, tapi kamu itu cantik dan banyak laki-laki yang menginginkan dirimu, termasuk bapak.”
Kata-kata pak Bram membuatku melayang. Dia tau aku senang di puji. Aku memajukan bibirku tanda cemberut. Pak Bram menarikku berdiri. Kemudian beliau mendekapku dari belakang dan mencium pipiku. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku. Aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan pak Bram. Nafsu ku bangkit lagi. Tangan pak Bram menelusuri perutku hingga ke bawah dan sampailah tangan itu diatas rahimku. Dielus nya rahim ku dari luar baju. Lama pak Bram mengelus rahimku. Kemudian tangan pak Bram membuka resleting rok yang aku kenakan sehingga rok ku jatuh ke bawah dan aku pun setengah bugil. Didorongnya tubuhku ke depan sehingga posisiku saat ini menungging dan belahan vagina ku terlihat jelas dari belakang.
Tak lama kemudian terdengar suara tepukan dan teriakan-teriakan dari para pemuda di sana yang sedari tadi melihat tubuhku. Wajahku merona. Reflek aku tarik rok ku dan memakainya kembali, kemudian aku berlari masuk ke mobil. Sandi dan pak Bram menyusulku. Aku hanya diam saja ketika pak Bram masuk ke dalam mobil. Kemudian pak Bram memberi kode pada Sandi untuk kembali ke hotel.
Sesampainya di hotel, aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, diikuti oleh pak Bram dan Sandi yang membawa belanjaan kami, karena tadi kami sempat belanja makanan ringan di A*lfa MA*t. Sambil berjalan, aku melepaskan pengait bra ku dan melepaskan bra ku. Kulihat pak Bram dan Sandi hanya terdiam memandang ku. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan mundur sambil aku meremas-remas payudara ku yang masih tertutup baju. Sampai dikamar, aku langsung membuka gorden kamar sehingga suasana kamar tampak jelas dari luar. Aku langsung melepaskan baju dan jilbabku. Kulihat keluar jendela banyak anak-anak muda yang sedang nongkrong, mereka melihat ku dengan tatapan tak percaya. Aku menyibak kan rambutku dan membuat payudara ku bergoyang. Kudengar teriakan para pemuda itu. Kemudian kututup kembali gorden nya. Kudengar teriakan kecewa mereka. Aku hanya senyum-senyum saja mendengar nya. Pak Bram yang dari tadi hanya melihat, tiba-tiba langsung bergegas kearah ku dan meremas payudara ku dengan kuat.
“Aaauuuu...” teriak ku. Sandi hanya melongo saja melihat kami. Entah setan apa yang sudah merasuki ku, tanpa sadar aku memanggill Sandi untuk mendekat.
“Sandi, sini..” panggil ku.
Aku melepaskan tangan pak Bram dari payudara ku dan berjalan kearah Sandi. Seketika aku langsung membuka resleting celana Sandi dan menarik nya turun kebawah bersama dengan CD nya. Kemudian aku keluarkan penis nya dan mengoral nya. Sandi pun terpejam menikmati kocokan mulutku pada penisnya. Selang beberapa menit, tubuh Sandi menegang dan ditekannya kepalaku mendekati dirinya sehingga penisnya masuk secara utuh kedalam mulut ku dan kurasakan sperma nya tumpah mengalir melalui kerongkongan ku dan masuk kedalam perutku. Lama ditekannya kepalaku, hampir saja aku terbaru. Sandi terduduk lemas.
“Wah mbak, mulut mbak enak sekali. Aku ketagihan mbak.” Katanya disela-sela nafasnya yang tersengal-sengal setelah orgasme. Aku hanya tersenyum.
Aku menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat aku keluar kamar mandi, ternyata Sandi sudah tidak ada, hanya ada pak Bram yang sedang berbaring di ranjang.
“Nis, kemari.” Kata pak Bram menyuruhku mendekat pada nya.
“Iya pak.” Jawabku
“Gimana kalau kamu jangan panggil saya bapak, panggil saja mas” kata pak Bram kemudian.
“hmmm iy mas.” Kataku lagi.
Aku duduk disampingnya. Lama pak Bram memandangi ku. Aku masih mengenakan rok tanpa CD dan atasannya masih dalam keadaan bugil. Kemudian pak Bram mengelus payudara ku.
“Makin lama mas liat, tubuh kamu makin seksi Nis.” Kata pak Bram dengan tangan yang masih mengelus payudara ku.
“Mmm terimakasih mas.” Kataku sambil tersenyum.
Malam itu, Pak Bram mengajakku untuk tidur. Aku merasakan sedikit kecewa. Ku kira pak Bram akan mengajakku untuk berhubungan intim. Tapi aku menurut saja apa kata pak Bram, dan kami pun tertidur.
Kamis pagi, aku terbangun dari tidurku. Kulihat sekeliling ku, Pak Bram sudah tidak ada. Aku pun ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat kulihat payudara ku, banyak tanda merah bekas kecupan. Seperti nya pak Bram semalam mengeksploitasi tubuhku. Aku memandangi tubuhku dari cermin kamar mandi. Ada perasaan bersalah menyelimuti hatiku. Tapi tidak bisa aku pungkiri bahwa aku menyukai hal ini. Ada kenikmatan lain yang kurasakan ketika orang lain bernafsu melihat ku.
Cepat-cepat kuselesaikan mandiku. Ketika aku akan mengenakan baju, pak Bram masuk.
“Sudah bangun Nis.” Sapa pak Bram.
“Iya mas.” Jawabku.
“Kamu sudah mandi ya. Ini aku belikan baju untuk mu.” Kata pak Bram sambil memberikan bungkusan plastik.
Aku lihat ada kaos lengan pendek warna putih dan kardigan abu-abu.
“Mas, Nisa pake ini?” tanya ku.
“Iya Nis, dan jangan pake bra ya.” Kata pak Bram sambil tersenyum.
“Jangan mas, Nisa malu.” Kataku lagi.
“Gak usah malu Nis, kan gak ada yang kenal juga. Lagian kamu semalam lebih seksi melakukan nya. Mas Cuma pengen nunjukin ke orang-orang kalo Nisa itu cantik dan seksi.” Kata pak Bram lagi.
Pikiranku langsung membayangkan bagaimana semua mata laki-laki tertuju padaku. Fantasiku semakin liar.
“Baik mas, akan Nisa pake.” Kataku lagi
Akhirnya aku mengenakan baju kaos putih tanpa bra, ditutup dengan kardigan abu-abu dan jilbab biru. Bawahanku tetap mengenakan rok tanpa CD.
Tak menunggu lama, Sandi pun mengetuk pintu kamar dan mengatakan mobil sudah siap. Kami pun bergegas keluar untuk jalan-jalan menikmati suasana Bengkulu.
“Wah, mbak cantik sekali.” Kata sandi memujiku.
“Ah biasa aja.” Kataku.
“Beneran mbak, mbak cantik banget. Apalagi kalo kayak kemarin, lebih cantik lagi mbak.” Kata sandi sambil nyengir.
Dadaku bergetar mendengar nya. Fantasi-fantasi liarku muncul.
Kami menaiki mobil. Diajaknya kami berkeliling oleh Sandi. Siang itu kami makan di sekitaran UNIB, banyak tempat-tempat makan untuk mahasiswa. Setelah lama mencari, akhirnya kami memutuskan untuk makan di tempat yang ada lesehan nya. Sembari menunggu pesanan datang, pak Bram memulai aksinya. Dia merangkul ku dan tangannya meremas payudara ku, Sandi hanya senyum-senyum saja. Didepan kami, para mahasiswa dan mahasiswi melihat apa yang dilakukan pak Bram. Mereka bengong, seperti tak menduga bahwa wanita berhijab sepertiku diperlakukan tak senonoh oleh pak Bram. Aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika para mahasiswa itu melihatku di pegang-pegang oleh pak Bram. Aku mulai terangsang. Kurasakan cairan vagina ku membasahi rok yang aku kenakan. Pak Bram menghentikan kegiatannya ketika pelayan datang membawa pesanan kami.
Usai makan kami pun pergi. Aku menoleh kebelakang melihat para mahasiswa tadi memandangi ku, sepertinya mereka tau kalau aku tidak mengenakan CD. Kemudian aku mengedipkan mata pada mereka sambil ku julurkan lidah. Mereka hanya bengong saja melihatku. Aku langsung masuk ke mobil. Pak Bram hanya tersenyum melihat kelakuan ku. Kami pergi ke pantai panjang dan mencari tempat yang sepi. Dibawah pepohonan dekat pantai, Sandi menggelar tikar yang sudah pak Bram siapkan.
Kami duduk-duduk santai menikmati pemandangan laut dan angin sepoi-sepoi. Kemudian pak Bram mengajakku untuk bermain air, aku mengikutinya. Tiba-tiba pak Bram menyiramkan air ke bajuku sehingga payudara dan puting ku terlihat jelas dibalik kaos yang aku kenakan.
“Duh mas, basah kan.” Kataku sambil merengut.
Pak Bram tertawa melihatku manja seperti itu.
“Udah buka aja bajunya Nis, nanti kamu masuk angin.” Kata pak Bram.
Aku melihat ke arah Sandi. Dia sedang memandangi ku seolah-olah dia ingin menelanjangi ku. Aku mendekatinya, membuka kardigan ku dan melepas baju ku. Sandi hanya tertegun sambil menelan ludah melihat ku bertelanjang dada. Aku menjadi objek mata liar dua laki-laki yang bukan muhrim ku. Aku menikmati saat-saat dimana Sandi merasa konak melihatku. Kulihat pak Bram mengarahkan handphonenya kearah kami, beliau mengabadikannya.
Suasana yang agak panas dan hembuskan angin laut membuat baju ku cepat kering. Akhirnya ku kenakan lagi baju ku. Tiba-tiba pak Bram membuka resleting celananya dan mengeluarkan penis besarnya. Sandi pun tertegun melihat penis pak Bram. Mungkin dia minder karena penisnya tak sebesar milik pak Bram. Ditariknya tanganku oleh pak Bram sehingga aku terduduk di pangkuannya. Pak Bram mengangkat rok ku dan mengusap-usap vagina ku. Aku terpejam menikmati sentuhan-sentuhan pak Bram. Lama pak Bram mempermainkan vagina ku hinggahingga vagina ku basah. Kemudian diangkatnya bokongku dan diarahkan kearah penisnya. Perlahan-lahan penis pak Bram memasuki vagina ku.
“Aahhkkkkhhh...” teriak ku.
Kemudian pak Bram mulai memompa penisnya. Diangkatnya aku naik turun dengan ritme sedang. Nikmat sekali rasanya berhubungan intim diluar ruangan, seakan-akan kami menyatu dengan alam. Keadaan ini memacu adrenalin ku. Bayangkan saja aku yang seorang istri berhijab, ketika dirumah alim dan bersahaja namun diluar ternyata sangat binal. Ada sensasi luar biasa yang ku rasakan ketika kulihat Sandi merekam apa yang kami lakukan.
Lama pak Bram bermain dengan gaya yang sama. Kemudian diangkatnya tubuhku dan didorongnya ke depan sehingga posisiku sekarang menungging. Di pacu nya tubuhku seperti seekor anjing. Diangkatnya kaki kiri ku sehingga vagina ku terlihat jelas dari bawah. Sandi dengan sigap merekam adegan itu. Aku sudah seperti seorang pemain bokep saja.
“Aaaarrggghhhhhh...” aku mengerang panjang seiring dengan orgasme yang ku dapatkan.
Pak Bram berhenti sejenak menikmati kedutan vagina ku. Tak lama dipompanya lagi tubuhku dengan kuat. Aku merasa ngilu pada vagina ku. Kurasakan penis pak Bram memenuhi rahimku. Tiba-tiba Sandi membuka resleting celananya dan menyodorkan penisnya ke mulut ku. Gila, aku ini wanita terhormat, kenapa aku rela dilecehkan seperti ini. Tapi nafsu ku melebihi harga diriku. Aku sudah benar-benar jatuh ke dalam kenistaan. Nafsu sudah mempengaruhi ku.
Akhirnya, pak Bram menyelesaikan tugasnya dengan baik dan memuntahkan spermanya ke rahim ku.
“Aaaaarrrggghhhh....” teriak pak Bram diiringi semburan hangat pada dinding rahim ku.
Sandi masih memompa penisnya di mulut ku. Dipercepat kocokan mulutku dan..”Crooooot” sperma Sandi menghujam ke kerongkongan ku. Kujilat semua sperma Sandi hingga tidak ada yang tersisa. Penis pak Bram masih menancap di vagina ku. Perlahan-lahan pak Bram mencabut penisnya. Aku tersungkur diatas tikar. Sandi mengelus punggungku.
“Mbak binal juga ternyata ya. Baru kali ini saya menemukan jilbaber binal.” Kata sandi.
“Dia punya suami dan anak loh San.” Timpal pak Bram.
“Hah..” Sandi terkejut seolah tak percaya.
“wah mbak benar-benar the best of the best woman lah” katanya lagi sambil tertawa.
Lama aku berbaring diatas tikar. Aku lelah sekali, dan aku pun tertidur.
Malam sabtu, malam terakhir kami di Bengkulu. Aku merasa begitu resah. Menurut perhitungan ku, seharusnya sore ini aku datang bulan, tapi hingga malam tamu itu tak kunjung datang. Aku takut jika ternyata aku hamil. Tetapi hal ini belum aku ceritakan pada pak Bram. Mungkin jadwalnya mundur.
Malam sebelum kepulangan kami, pak Bram benar-benar mengeksploitasi tubuh ku. Pak Bram tak ingin melewatkan malam terakhir kami dengan sia-sia. Kamipun bersetubuh hingga lelah. Pagi pagi sekali, kami sudah bersiap untuk pulang. Sandi sudah menyiapkan mobil. Aku pun berdandan seperti biasanya, mengenakan hijab panjang. Sebelum berangkat ke bandara Fatmawati, Sandi meminta padaku untuk mengoralnya. Aku pun melakukan oral singkat, dan Sandi pun melepaskan benihnya kemulutku.
Sekitar pukul 7:20 wib pesawat kami berangkat mengantarkan kami pulang ke Palembang. Di Bandara SMB II, suamiku sudah menunggu. Aku dan pak Bram pun berpisah. Di perjalanan pulang, suamiku bertanya tentang pekerjaan kami.
“Gimana My pekerjaan nya?” tanya suamiku
“Ya gitu By, sangat sangat melelahkan “ jawabku
Dibelainya kepalaku lembut. Kemudian ditariknya kepalaku mendekat dan “CUP” satu kecupan hangat mendarat di kening ku. Aku hanya tersenyum. Sejurus kemudian, suamiku mengernyitkan dahinya.
“Ada apa By?” tanyaku.
“hmmm ini apa My?” tanya suamiku menunjuk kearah bawah bibir ku. Tiba-tiba aku merasa takut, jangan-jangan ada bekas sperma Sandi yang menempel di wajah atau jilbabku. Aku pun langsung melihat ke kaca. Ternyata ada jerawat di bawah bibir ku. Aku mencubit pinggang suamiku, dia pun tertawa puas setelah membuatku cemas.
Dirumah, aku langsung mengajak suami ku berhubungan intim. Aku takut kalau nanti aku benar-benar telat datang bulan, dengan begini aku bisa sedikit menyamarkan kapan aku terakhir kali aku berhubungan. Permainan suamiku sama seperti biasanya. Aku merasa tidak terpuaskan. Ditambah lagi sensasi-sensasi yang selalu dibuat oleh pak Bram dan Sandi, aku merasakan diriku semakin bernafsu dan semakin binal dalam urusan seks. Tetapi aku tidak ingin menunjukkan perubahan ku itu dihadapan suami ku. Biarkanlah semua berjalan sebagaimana mestinya.
Senin pagi, aku berangkat kerja diantar suamiku. Dia selalu mengantar ku karena kantornya searah, tetapi kantor ku lebih jauh dari kantor suamiku. Aku turun didepan kantor, dan melihat suamiku pergi. Setelah suamiku pergi, aku tidak langsung ke kantor, tetapi aku pergi ke apotek yang berjarak tidak jauh dari kantor ku. Aku membeli tes pack.
Dikantor, aku mencoba test pack dan hasilnya positif. Aku hamil. Pikiranku melayang kemana-mana. Aku langsung menemui pak Bram diruangannya.
“Ada apa Nisa?” tanya pak Bram melihat air mata mengalir dari sudut mata ku.
“Mas, Nisa hamil.” Jawabku.
Pak Bram sedikit terkejut. Kemudian dia mendekati ku, memelukku dan mencium kening ku.
“Nis, kamu jangan takut, kita akan besarkan anak ini bersama-sama. “ kata pak Bram sambil mengusap perutku.
Mendengar perkataan pak Bram, hatiku menjadi tenang.
“Suami mu gimana Nis, dia sudah tau kalau kamu hamil?”tanya pak Bram lagi.
“Belum mas, soalnya baru saja Nisa cek dan hasilnya positif. “jawabku
“hmmm baiklah Nisa, cukup kita berdua saja yang tau siapa ayah dari janin ini.” Kata pak Bram lagi.
“Baik mas.” Jawabku sambil tersenyum padanya.
Lama kami saling pandangan. Kemudian pak Bram menarik tanganku dan tiba-tiba pak Bram mencium bibirku lembut. Lama pak Bram mencium ku. Lidah kami saling berpacu. Aku mulai merasa terangsang ketika tangan pak Bram meremas payudara ku. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan pak Bram. Dengan bibir yang masih menempel, pak Bram mendorong tubuhku ke arah sofa. Pak Bram duduk dan menarik tubuhku sehingga posisiku kini berpangku diatas pak Bram. Pak Bram melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Dibukanya kancing bajuku dan dikeluarkannya payudara ku dari bra yang aku kenakan. Pak Bram meremas kedua payudaraku dan memilin-milin putingnya dengan kuat. Puting payudaraku semakin mengeras, vagina ku semakin basah oleh permainan pak Bram.
“Mas...” kata-kata ku terhenti. Pak Bram tau apa yang ku inginkan. Dikeluarkannya penis besarnya. Tanpa aba-aba akupun merunduk dan mengulum penis pak Bram. Beliau memejamkan mata menikmati setiap jilatan yang aku lakukan. Setelah puas, aku pun kembali duduk menaiki pak Bram dan mengarahkan penis pak Bram ke vagina ku.
“Aaahhhhhhh...”aku mendesah ketika penis besar pak Bram memasuki vagina ku. Ku goyangkan pinggulku kekanan dan kekiri, naik turun secara perlahan. Lama kami saling menikmati sentuhan-sentuhan yang kami rasakan. Kemudian pak Bram mengangkat tubuhku, sehingga posisi kami sekarang berdiri.
“Aakkkhhh nikmat sekali mas, aku ingin kita selalu seperti ini.” Kata-kata yang tak seharusnya keluar dari mulut ku, tanpa sadar keluar begitu saja.
“Mas juga Nis, mas pengen kita tetap seperti ini. Saling mengisi dan berbagi.” Kata pak Bram.
Setelah beberapa lama kami bersetubuh, akhirnya kami pun mencapai orgasme bersama-sama. Tapi tentunya aku orgasme untuk yang kesekian kalinya, karena pak Bram sangat hebat dalam urusan ini. Aku pun merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan ruangan pak Bram. Sebelum aku keluar ruangan, tangan nakal pak Bram menggenggam pantat ku dan meremas nya. Aku menoleh sambil tersenyum genit. Seperti itulah hari-hari kami dikantor. Kami sering melakukan hubungan intim tanpa sepengetahuan karyawan lain, dan tentu saja suamiku dan istri pak Bram pun tidak mengetahui hubungan kami.
Satu Minggu berlalu, dan aku baru memberi tau suamiku kalau aku positif hamil. Dia sangat senang sekali. Tetapi ada perasaan bersalah yang menyelimuti hatiku. Suamiku tidak tau kalau itu bukan darah dagingnya.
Kehamilanku masuk bulan ke 7, dan selama itu pula aku sering berhubungan dengan pak Bram. Pernah suatu hari beliau mengajakku untuk rapat diluar kantor, tapi ternyata mengajakku ke Hotel Aston. Beliau ingin menikmati berduaan dengan ku.
“Loh mas, kita gak jadi rapat?” tanyaku pada pak Bram
“Itu alasan saja Nis, mas ingin berduaan saja denganmu. Mas gak tahan melihat kamu, makin hari makin cantik.” Jawab pak Bram sambil tersenyum.
“mmmm mas bisa saja.” Kataku sambil mencubit pinggangnya.
“Nis, mas boleh minta foto-fotomu ya, untuk melepas kangen saja. Kalau malam mas selalu susah tidur mikirin kamu.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh mas.” Kataku sambil tersenyum
“O ya nanti kirimin via WA juga ya foto-foto kamu.” Pinta pak Bram lagi.
“Iya mas sayaang.” Kataku sembari mencium bibirnya.
Pak Bram menahan kepalaku sehingga lama kami berciuman. Tangan nya mulai mengelus pantatku. Kemudian tangan pak Bram bermain di payudara ku. Kuat pak Bram meremas payudara ku sehingga aku mendesah kenikmatan.
“Aaahkkkhhh..enak mas.” Racauku
Kemudian kancing bajuku dibuka satu persatu sehingga kini payudara ku hanya tertutup bra yang aku kenakan. Tangan pak Bram mengelus perutku, menggelitik pusarku, dan kurasakan ada gerakan dari dalam rahimku. Sepertinya dedek bayi di dalam ikut merasakan sentuhan pak Bram. Tangan pak Bram terus bermain kebawah hingga pengait rok yang aku kenakan dilepasnya dan sekarang aku hanya mengenakan bra, celana dalam serta jilbab.
Aku mulai tak tahan. Kubuka resleting celana pak Bram dan ku lepas celananya. Kukeluarkan penis pak Bram dari sangkarnya. Ku kocok perlahan hingga pak Bram mendesah kenikmatan.
“Ohhhh terus Nis, enak banget.” Kata pak Bram
Kemudian aku jongkok dan kumasukkan penis pak Bram kedalam mulutku. Ku oral penis pak Bram sampai mengeluarkan cairan bening. Pak Bram menarik ku keatas, dan menggendong ku ke kasur. Dibukanya bra dan CD ku. Di oral nya vagina ku hingga aku merasakan sensasi yang luar biasa.
“Aaahhkkk mas terus mas.. Aaahhhkkk.” Racauku
“kamu suka begini sayang?” tanya pak Bram. Aku hanya mengangguk pelan.
Kemudian pak Bram memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku. Di kocok nya pelan.
“auuhh aahhh.” Desahku.
Semakin lama kocokan pak Bram semakin cepat. Aku merasakan getaran diseluruh tubuhku. Tiba-tiba tubuhku mengejang dan…..”Ssssrrrrrrrrttttt” kurasakan cairan cintaku mengalir deras. Pak Bram menjilat semua cairan cintaku. Setelah orgasme, vaginaku menjadi sangat sensitive. Sentuhan lidah pak Bram membuat ku kegelian.
“Mas, tahan dulu. Geli mas…” pintaku pada pak Bram. Pak Bram pun menghentikan kegiatannya.
Selang beberapa menit, pak Bram memulai kembali aktivitasnya. Dia mencium bibirku, mengecup putingku, dan menjilat pusarku. Perutku bergerak, dedek yang didalam perut menendang-nendang. Pak Bram tersenyum dan semakin lama menjilati pusarku. Lama pak Bram bermain di perutku.
Kemudian pak Bram membuka kaki ku. Diarahkan penis nya ke bibir vaginaku yang masih basah dan “Sluup” masuklah penis besar pak Bram ke dalam rahimku.
Pak Bram mulai memompa penisnya. Penisnya keluar masuk vagina ku dengan ritme sedang. Setelah beberapa menit, pak Bram membalikkan tubuhku hingga posisiku menungging. Dari belakang pak Bram memposisikan kepala penisnya tepat di lubang vagina ku. Pelan-pelan penis pak Bram masuk kembali. “hmmhhh... aaahhhh...” Aku kembali mendesah ketika penis pak Bram masuk.
Pak Bram memeluk pinggangku dan membimbingku naik. Tangan ku bertumpu pada kasur. Pak Bram menggerakkan penisnya maju mundur sembari memegang erat pinggang ku. “Uuuuuh.... Ahhh..... “ kembali aku mengerang kenikmatan. Aku terus mengerang seiring penis pak Bram yang keluar masuk di vaginaku. Entah berapa lama kami melakukannya.
“Mas.... aku... Aaaarrggghhhhhh...” aku mengerang panjang seiring dengan orgasme yang ku dapatkan. Pak Bram semakin mempercepat gerakannya. Tak lama kemudian, pak Bram pun mengerang dan menyemburkan sperma nya ke dalam rahim ku. Kurasakan cairan hangat memenuhi rahim ku. Dedek di dalam perut pun ikut menendang-nendang perut ku.
“AAAARRRRRRGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH…” erang pak Bram keras.
Pak Bram mencabut penis nya dari vagina ku. Kami berbaring sambil pak Bram memeluk tubuh ku.
“Nis, trimakasih ya kamu sudah memberikan kepercayaan pada mas atas tubuh mu” kata pak Bram sambil mengusap kepala ku yang masih mengenakan hijab.
“iya mas, sama-sama. Nisa senang bisa memberikan tubuh ini seutuhnya untuk mas.” Jawabku sambil tersenyum.
Sore itu, pak Bram mengantarkan aku pulang ke rumah. Sebelum aku keluar mobil, pak Bram mengecup kening ku mesra. Aku pun buru-buru keluar mobil setelah ku lihat suamiku keluar rumah. Pak Bram menyapa suamiku dan beliau pun pamit. Aku menggandeng tangan suami ku dan menariknya masuk ke dalam rumah.
Kehamilanku memasuki bulan ke sembilan. Aku pun diberi cuti melahirkan selama dua bulan. Pada hari kelahiran, pak Bram beserta istrinya datang menjenguk ku di RS Siloam. Mereka memberikan semangat dan motivasi padaku. Aku dan suamiku sekarang cukup akrab dengan keluarga pak Bram. Setelah lahiran, pak Bram ingin sekali menggendong bayi kami. Suamiku dan Bu Tina (istri pak Bram) tidak menaruh curiga pada kami. Semua mengalir seperti biasa, malah terjalin hubungan harmonis antar dua keluarga.
Selang seminggu setelah proses lahiran ku, akupun sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Keluarga besar kami datang menjenguk. Kemudian kami mengadakan akikah Putri ketiga kami, tak lupa kami pun mengundang pak Bram beserta istrinya. Pak Bram sangat sayang sekali dengan anak ketiga ku, karena dia tau kalau itu adalah darah dagingnya.
Selama masa cuti, kedua anak ku yang lain kutitipkan kerumah orang tua ku. Jadi aku hanya mengurus anak ketiga ku saja. Hari itu, ketika suamiku berangkat kerja, sekitar pukul sepuluh pagi pak Bram datang kerumah sendirian. Ku persilahkan beliau masuk dan menjenguk anaknya.
“Mmm nis, mirip kamu ya, cantik..” kata pak Bram tersenyum.
“Iihh mas bisa aja.” Jawabku sambil mencubit pinggangnya.
Kami saling berpandangan. Aku tau apa yang diinginkan pak Bram, karena memang sudah lama kami tidak berhubungan. Aku pun langsung mencium bibir pak Bram. Ku lumat bibirnya dan kumainkan lidahku didalam mulutnya. Lidah kami saling beradu. Tangan pak Bram mulai menggerayangi tubuhku, meremas-remas payudara ku. Aku terlalu bernafsu jika bersama pak Bram. Tidak tau kenapa jika didekat pak Bram, nafsu ku tidak bisa kutahan.
Daster ku basah oleh ASI yang keluar karena payudara ku diremas pak Bram kuat. Melihat itu, pak Bram semakin bernafsu. Ditariknya keatas daster yang aku kenakan, dan terbukalah payudaraku yang semakin membesar itu dengan puting yang basah mengeluarkan ASI. Dikecupnya putingku dan dikenyotnya kuat-kuat.
“aahhhkkk...uummmmm” racauku.
Pak Bram menikmati ASI eksklusif dari ku. Lama pak Bram bermain di payudara ku. Aku sangat menikmatinya. Kemudian pak Bram menarik turun CD ku sehingga kini aku benar-benar telanjang bulat. Aku berjongkok dan melepaskan celana yang dikenakan pak Bram. Ku kulum dan ku oral penis pak Bram. Beliau pun merem melek menikmati kulumanku. Aku memainkan lidahku di lubang kencingnya, tiba-tiba pak Bram menekan kepalaku kuat sehingga kepala penis pak Bram menyentuh pangkal tenggorokan ku. Aku pun tersedak dan terbatuk-batuk, tapi aku tidak marah sama pak Bram, malah birahi ku semakin meninggi. Aku membayangkan bagaimana jika penis pak Bram masuk sampai kerongkongan ku, seperti yang ku lihat di film-film bokep barat.
Pak Bram mendorong tubuhku kelantai sehingga posisiku berbaring. Kemudian diarahkan penisnya ke vagina ku.
“Ayo lonte ku, terima penisku” kata pak Bram diikuti hentakan keras pada vagina ku.
“Oouuwwhh shiiit...fuck me baby” kataku spontan. Sakit kurasakan pada vagina ku, tapi tidak ku rasakan karena birahi ku meningkat setelah mendengar pak Bram memanggil ku dengan sebutan lonte. Yah aku memang lonte nya pak Bram.
Selagi pak Bram asyik menggenjot ku, tiba-tiba handphone ku berdering. Kulihat panggilan dari suamiku. Aku memberi isyarat pada pak Bram untuk menghentikan sejenak goyangannya.
“Halo assalamu’alaikum, ada apa by.” Kataku
“wa’alaikumsalam, gak papa my, nelpon aja kok” kata suami ku.
“Aaahhhkkk... “ teriak ku ketika tiba-tiba pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat dan digenjotnya.
“ada apa My?” tanya suamiku
“eengghhh gak papa By, umy sakit perut “ jawabku sambil menahan nikmatnya genjotan pak Bram.
“oh ya sudah, umy istirahat saja ya, jangan terlalu capek. “ kata suami ku.
“iiyyaaa Aby” jawabku tertahan.
“Assalamu’alaikum umy” tutup suamiku
“wa’alaikumsalam Aby” jawabku buru-buru dan langsung menutup telepon.
“Aaaaarrrggghhhhh..” kulanjutkan desahan ku yang tertahan. Birahi ku naik lagi ketika aku menerima telpon dari suamiku sedang kan posisi ku sedang disetubuhi pria lain. Ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan.
Semakin lama genjotan pak Bram semakin kuat dan kasar. Diangkatnya tubuhku dan disuruhnya aku menungging. Dengan kuat pak Bram langsung menyodok vagina ku. Dijambak nya rambutku sehingga posisi nya seperti seseorang yang sedang menunggang kuda.
“Mas...Nisa ke..lluuaaarr..aaaarrgrghhhhh..” teriak ku diiringi lelehan cairan vagina yang membanjiri penis pak Bram. Tanpa memberikan ku jeda menikmati orgasme ku, pak Bram terus menggenjot penisnya.
Kemudian pak Bram berdiri dan mengangkat kedua kaki ku, sehingga posisiku saat ini terangkat dengan kedua tangan bertumpu dilantai. Semakin kuat pak Bram menghujamkan penisnya. Tangan ku sudah mulai lelah menahan berat tubuh ku. “Cplok cplok cplok” terdengar suara dari peraduan vagina ku dan penis pak Bram. Tiba-tiba kedua tangan ku melemah dan aku tersungkur ke lantai. Melihat hal ini pak Bram malah menambah kecepatan genjotan nya dan... “AAAARRGRGHHHHH” terdengar erangan keras pak Bram diiringi semburan hangat pada rahimku. Diturunkan nya kedua kaki ku perlahan. Pak Bram berbaring diatas ku dan menciumi tengkuk ku. Kemudian beliau membisikkan sesuatu di telinga ku.
“Nis, kamu mau kan jadi lonte ku?” tanya pak Bram
Mendengar kata-kata yang merendahkan ku seperti itu, aku bukannya marah tetapi malah menjadi sensasi tersendiri bagiku.
“Ya mas, Nisa adalah lonte mas sepenuhnya “ jawabku diiringi senyuman kami berdua.
***
Dua bulan sudah cuti ku berlalu dan sekarang aku sudah mulai masuk kerja kembali. Teman-teman dikantor menyambut ku dengan hangat. Menyapa dan memberikan ucapan selamat. Tidak ada yang berubah dikantor ini, hanya ada sedikit perubahan di sana sini. Ku perhatikan teman-teman kelihatan sibuk sekali. Setelah kutanyakan pada salah satu staf ku, ternyata kantor lagi sibuk-sibuknya memperluas jaringan kerja.
Siang itu seperti biasa aku mampir keruang Pak Bram. Kulihat banyak berkas-berkas diatas mejanya.
“Mas, sibuk ya?” tanyaku mengejutkan nya.
“oh Nisa, kirain siapa. Iya nih, banyak klien yang ingin bernegosiasi dengan perusahaan kita.” Jawab pak Bram.
“Mmm ada yang bisa Nisa bantu mas?” kataku menawarkan diri untuk membantu.
“Boleh Nis. O ya sekalian mas mau ngasih tau. Minggu depan mas akan ke Malaysia Nis, nemuin klien kita. Kamu ikut ya.” Pinta pak Bram
“Mmm mau sih mas, tapi kasian anak-anak kalau ditinggal “ jawabku.
“titipin aja ke ibu kamu Nis” kata pak Bram lagi.
“Mmm Nisa minta persetujuan suami dulu ya mas” kataku.
Malam itu ketika aku dan suamiku sedang bersantai, aku pun memberi tahu nya tentang keberangkatan ke Malaysia.
“By, dari kantor umy disuruh berangkat ke Malaysia By, ada klien yang mesti ditemuin.” Kataku membuka percakapan.
“Gak bisa orang lain my?” tanya suamiku
“Gak bisa By, karena itu memang bagiannya umy, dan juga stafnya umy semua lagi pada sibuk kejar target “ jawabku sedikit berbohong karena memang dari diriku yang ingin ikut berangkat bersama pak Bram.
“Pergi nya sama siapa my? “ tanya suamiku lagi
“Sama pak Bram By, beliau butuh staf yang berkompeten untuk ikut, makanya umy disuruh berangkat sama beliau. “
“Mmm kalau sama pak Bram gak papa my. Kalo Aby lihat, Pak Bram kayaknya orang yang baik dan gak neko-neko. “
Didalam hati aku hanya senyum-senyum saja mendengar perkataan suamiku. Dia tidak tau kalau pak Bram itu orang yang lebih dari sekedar “neko-neko”.
“Yang penting nanti semuanya disiapkan dengan baik my. ASI untuk anak kita jangan lupa. “ lanjut suamiku.
“Iya Aby, nanti umy siapin semuanya. Beres pokoknya. “ kataku sambil tersenyum manja pada suamiku.
Hari H keberangkatan, seperti biasa aku diantar suamiku kebandara. Di bandara kami bertemu dengan pak Bram dan istri nya.
“Pagi pak Bram “ sapa suamiku
“Pagi juga mas Erwin” jawab pak Bram.
Ya, nama suamiku adalah Erwin. Mereka terlihat asyik dengan obrolan mereka. Bu Tina pun menyapa ku dan kami berbincang-bincang ringan.
“Wah Bu Anis, maaf ya jadi nya ngerepotin Bu Anis. Kata mas Bram, dikantor gak ada yang bisa selain Bu Nisa.” Kata Bu Tina padaku.
“Ah gak papa Bu, namanya juga kerja. Ya harus profesional.” Jawabku dan kemudian kami tertawa bersama.
Tiba waktunya keberangkatan kami, aku dan pak Bram memasuki bandara. Kulihat suamiku pamit pada Bu Tina dan kemudian pulang, Bu Tina pun tidak berlama-lama berdiri diluar, beliau pun langsung pulang.
Tak beberapa lama kemudian kami tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Ternyata sudah ada sopir hotel yang dipesan pak Bram menunggu kami.
“Pak Bram ya?” tanya laki-laki itu.
“Betul, mas dari hotel ******* ya?” pak Bram balik bertanya.
“Iya pak” jawab laki-laki itu.
“Nama bapak siapa?” aku pun ikut bertanya.
“Asep Bu.” Katanya. Sambil jalan ke parkiran, kami mengetahui bahwa pak Asep itu orang Bandung yang bekerja disini. Jadinya aku dan pak Bram memanggil nya kang Asep biar lebih akrab, karena memang sama-sama orang Indonesia.
“Kang, hotelnya jauh ya” tanyaku.
“Lumayan neng, sekitar satu jam. Tapi enaknya jalannya lurus saja. Gak membingungkan. “ jawab kang Asep.
Ku lihat kang Asep sedari tadi memperhatikan aku. Aku malah merasa bangga di perhatikan oleh kang Asep. Tiba-tiba pak Bram nyeletuk karena pak Bram pun menyadari kalau kang Asep memperhatikan ku.
“Kenapa kang, istri saya cantik ya?” goda pak Bram. Aku pun hanya tersenyum mendengar perkataan pak Bram.
“eh anu pak, itu...” kang Asep gelagapan menjawab pertanyaan pak Bram.
“Stop dulu saja kang, biar saya yang nyetir. Akang duduk disebelah istri saya saja sini.” Kata pak Bram yang membuat ku sedikit terkejut. Namun aku tau, pak Bram ingin aku menggoda kang Asep.
Kang Asep pindah ke belakang, duduk di sampingku. Ketika mobil berjalan, aku membuka kancing baju ku. Kulihat kang Asep menelan ludahnya. Ku keluarkan payudaraku dan kusodorkan pada kang Asep.
“Mau kang?” goda ku.
Tanpa basa-basi, kang Asep langsung melumat puting payudaraku. Dia terkejut karena payudara ku mengeluarkan ASI. Dilumat dan disedotnya ASI ku, kang Asep sangat bernafsu. Mungkin karena sudah lama tidak dapat jatah dari istrinya karena istrinya di Indonesia. Pak Bram tersenyum melihat kebinalan ku. Aku sudah sangat terangsang oleh permainan lidah kang Asep pada puting payudara ku. Aku mengangkang kan kaki ku dan menarik rok ku ke atas. Dengan buas kang Asep menarik CD ku hingga terlepas. Vagina ku sudah sangat basah. Kemudian kang Asep memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku.
“Owhhh shiiit “ teriak ku. Lama kang Asep mengocok lubang vagina ku dengan tangan nya. Aku semakin terangsang hebat. Tubuhku mengejang, desiran darah mengalir dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian aku mengangkat pantat ku dan aku teriak di iringi cairan cintaku yang muncrat kemana-mana.
“Aaarrrrrrrrggghhhhhhh..shiiiit” teriakku keras. Aku pun mendapat kan orgasme pertama ku di Malaysia. Hebat sekali permainan kang Asep. Setelah aku berhenti mengejang, kemudian kang Asep membuka celananya dan mengarahkan penisnya ke vagina ku. Penis nya cukup besar dengan urat-urat yang menonjol. Tak membutuhkan waktu lama, penis kang Asep sudah menancap di vagina ku. Digerakkan bokong nya maju mundur dengan santai. Semakin lama makin cepat dan kuat.
“Bu, saya mau keluar” kata kang Asep.
“Saya juga kang” kataku
Kang Asep semakin mempercepat genjotan nya dan kamipun mencapai orgasme bersama.
“ooouuuuggghhhhhh” kang Asep melenguh panjang sambil ingin menarik keluar penisnya dari vagina ku. Aku langsung melingkar kan kaki ku dan menahan pantat kang Asep sehingga kang Asep menyemprotkan spermanya didalam rahim ku. Kang Asep sedikit terkejut, tapi selanjutnya dia malah menggoyang kan pantatnya.
“Aaaarrgrghhhhh.. “ akupun berteriak ketika orgasme keduaku kudapatkan.
Kang Asep mencabut penisnya dari vagina ku.
“Bu, terimakasih ya Bu. Permainan ibu sangat hebat. Saya memang sudah lama tidak berhubungan badan dengan istri saya.” Kata kang Asep.
“Sama-sama kang, Nisa juga merasa terpuaskan “ jawabku dengan wajah merah merona.
“O ya, ibu sedang menyusui ya? Kok tadi keluar asi nya?” tanya kang Asep.
“Istriku baru habis melahirkan 2,5 bulan yang lalu” pak Bram ikut-ikutan nimbrung obrolan kami.
“oh begitu. Mmm pak terimakasih juga ya sudah diizinkan untuk menikmati istrinya. “ lanjut kang Asep
“kalau kang Asep mau, kang Asep bisa pakai istri saya selama kami disini “ kata pak Bram lagi. Aku sudah benar-benar sangat dilecehkan oleh pak Bram, tapi tidak tahu kenapa aku malah merasa senang dan bangga. Mata kang Asep berbinar-binar mendengar perkataan pak Bram.
“bu Nisa aslinya berjilbab atau tidak? Soalnya kulihat jilbab Bu Nisa gede, yah setahuku jilbab gede itu orang nya alim-alim Bu” tanya kang Asep
“dia memang hijaber kang, makanya saya suka sama dia. Ada sensasi yang berbeda ketika kita ngentot Dengan cewek jilbaber, apa lagi pas ngentot jilbabnya tidak dilepas. Rasanya gimana gitu.” Jawaban pak Bram membuatku semakin horny, padahal beliau melecehkan ku.
“Saya suka juga dengan jilbaber pak, apalagi jilbab ny gede kayak Bu Nisa ini” sambung kang Asep.
Pembicaraan mereka membuat ku sangat terhina, mukaku memerah padam. Aku memalingkan wajahku. Tapi aku benar-benar sangat terangsang dengan kata-kata mereka, ada nikmat tersendiri bagiku.
Sesampainya di hotel, kami langsung cek in kamar. Kamar kami di lantai 18. Kemudian kami naik ke kamar diikuti kang Asep yang membawa barang-barang kami. Sampai di kamar, aku langsung duduk di sofa. Pak Bram kemudian duduk di kasur dan mengeluarkan HP nya untuk mengambil foto-foto ku.
“Pak, bu, saya permisi ya” kata kang Asep setelah merapikan barang-barang kami.
“Mau kemana kang, sini saja” timpal pak Bram. “Kamu duduk disini dulu, dan tolong foto kan kami” kata pak Bram sambil memberikan HP nya pada kang Asep.
“Baik pak” jawab kang Asep tanpa membantah.
Kemudian pak Bram duduk disebelah ku. Tangan nya merangkul tubuhku, dan kami pun berfoto ria seperti seorang model. Tak lama kemudian, pak Bram meremas payudara ku. Bibirnya mengecup bibirku. Tangan nya terus meremas-remas payudara ku sehingga bra dan baju ku basah oleh ASI yg keluar. Dengan perlahan, pak Bram mulai membuka kancing bajuku, melepaskan nya dan menarik bra ku hingga terlepas. Dijilati nya puting ku dan dikenyotnya kuat-kuat, seakan-akan dia ingin menghabiskan ASI yang ada didalamnya. Lama pak Bram mempermainkan ku. Kulihat kang Asep sudah melepaskan celananya dan mengocok penis nya, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian pak Bram berdiri diatas sofa, membuka celananya dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat ke mulut ku hingga aku tersedak.
“Uuhhkkkk..”
Namun pak Bram tidak menanggapinya, dia terus menggerakkan pantatnya maju mundur. Ditariknya kepalaku yang masih mengenakan jilbab dan ditekannya kuat-kuat sehingga penis pak Bram masuk seluruhnya ke mulut ku sampai tenggorokan ku pun menggembung. Lama pak Bram menahan penisnya didalam mulut ku, aku pun gelagapan. Tanpa sadar air mataku mengalir dari sudut mataku. Dipukul-pukulnya pipiku sehingga pipiku terasa perih. Pak Bram mendekati telinga ku dan berbisik.
“Ayo lonte ku, berikan service terbaik mu” bisik pak Bram.
Mendengar kata-kata itu, libido ku meningkat. Ku lolos kan rok dan cd yang aku pakai sehingga kini aku telanjang bulat dengan jilbab masih menempel di kepala ku. Aku membuka kakiku dan mengelus-elus itil ku.
“Ayo kang Asep, ikut sini” panggil pak Bram
Tanpa diminta dua kali, kang Asep langsung menyosor vagina ku. Vagina ku dijilati nya dan di colok-colok dengan jarinya. Aku merasakan tubuhku bergetar dan cairan hangat muncrat dari vagina ku. Aku pun mendapat kan orgasme ku. Pak Bram sedikit pun tidak menghentikan kegiatannya. Dia masih menyodok mulut ku. Di bawah, kang Asep masih menjilati vagina ku yang basah. Kemudian jilatannya turun ke bawah ke lubang anus ku. Aku merasakan geli yang luar biasa. Lidah kang Asep bermain di lobang anus ku. Aku mengangkat sedikit pantat ku agar kang Asep bisa dengan leluasa menjilati anus ku.
Tiba-tiba jari kang Asep masuk ke lobang anus ku. Aku ingin menjerit, tapi tertahan penis pak Bram yang masih memenuhi mulut ku. Hanya air mata yang mengalir dari sudut mataku. Setelah jarinya masuk, kemudian dikocok nya anus ku. Perih kurasakan pada anus ku. Karena memang selama ini aku belum pernah bermain di sana. Lama-lama ku rasakan kenikmatan pada anus ku.
Disaat yang sama, pak Bram mendongakkan kepala ku keatas dan dihujamkan penis besarnya itu hingga mentok. Tenggorokan ku penuh oleh penis pak Bram dan kurasakan semburan cairan hangat pak Bram langsung masuk ke dada ku tanpa melewati proses menelan. Aku pun ingin memuntahkan nya, tetapi pak Bram dengan kuat menduduki wajah ku sehingga hanya tangan ku saja yang mampu memukul-mukul lemah dipunggung pak Bram. Air mata ku semakin deras mengalir.
Setelah beberapa lama penis pak Bram menancap di tenggorokan ku, akhirnya beliau pun menarik nya keluar. Aku terbatuk-batuk dan langsung tersungkur ke lantai. Kemudian pak Bram memukul pantat ku, mengangkat kaki ku keatas sehingga posisi terbalik dengan tangan bertumpu di lantai. Pak Bram menjilati vagina ku, trus turun dan menjilati pusar ku. Aku pun merasa geli dan kedua tanganku lemas. Perlahan pak Bram membaringkan tubuhku lagi ke lantai. Aku yang kelelahan hanya dapat melihat samar-samar kang Asep yang mengocok penisnya dan menyemprotkan nya ke jilbab ku. Aku tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan, karena aku sudah terlalu lelah dan ku pejamkan mataku.
Umur : 27 tahun
BB : 52 kg
Tinggi : 165 cm
Namaku Annisa dan biasa dipanggil nisa. Dalam keseharian-ku, aku mengenakan hijab. Aku sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Aku sangat menyayangi mereka dan suamiku.
Naluri wanita memang tidak bisa dipungkiri, meskipun aku berhijab tetapi rasa ingin mendapatkan perhatian dari orang-orang disekitarku cukup besar. Aku merasa senang apabila penampilanku mendapatkan perhatian orang lain, termasuk lawan jenis. Itu menjadi kepuasan tersendiri bagiku.
Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta di Kota Pempek dengan jabatan Asistan Manajer Bagian Operasional. Baru satu setengah tahun aku menduduki jabatan tersebut atas rekomendasi atasanku, Pak Bram. Aku sangat berterima kasih dan menghormati beliau.
Pak Bram ini bisa dibilang orang yang cukup sukses, karena di usia kepala 3 beliau sudah menjadi Manajer perusahaan. Pak Bram orangnya tegas, namun tetap mengayomi bawahannya. Kami sering bercanda dengan beliau, namun tanpa mengurangi rasa hormat kami padanya.
Hari itu, aku dipanggil ke ruangan Pak Bram. Beliau mengatakan kepada ku bahwa akan ada pertemuan dengan klien perusahaan di Bengkulu selama 1 minggu, dan aku harus ikut karena menyangkut permasalahan operasional perusahaan kami.
Sepulang dari kantor aku langsung berdiskusi dengan suami ku dan meminta pendapatnya. Suami ku merasa keberatan kalau selama itu, tapi setelah ku jelaskan panjang lebar barulah dia mengerti dan mengizinkan ku untuk berangkat.
Minggu pagi, aku bersiap-siap akan berangkat. Segala sesuatunya sudah ku persiapkan sebelumnya, jadi tinggal berangkat saja. Pesawat ke Bengkulu berangkat pukul 6 pagi, jadi ba’da subuh aku pun diantar suamiku ke bandara.
Diperjalanan ke bandara, suamiku bertanya padaku.
“My, jadi berangkat ke Bengkulu?” Tanya suamiku.
“ya jadi donk By…” jawabku
“yakin gak mau dibatalin My?” Tanya suamiku lagi.
“Gimana By, soalnya kerjaan kantor dan Umy gak bisa nolak” jawabku lagi
“ya udah, tapi jangan diporsir ya My kerja nya.” Ujar suamiku sambil mengecup keningku.
Haduh, berat rasanya meninggalkan suami dan anak-anak. Tapi mau bagaimana lagi, tuntutan kerja.
Sampai di Bandara, aku pun masuk dan menemui Pak Bram yang ternyata sudah lama menunggu. Kamipun terbang ke Bengkulu.
Sampai di Bengkulu pukul 7 pagi, kami langsung cari hotel dan check in. Pak Bram memilih hotel Horizon karena pemandangannya yang cukup bagus, dekat dengan pantai.
Setelah check in, kami langsung meluncur ketempat meeting. Acaranya lama, sampai sore karena banyak sekali dokumen-dokumen yang mesti diperiksa dan dibahas bersama. Akhirnya kami kembali ke hotel pukul 7 malam.
Aku pun langsung membersihkan diri dan mengganti pakaian dengan pakaian yang santai, baju tidur. Tak berapa lama, hp ku berdering dan ku lihat itu panggilan dari Pak Bram.
“Halo, Assalamu’alaikum… ada apa pak?” tanyaku
“Wa’alaikumsalam, gak papa nisa. Kamu gak lapar ya?” Tanya pak Bram.
“Oh iya pak, lupa kalo belum makan malam” jawabku lagi
“ya udah, ayo ikut Bapak cari makanan” kata pak Bram lagi
“Bentar pak, nisa ganti baju dulu ya”.
“Udah santai aja nisa, gak usah pake ganti baju segala, keburu malam nanti” kata pak Bram lagi
Akhirnya akupun keluar dengan piyama dan hijab saja. Pak bram pun sama, beliau mengenakan kaos dan celana pendek saja. Aku sempat kagum sama beliau, karena tubuh atletis nya terlihat jelas di balik kaos yang beliau kenakan.
Selesai makan, kami pun kembali ke hotel dan duduk-duduk sambil memandangi pantai panjang. Disini kami banyak cerita-cerita tentang kehidupan kami, dari masa-masa SMA sampai ke masalah keluarga. Kami pun tanpa sadar membicarakan masalah yang bersifat sensitive, hal-hal yang tabu untuk di bicarakan dengan orang lain selain suami. Tapi, aku merasa enjoy cerita dengan Pak bram dan beliaupun berbagi kisahnya tanpa ada yang disembunyikan dariku.
Jam pun menunjukkan pukul 10 malam. Akhirnya kamipun kembali ke kamar masing-masing. Sebelum aku menutup pintu kamar, aku melihat Pak Bram memandangi tubuhku begitu tajam. Setelah ku tutup pintu kamar, ada perasaan bangga, senang dan cemas bercampur jadi satu.
Setelah mencuci muka dan sikat gigi, aku pun merebahkan tubuhku. Baru beberapa menit tiduran, tiba-tiba lampu padam. Aku gelabakan mencari hp ku karena aku takut gelap. Lama lampu padam, akhirnya aq memutuskan untuk keluar kamar. Diluarpun gelap, dan ternyata pak Bram pun sudah ada diluar.
“Kamu keluar juga nisa?” Tanya pak Bram.
“Iya pak, nisa takut gelap” jawabku
Setelah setengah jam berlalu, akhirnya lampu pun hidup kembali. Tapi, lampu kamarku tidak hidup. Kutanyakan pada pegawai hotel, katanya ada korsleting listrik dikamarku jadi untuk dikamarku saja yang tidak bisa digunakan listriknya.
Akupun minta pindah dikamar lain, tapi semua kamar sudah penuh. Aku bingung mesti ngapain. Tiba-tiba pak Bram sudah ada disampingku.
“Ada apa nis?” Tanya pak Bram
“Ini pak, ada korsleting listrik di kamar nisa, jadi listrik dikamar padam dan kamar-kamar lain sudah penuh pak” jawabku
“Oh ya udah, tidur di kamar Bapak aja nis” kata pak Bram lagi
“mmm boleh pak?” tanyaku
“ya boleh aja nisa, masak gak boleh” jawab pak Bram lagi.
Akhirnya aku pun memindahkan barang-barangku ke kamar pak Bram. Pak Bram mempersilahkan aku tidur di ranjang.
“Nisa, kamu tidur aja di ranjang, nanti biar Bapak tidur di sofa” kata pak Bram.
“gak pp pak, biar nisa tidur di sofa saja. Gak enak sama bapak” jawabku
“bapak yang gak enak, masak cewek cantik disuruh tidur di sofa” kata pak Bram lagi yang membuat jantungku berdegup. Pak Bram bilang aku cantik.
Aku pun tidur diranjang dan pak Bram tidur di sofa. Karena pak Bram bukan muhrim, maka akupun tidur masih mengenakan hijab. Lama ku pejamkan mata tetapi tidak bisa tidur. Mungkin aku merasa risih karena ada pria lain selain suamiku berada satu kamar denganku.
“Nis, kok belum tidur?” suara pak Bram mengagetkanku.
“umm belum bisa pak” jawabku.
Ku dengar suara langkah kaki mendekatiku. Jantungku berdebar. Dan tak lama kemudian, pak Bram duduk di pinggir ranjang, aku pun pura-pura memejamkan mata. Pernyataan yang tidak ku duga keluar dari mulut pak Bram.
“Nis, bapak senang kamu tidur disini” kata pak bram
“Maksud bapak apa?” tanyaku
“Nis, bapak mau jujur sama nisa. Bapak senang melihat nisa dikantor, kerja nisa dan apa-apa yang sudah nisa berikan buat perusahaan kita”
Akupun terdiam.
“kamu cantik nisa, dan bapak senang bisa bekerja sama dengan nisa selama ini”
“semakin lama kenal denganmu, bapak mulai jatuh hati padamu nisa”
Aku sangat kaget mendengar pengakuan pak Bram. Pak bram yang selama ini ku kagumi, yang selama ini selalu bersikap wibawa, menyatakan perasaannya padaku. Memang aku kagum padanya, tetapi hanya sebatas kagum saja, tidak lebih. Aku mencintai suamiku lebih dari apapun. Aku bingung harus berkata apa.
“Pak, mungkin bapak hanya sebatas mengagumiku saja pak tidak lebih” kataku
“Dan kita juga sama tahu pak kalau bapak sudah berkeluarga, nisa pun demikian” kataku lagi
“Iya nisa, awalnya bapak berfikir demikian. Tapi setelah sekian lama bekerja sama denganmu, rasa ini muncul dengan sendirinya.”
“Maafkan bapak Nisa” lanjut pak Bram.
“Bapak tidak perlu minta maaf pak, nisa yang harusnya minta maaf karena tidak bisa membalas kebaikan bapak selama ini”
“Tapi kalau boleh, bapak ingin meminta satuhal dari nisa” kata pak Bram dengan suara berat.
“Apa itu pak?” jawabku.
“Boleh bapak pegang tangan nisa?” dengan hati-hati pak bram menyampaikan maksudnya.
Aku terkejut. Selama ini belum ada laki-laki lain yang menyentuhku selain suamiku. Aku bingung, disisi lain pak bram sudah sangat baik sekali padaku dan disisi lain aku teringat akan nasehat suamiku untuk selalu menjaga diri. Setelah sekian lama pikiran ini berkecamuk, tanpa sadar aku pun memberikan tanganku kepada pak Bram. Pak bram tersenyum. Akupun memejamkan mataku.
Dipegangnya tanganku oleh pak Bram dan dielus-elusnya sampai bulu kudukku merinding.
“Halus sekali tanganmu nisa”
Aku tidak menjawab. Aku masih memejamkan mata dan tanpa sadar air mata memenuhi sudut mataku.
“Kenapa kamu menangis nisa?” Tanya pak Bram sembari mengusap air mataku.
“gak pp pak.” Jawabku
Lama pak Bram mengusap tanganku, kemudian sebuah kecupan mendarat dipunggung tanganku. Reflek akupun menarik tanganku. Pak bram terkejut.
“Maafkan bapak Nisa.” Kata pak Bram
“Bapak tidak salah, maafkan nisa pak.” Kataku
Kuberikan lagi tanganku pada pak Bram. Lama beliau mengelus tanganku, perasaanku mulai tidak keruan. Aku merasakan rangsangan yang hebat. Kurasakan bagian bawahku basah.
“Nis, boleh bapak belai rambutmu?” Tanya pak bram lagi
Aku hanya terdiam. Sejurus kemudian tangan pak bram sudah menyingkap hijab yang ku kenakan. Baru kali ini ada pria lain yang menyentuh dan melihat rambutku. Aku merasa telah menghianati suamiku. Air mataku semakin deras.
Kemudian aku merasakan sebuah sentuhan pada payudaraku. Tangan pak bram sudah menggenggam payudaraku dari luar bajuku. Tubuhku lemas, aku tidak berdaya oleh rangsangan yang diberikan pak Bram. Melihatku tak bereaksi, pak Bram mulai meremas-remas payudaraku. Sungguh nikmat kurasakan. Akupun melenguh kecil. Kemudian pak bram mencium bibirku, akupun membalas kecupannya. Lama kami berciuman, saling bertukar lendir.
Pak bram pun mulai berani dengan mengangkat baju piyama yang ku kenakan. Aku pun menahan tangannya.
“Pak, sudah cukup.” Kataku.
Pak Bram menghentikan kegiatannya.
“maafkan bapak ya nis,”
Aku hanya menganggukan kepala.
“ya udah, kita tidur. Besok masih ada pekerjaan yang menunggu kita.” Kata pak Bram lagi.
Beliau turun dari ranjang dan akan pindah ke sofa.
“bapak mau kemana?” kataku
“tidur di sofa.” Jawab pak Bram
“Tidur disini saja pak sama nisa.” Kataku spontan
Pak bram sedikit terkejut, kemudian beliau langsung naik ke ranjang. Akhirnya kami pun tidur satu ranjang malam itu.
*****
Paginya aku terkejut karena ada pria lain seranjang denganku. Tapi setelah aku ingat-ingat, memang aku yang menyuruh pak Bram untuk tidur dikasur bersamaku. Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap. Setelah itu aku membangunkan pak Bram.
Selagi pak bram mandi, aku memberi kabar kepada suamiku. Aku merasa sangat bersalah. Tetapi kejadian tadi malam tidak aku ceritakan pada suamiku.
Setelah siap pak Bram mengajakku sarapan.
“Ayo Nis kita sarapan dulu”
“Sebentar pak, ada yang perlu nisa siapin buat meeting nanti.” Jawabku
“Ok, bapak tunggu di lobi ya.” Kata pak Bram lagi.
Usai sarapan kami pun berangkat ke lokasi meeting. Selama meeting, kuperhatikan pandangan pak Bram sedikit berubah kepadaku. Beliau lebih memperhatikanku. Bahkan ketika makan siangpun pak Bram berani menggandeng tanganku, namun kutepis secara halus.
Setelah kegiatan hari ini selesai, kami kembali ke hotel. Setibanya dikamar, aku langsung rebahan di kasur karena kecapaian. Tiba-tiba pak Bram sudah rebahan juga disampingku. Lama kami sama-sama terdiam. Kemudian pak Bram memberanikan diri untuk menarikku sehingga kami saling berhadapan.
“Nis, kamu cantik sekali.” Kata pak Bram sambil tersenyum.
Aku pun tersenyum mendengar pujiannya.
“Boleh bapak mencium kening kamu Nisa??” Tanya pak Bram.
Aku hanya mengangguk pelan, memberi syarat pada pak Bram. Dengan perlahan pak Bram mendekatkan wajahnya dan menatapku dalam-dalam. “Cup” akupun merasakan kecupan hangat di keningku. Kemudian kecupannya beralih ke bibirku.
“Terima kasih Nis.”
Aku memberikan senyuman termanis ku pada pak Bram. Tanpa sadar aku menarik tangan pak Bram dan menaruhnya ke dadaku.
“Apa bapak merasakan detak jantungku?’’ tanyaku pada pak Bram.
“Kalau mau, bapak boleh menyentuhku.” Kata-kata itu meluncur dengan sendirinya.
Tanpa pikir panjang pak Bram mulai meremas payudaraku yang masih tertutup baju dan bra. Aku menikmati remasan tangan pak Bram. Pak Bram mencium bibirku dengan lembut. Perlahan pak Bram mulai membuka kancing baju yang ku kenakan sehingga hanya tinggal bra saja yang menutupi payudaraku.
“Tubuhmu putih dan mulus Nisa” kata pak Bram.
Aku tak menghiraukan perkataannya. Aku sudah terhanyut dengan rangsangan-rangsangan yang pak Bram berikan padaku. Kurasakan tangan pak bram melingkar ke belakang dan melepas bra ku. Kini tubuh ku sudah tanpa penutup kecuali hijab dan rok yang aku kenakan.
Pak Bram menghentikan kecupannya, kemudian beliau menjilat bibirku, ditelusurinya kebawah mulai dari dagu, leher, terus dan berhenti di tengah-tengah payudaraku. Kemudian dikecupnya payudaraku hingga meninggalkan bekas merah. Dijilatnya seputaran putingku hingga aku melenguh kecil. Putingku mengeras. Dimainkan lidahnya dikedua putingku. Aku merasakan vaginaku sudah sangat basah.
“Ah….” Aku berteriak kecil ketika pak Bram menggigit putingku.
Jilatan pak Bram turun ke perutku, dan berhenti di pusarku. Dijilatnya pusarku sehingga aku merasakan kegelian yang luar biasa. Tubuhku menekuk. Pak Bram menghentikan kegiatannya, dan kami pun tertawa ringan. Kemudian jilatannya turun ke perut bagian bawah. Pak Bram membenamkan wajahnya diselangkanganku yang masih tertutup rok. Ditariknya rok ku kebawah dan menyisakan CD ku yang sudah sangat basah.
“Nis, kamu sudah basah banget”
Aku hanya tersenyum memandang pak Bram. Pak Bram menjilati vaginaku dari balik CD ku.
“Aaaahhhhh……” aku benar benar tidak tahan untuk tidak mengerang.
Baru kali ini aku menerima oral di vaginaku, terasa geli bercampur nikmat. Suamiku tidak pernah melakukannya, tidak boleh katanya. Ini benar-benar sensasi baru bagiku. Sangat nikmat permainan yang dilakukan oleh pak Bram. Kemudian pak Bram menarik CD ku ke bawah dan melepaskannya, sekarang aku sudah benar-benar telanjang didepan laki-laki yang bukan muhrimku dan aku masih mengenakan hijabku.
Kembali pak Bram mengoral vaginaku. Gesekan lidahnya di vaginaku membuat cairan cintaku mengalir. Reflek kaki ku nenekuk dan menahan kepala pak Bram sehingga wajah pak Bram benar-benar terbenam di vaginaku. Pak Bram menghentikan kegiatannya, dia melepas kemeja dan jeans yang dipakainya. Tubuh six pack pak Bram membuatku pipiku merona merah. Kulihat penis pak Bram mulai mengeras dibalik CD yang ia kenakan.
“Nis, bapak boleh melakukannya?” Tanya pak Bram dengan nada memelas.
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Aku sudah dipengaruhi oleh birahiku sendiri, aku sudah tidak bisa berpikir jernih sekarang. Kemudian pak Bram membuka CD nya, dan keluar lah penis besar pak Bram. Aku terkejut, penis pak Bram besar sekali. Mungkin 2 kali nya dari punya suamiku. Pak bram menarik tanganku dan menyuruhku duduk. Kemudian diarahkan tanganku ke penisnya.
“Astaga, pak besar sekali penis bapak.” Kataku. Besarnya melebihi pergelangan tanganku.
Pak Bram hanya tersenyum. Digerakan tanganku yang sedang menggenggam penisnya naik turun. Aku mengerti apa yang diinginkan pak Bram, kemudian kulakukan sendiri. Lama aku mengocok penis pak Bram. Pak Bram menyuruhku berhenti dan mendekatkan penisnya ke wajahku. Wajahku memerah, aku sangat malu melihatnya. Digesekkan kepala penis itu ke bibirku, dan pak bram memintaku untuk mengoralnya. Aku menggelengkan kepala.
“kenapa nis? Kamu gak mau?” Tanya pak Bram
“Nisa belum pernah oral penis pak.” Jawabku. Suamiku tidak pernah menyuruhku mengoral penisnya, karena memang tidak diperbolehkan.
“Cobalah punya bapak Nisa, nanti kamu akan ketagihan.” Kata pak Bram lagi
Aku ragu-ragu memegang penis pak Bram. Kemudian ku coba untuk membuka bibirku dan memasukkan kepala penis pak Bram ke mulutku.
“Mmmmhhhhh……” ku kulum penis pak Bram.
Kemudian pak Bram memegang kepalaku dan digerakkannya maju mundur sehingga sepertiga penis pak Bram masuk ke mulutku. Tak berapa lama pak Bram mencabut penisnya dari mulutku.
“Gimana Nis, enakkan?” Tanya pak Bram
Aku hanya mengangguk pelan, menahan rasa malu yang menderaku. Kemudian pak Bram menekuk kakiku dan membuatnya mengangkang. Dengan perlahan pak Bram mengarahkan penisnya ke depan bibir vagina-ku. Pak Bram menggesek bibir vagina-ku dengan penisnya, desahanpun keluar dari mulutku.
Aku menikmati setiap gesekan penis pak Bram, dan sesekali kepala penis pak Bram masuk ke lubang vagina-ku. Aku menggeliat-geliat dan mendesah.
“Nis, boleh bapak masukkan?” Tanya pak Bram.
“Boleh pak.” Jawabku yang sudah dipenuhi birahi.
Dengan perlahan pak Bram memasukkan kepala penisnya ke lubang vaginaku.
“Oouuuuhh…….” Kurasakan penis pak Bram mulai memasuki vagina-ku. Vaginaku terasa perih menerima penis pak Bram yang besar.
“Aaahhhhh…. Nis, vaginamu seret sekali.” Erang pak Bram.
Akhirnya kurasakan penis pak Bram menyentuh dinding vaginaku. Lama kami terdiam, saling merasakan kenikmatan yang tiada tara. Selang beberapa menit, pak Bram mulai memaju mundurkan penisnya. Kami saling mendesah. Pak Bram dengan ganas melumat kedua payudara ku. Digigitnya putingku.
“awhhhhh….. pak terusin pak” racauku.
Sepuluh menit berlalu dan aku tak kuasa menahan orgasmeku, “Aahhhkkkkkkkkkkkhhhhhhh… pak… Nisa…Nisa..Ke..lu..ar…. eergghhhhh” jeritku merasakan orgasme yang begitu nikmat.
Sementara pak bram masih terus menggenjot tubuhku. Vagina-ku terasa sensitive setelah orgasme, namun pak Bram masih memompa penisnya di vagina-ku dengan kecepatan tinggi. Lama pak Bram memompa penisnya. Kemudian beliau mencabut penisnya dan membalikkan tubuhku sehingga posisiku tengkurap. Ditariknya pinggulku dan diangkatnya, kakiku dilebarkan dan “sleebbb” penisnya dimasukkan kembali ke vagina-ku. Pak Bram menggenjotku dalam posisi dogy, dan baru kali ini juga kurasakan variasi seks seperti ini. Biasanya hanya aku yang diatas, atau aku yang dibawah.
Aku pun kelojotan dibuatnya. Pak Bram memang hebat, belum menunjukkan bahwa baliau akan orgasme. Tak lama kemudian, kurasakan orgasme kedua ku.
“AAAAAHHHHKKKKKKHHHH……….” Teriakku keras. Aku tak memperdulikan lagi jika ada orang yang mendengarnya.
Lama-lama vagina-ku terasa perih, tetapi pak Bram masih memompa penisnya. Kemudian ditariknya tangan kiri dan kaki kiriku keatas, sehingga hanya tangan dan kaki kanan yang menopang tubuhku. Digenjotnya aku dalam posisi beliau berdiri. Aku sudah tidak bisa berfikir lagi, hanya kenikmatan yang dapat kurasakan saat ini. Dan akhirnya pak Bram pun menegang dan menyemburkan cairan hangatnya ke dalam rahimku. Banyak sperma pak Bram, hingga kurasakan rahimku penuh dengan sperma nya.
Kemudian pak Bram mencabut penis nya dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku gelagapan menerima penis pak Bram yang basah oleh cairan cintaku dan sperma nya. Diurutnya penis tersebut dan sisa-sisa sperma nya mengalir masuk ke mulutku. Baru kali ini aku merasakan yang namanya sperma, ada rasa asin-asin gimana gitu. Sperma itu pun tertelan olehku. Kulihat wajah pak Bram yang puas, dan kami pun tersenyum. Malam itu kami tak sempat untuk dinner karena kecapaian. Dan kami tertidur dengan tubuh masih telanjang bulat, dengan hijab yang masih aku kenakan.
Pagi itu aku terbangun. Aku merasakan kehangatan dada pak Bram yang menempel dipundak ku, dan juga tangannya yang memegang payudara ku. Aku sudah tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya setelah kejadian semalam, karena aku langsung tertidur. Aku alihkan tangan pak Bram dari payudara ku. Beliau pun terbangun.
“Kamu sudah bangun Nis?” Tanya pak Bram.
“Iya pak.” Jawabku.
“Gimana semalem? Enak gak main sama bapak?” Tanya pak Bram lagi.
Wajahku memerah, aku sangat malu sekali. Dan dengan ragu akupun menjawab “Hmmm enak sekali pak, baru kali ini Nisa orgasme berkali-kali. Biasanya Nisa gak pernah orgasme dan selalu itu-itu saja gayanya.” Jawabku
“Emang suami mu kenapa Nis?”
“Suamiku meskipun bukan orang yang fanatic, tetapi dia orang yang taat pak. Oral aja gak dibolehin sama dia” jawabku lagi.
Pak Bram hanya tersenyum. Ditariknya tanganku dan wajah kami pun saling berdekatan. “CUP” dikecupnya keningku.
“Kalau Nisa mau, kita bisa kok tetap seperti ini” kata pak Bram.
“Maksudnya pak?” tanyaku
“Ya, kapan-kapan kalo ada waktu kita bisa “main” lagi Nis. Itupun kalo Nisa mau, bapak gak maksa kok” kata pak Bram lagi.
Ada penolakan di dalam hati ini, karena teringat status diriku sebagai istri dari suamiku dan seorang ibu dari anak-anak ku. Namun tak bisa ku pungkiri, aku menginginkan hal semalam terjadi kembali. Tanpa sadar aku pun mengangguk kecil. Pak Bram pun tersenyum.
Hari ini, hari ketiga kami berada di Bengkulu. Dan diluar prediksi, ternyata pekerjaan kamipun telah selesai. Mestinya kami pulang hari Minggu.
“Wah pak, diluar prediksi ini. Ternyata kerjaan udah kelar.” Kataku pada pak Bram.
“iya Nis, ini berkat kerja kamu yang bagus Nis.” Puji pak bram.
“Ah bapak bisa saja. Ini kerja kita berdua pak.” Kataku lagi sambil tersenyum.
“Masih ada tiga hari lagi kita disini Nis, kita nikmati saja. Anggap saja ini liburan.”
Aku diam tak menjawab. Sebenarnya aku ingin pulang cepat-cepat, ingin memeluk suami dan anak-anakku.
“Nis, kenapa diam?” Tanya pak Bram sambil menarik lenganku.
Pak Bram menarikku sehingga wajah kami saling berhadapan. Aku membuang muka karena malu. Kemudian pak Bram mengelus pipiku, menarik kepalaku dan…. “Cup” sebuah kecupan hangat mendarat dikeningku.
“Bapak masih ingin di sini bersamamu Nisa.” Bisik pak Bram ditelingaku.
Jantungku berdegup kencang, aku tau kalau pak Bram masih ingin bercumbu dengan ku. Hati ini berkecamuk, antara menolak dan menerima. Aku gundah, akal sehatku seperti hilang entah kemana. Rasa sesal yang menderaku seakan-akan sirna oleh pesona pak Bram. Akhirnya, kamipun sepakat untuk pulang sesuai jadwal dan mengisi kekosongan waktu dengan liburan.
Rabu malam, seperti biasa pak Bram mengajakku makan malam. Sebelum keluar, pak Bram memberikan tantangan kepada ku.
“Nis, kamu penakut atau pemberani?” Tanya pak Bram.
“pemberani donk” jawabku
“kalo kamu pemberani, kamu harus terima tantangan bapak.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh, ayo apa tantangannya pak.” Kataku lagi antusias.
“Hmmm makan malam ini, kamu jangan pake CD. Berani gak?” tantang pak Bram.
Wajahku merona ketika pak Bram menantangku untuk tidak mengenakan CD malam ini.
“Siapa takut.” Jawabku spontan.
Akhirnya aku pun melepas CD yang aku kenakan. Aku berdebar-debar membayangkan bahwa aku akan keluar tanpa mengenakan CD.
Pak Bram tersenyum puas. Kami pun pergi untuk mencari makan malam.
Selama perjalanan, pak Bram tak henti-hentinya mengelus pantatku yang tidak memakai CD. Sopir hotel pun berkali-kali melirik kami. Aku sangat malu sekali, tetapi ada perasaan bangga dan adrenalin yang berbeda. Sesampainya ditempat makan, kamipun turun dari mobil dan menuju ke lesehan. Disini lesehannya sendiri-sendiri. Seperti gazebo dengan tinggi dinding sebatas pinggang. Pak Bram mengajak sang sopir untuk ikut makan bersama kami.
Sembari menunggu makanan datang, tiba-tiba pak Bram merangkulku dan meremas payudara kanan ku. Aku terkejut dan berusaha melepas kan tangan pak Bram dari payudara ku. Sang sopir melihat kami dan melongo. Wajah ku memerah karena malu. Kulihat sopir tersebut menelan ludah menahan konak.
“udah Nis gak pp, tuh liat sopir kita udah sange dari tadi” kata pak Bram.
“Aku malu pak” kataku
“gak pp, kan gak kenal juga. Nanti kalau kita sudah pulang, orang akan lupa.” Kata pak Bram lagi.
Jantungku berdegup kencang, dan tiba-tiba tubuhku lemas tak berdaya. Seperti mendapat kesempatan, tangan pak Bram pun mulai bergerilya di payudaraku. Kurasakan tangannya melepas pengait bra dari balik baju yang aku kenakan. Sekarang bra ku sdah terlepas tetapi masih menutupi payudara ku. Kulihat lagi sopir itu diam dan tak berkedip. Hanya kerongkongan nya saja yang naik turun melenan ludah. Darah ku berdesir melihat itu. Pikiranku sudah kacau. Aku tidak lagi merasakan malu. Ketika pak Bram meremas payudaraku dengan kuat, aku pun terpejam dan melenguh menikmati remasan itu.
“Uhhhkkk………..” teriakku lemah.
Kemudian tangan pak Bram menggosok vagina ku dari balik rok yang aku kenakan. Aku yang tidak mengenakan CD merasakan cairan hangat keluar dari vagina ku.
“Aaahhkkkkkhhh… terus pak.” Racauku sambil tangan kiriku meremas-remas payudara ku sendiri.
Kulihat sang sopir menggosok-gosok penis nya dibalik celana jeans yang ia kenakan. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Aku seorang wanita berhijab yang telah bersuami dan memiliki anak, dipermainkan oleh laki-laki lain dan di depan orang lain juga. Tubuhku semakin bergetar, dan aku merasakan orgasme yang paling hebat.
“Aaaaaaaaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhkkkkk………………” Aku melenguh panjang diikuti cairan cintaku yang membanjiri lantai yang kami duduki. Aku terpejam menikmati sisa-sisa orgasme ku. Sang sopir pun merunduk untuk melihat vagina basahku.
“Kamu mau lihat?” Tanya pak Bram pada sopir itu.
Dia hanya mengangguk pelan. Pak Bram menarik rok ku ke atas dan membuka kedua paha ku sehingga vagina ku yang telah basah oleh cairan cinta ku terlihat jelas oleh sopir tersebut. Kembali aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika sopir itu melihat kemaluan ku. Tiba-tiba sopir itu menyentuh vagina ku dan mengambil sedikit cairan cinta ku yang kemudian ia jilat.
“Hmmm enak sekali mbak cairan vagina mu” kata sopir itu. Kembali aku merasakan wajahku memerah mendengar pujian itu.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan kami. Dengan sigap pak Bram menutup rok ku, dan kami pun makan seperti tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya sopir melirik ke arah ku. Aku memalingkan muka ku, takut kalau nanti dia mengingat wajahku.
“Mas, kita jalan-jalan dulu ya.” Pinta pak Bram pada sopir.
“Baik pak.” Jawab sang sopir.
“Kita mau jalan kemana pak?” tanya sopir lagi.
“Ke pantai saja mas.” Jawab pak Bram. “Oh ya namamu siapa mas?” tanya pak Bram lagi.
“Sandi pak.” Katanya dengan tersenyum.
“okelah mas sandi, kita cari tempat untuk bersantai ya.” Kata pak Bram lagi.
“siap pak.” Jawab sandi.
Akhirnya kami sampai dipinggir pantai panjang. Aku langsung duduk-duduk dipinggir pantai di atas batu-batu balok yang diletakkan di sana. Pak Bram mengikuti ku, beliau pun duduk di sampingku. Mas sandi pun mengikuti kami, tapi dia duduk dibelakang kami. Pak Bram memulai pembicaraan.
“Nis, gimana tadi. Enak gak?” tanya pak bram.
“Ah bapak, Nisa kan malu pak.” Jawabku
“kamu liat gak ekspresi Sandi tadi, lucu banget Nis.” Kata pak Bram lagi.
“Pak, Nisa ini punya suami dan anak-anak pak. Bapak juga punya kan, bapak tega sekali memperlakukan Nisa seperti ini.” Kataku lagi.
Pak Bram merangkul dan mendekapku.
“Maafkan bapak Nis, tapi kamu itu cantik dan banyak laki-laki yang menginginkan dirimu, termasuk bapak.”
Kata-kata pak Bram membuatku melayang. Dia tau aku senang di puji. Aku memajukan bibirku tanda cemberut. Pak Bram menarikku berdiri. Kemudian beliau mendekapku dari belakang dan mencium pipiku. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku. Aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan pak Bram. Nafsu ku bangkit lagi. Tangan pak Bram menelusuri perutku hingga ke bawah dan sampailah tangan itu diatas rahimku. Dielus nya rahim ku dari luar baju. Lama pak Bram mengelus rahimku. Kemudian tangan pak Bram membuka resleting rok yang aku kenakan sehingga rok ku jatuh ke bawah dan aku pun setengah bugil. Didorongnya tubuhku ke depan sehingga posisiku saat ini menungging dan belahan vagina ku terlihat jelas dari belakang.
Tak lama kemudian terdengar suara tepukan dan teriakan-teriakan dari para pemuda di sana yang sedari tadi melihat tubuhku. Wajahku merona. Reflek aku tarik rok ku dan memakainya kembali, kemudian aku berlari masuk ke mobil. Sandi dan pak Bram menyusulku. Aku hanya diam saja ketika pak Bram masuk ke dalam mobil. Kemudian pak Bram memberi kode pada Sandi untuk kembali ke hotel.
Sesampainya di hotel, aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, diikuti oleh pak Bram dan Sandi yang membawa belanjaan kami, karena tadi kami sempat belanja makanan ringan di A*lfa MA*t. Sambil berjalan, aku melepaskan pengait bra ku dan melepaskan bra ku. Kulihat pak Bram dan Sandi hanya terdiam memandang ku. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan mundur sambil aku meremas-remas payudara ku yang masih tertutup baju. Sampai dikamar, aku langsung membuka gorden kamar sehingga suasana kamar tampak jelas dari luar. Aku langsung melepaskan baju dan jilbabku. Kulihat keluar jendela banyak anak-anak muda yang sedang nongkrong, mereka melihat ku dengan tatapan tak percaya. Aku menyibak kan rambutku dan membuat payudara ku bergoyang. Kudengar teriakan para pemuda itu. Kemudian kututup kembali gorden nya. Kudengar teriakan kecewa mereka. Aku hanya senyum-senyum saja mendengar nya. Pak Bram yang dari tadi hanya melihat, tiba-tiba langsung bergegas kearah ku dan meremas payudara ku dengan kuat.
“Aaauuuu...” teriak ku. Sandi hanya melongo saja melihat kami. Entah setan apa yang sudah merasuki ku, tanpa sadar aku memanggill Sandi untuk mendekat.
“Sandi, sini..” panggil ku.
Aku melepaskan tangan pak Bram dari payudara ku dan berjalan kearah Sandi. Seketika aku langsung membuka resleting celana Sandi dan menarik nya turun kebawah bersama dengan CD nya. Kemudian aku keluarkan penis nya dan mengoral nya. Sandi pun terpejam menikmati kocokan mulutku pada penisnya. Selang beberapa menit, tubuh Sandi menegang dan ditekannya kepalaku mendekati dirinya sehingga penisnya masuk secara utuh kedalam mulut ku dan kurasakan sperma nya tumpah mengalir melalui kerongkongan ku dan masuk kedalam perutku. Lama ditekannya kepalaku, hampir saja aku terbaru. Sandi terduduk lemas.
“Wah mbak, mulut mbak enak sekali. Aku ketagihan mbak.” Katanya disela-sela nafasnya yang tersengal-sengal setelah orgasme. Aku hanya tersenyum.
Aku menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat aku keluar kamar mandi, ternyata Sandi sudah tidak ada, hanya ada pak Bram yang sedang berbaring di ranjang.
“Nis, kemari.” Kata pak Bram menyuruhku mendekat pada nya.
“Iya pak.” Jawabku
“Gimana kalau kamu jangan panggil saya bapak, panggil saja mas” kata pak Bram kemudian.
“hmmm iy mas.” Kataku lagi.
Aku duduk disampingnya. Lama pak Bram memandangi ku. Aku masih mengenakan rok tanpa CD dan atasannya masih dalam keadaan bugil. Kemudian pak Bram mengelus payudara ku.
“Makin lama mas liat, tubuh kamu makin seksi Nis.” Kata pak Bram dengan tangan yang masih mengelus payudara ku.
“Mmm terimakasih mas.” Kataku sambil tersenyum.
Malam itu, Pak Bram mengajakku untuk tidur. Aku merasakan sedikit kecewa. Ku kira pak Bram akan mengajakku untuk berhubungan intim. Tapi aku menurut saja apa kata pak Bram, dan kami pun tertidur.
Kamis pagi, aku terbangun dari tidurku. Kulihat sekeliling ku, Pak Bram sudah tidak ada. Aku pun ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat kulihat payudara ku, banyak tanda merah bekas kecupan. Seperti nya pak Bram semalam mengeksploitasi tubuhku. Aku memandangi tubuhku dari cermin kamar mandi. Ada perasaan bersalah menyelimuti hatiku. Tapi tidak bisa aku pungkiri bahwa aku menyukai hal ini. Ada kenikmatan lain yang kurasakan ketika orang lain bernafsu melihat ku.
Cepat-cepat kuselesaikan mandiku. Ketika aku akan mengenakan baju, pak Bram masuk.
“Sudah bangun Nis.” Sapa pak Bram.
“Iya mas.” Jawabku.
“Kamu sudah mandi ya. Ini aku belikan baju untuk mu.” Kata pak Bram sambil memberikan bungkusan plastik.
Aku lihat ada kaos lengan pendek warna putih dan kardigan abu-abu.
“Mas, Nisa pake ini?” tanya ku.
“Iya Nis, dan jangan pake bra ya.” Kata pak Bram sambil tersenyum.
“Jangan mas, Nisa malu.” Kataku lagi.
“Gak usah malu Nis, kan gak ada yang kenal juga. Lagian kamu semalam lebih seksi melakukan nya. Mas Cuma pengen nunjukin ke orang-orang kalo Nisa itu cantik dan seksi.” Kata pak Bram lagi.
Pikiranku langsung membayangkan bagaimana semua mata laki-laki tertuju padaku. Fantasiku semakin liar.
“Baik mas, akan Nisa pake.” Kataku lagi
Akhirnya aku mengenakan baju kaos putih tanpa bra, ditutup dengan kardigan abu-abu dan jilbab biru. Bawahanku tetap mengenakan rok tanpa CD.
Tak menunggu lama, Sandi pun mengetuk pintu kamar dan mengatakan mobil sudah siap. Kami pun bergegas keluar untuk jalan-jalan menikmati suasana Bengkulu.
“Wah, mbak cantik sekali.” Kata sandi memujiku.
“Ah biasa aja.” Kataku.
“Beneran mbak, mbak cantik banget. Apalagi kalo kayak kemarin, lebih cantik lagi mbak.” Kata sandi sambil nyengir.
Dadaku bergetar mendengar nya. Fantasi-fantasi liarku muncul.
Kami menaiki mobil. Diajaknya kami berkeliling oleh Sandi. Siang itu kami makan di sekitaran UNIB, banyak tempat-tempat makan untuk mahasiswa. Setelah lama mencari, akhirnya kami memutuskan untuk makan di tempat yang ada lesehan nya. Sembari menunggu pesanan datang, pak Bram memulai aksinya. Dia merangkul ku dan tangannya meremas payudara ku, Sandi hanya senyum-senyum saja. Didepan kami, para mahasiswa dan mahasiswi melihat apa yang dilakukan pak Bram. Mereka bengong, seperti tak menduga bahwa wanita berhijab sepertiku diperlakukan tak senonoh oleh pak Bram. Aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika para mahasiswa itu melihatku di pegang-pegang oleh pak Bram. Aku mulai terangsang. Kurasakan cairan vagina ku membasahi rok yang aku kenakan. Pak Bram menghentikan kegiatannya ketika pelayan datang membawa pesanan kami.
Usai makan kami pun pergi. Aku menoleh kebelakang melihat para mahasiswa tadi memandangi ku, sepertinya mereka tau kalau aku tidak mengenakan CD. Kemudian aku mengedipkan mata pada mereka sambil ku julurkan lidah. Mereka hanya bengong saja melihatku. Aku langsung masuk ke mobil. Pak Bram hanya tersenyum melihat kelakuan ku. Kami pergi ke pantai panjang dan mencari tempat yang sepi. Dibawah pepohonan dekat pantai, Sandi menggelar tikar yang sudah pak Bram siapkan.
Kami duduk-duduk santai menikmati pemandangan laut dan angin sepoi-sepoi. Kemudian pak Bram mengajakku untuk bermain air, aku mengikutinya. Tiba-tiba pak Bram menyiramkan air ke bajuku sehingga payudara dan puting ku terlihat jelas dibalik kaos yang aku kenakan.
“Duh mas, basah kan.” Kataku sambil merengut.
Pak Bram tertawa melihatku manja seperti itu.
“Udah buka aja bajunya Nis, nanti kamu masuk angin.” Kata pak Bram.
Aku melihat ke arah Sandi. Dia sedang memandangi ku seolah-olah dia ingin menelanjangi ku. Aku mendekatinya, membuka kardigan ku dan melepas baju ku. Sandi hanya tertegun sambil menelan ludah melihat ku bertelanjang dada. Aku menjadi objek mata liar dua laki-laki yang bukan muhrim ku. Aku menikmati saat-saat dimana Sandi merasa konak melihatku. Kulihat pak Bram mengarahkan handphonenya kearah kami, beliau mengabadikannya.
Suasana yang agak panas dan hembuskan angin laut membuat baju ku cepat kering. Akhirnya ku kenakan lagi baju ku. Tiba-tiba pak Bram membuka resleting celananya dan mengeluarkan penis besarnya. Sandi pun tertegun melihat penis pak Bram. Mungkin dia minder karena penisnya tak sebesar milik pak Bram. Ditariknya tanganku oleh pak Bram sehingga aku terduduk di pangkuannya. Pak Bram mengangkat rok ku dan mengusap-usap vagina ku. Aku terpejam menikmati sentuhan-sentuhan pak Bram. Lama pak Bram mempermainkan vagina ku hinggahingga vagina ku basah. Kemudian diangkatnya bokongku dan diarahkan kearah penisnya. Perlahan-lahan penis pak Bram memasuki vagina ku.
“Aahhkkkkhhh...” teriak ku.
Kemudian pak Bram mulai memompa penisnya. Diangkatnya aku naik turun dengan ritme sedang. Nikmat sekali rasanya berhubungan intim diluar ruangan, seakan-akan kami menyatu dengan alam. Keadaan ini memacu adrenalin ku. Bayangkan saja aku yang seorang istri berhijab, ketika dirumah alim dan bersahaja namun diluar ternyata sangat binal. Ada sensasi luar biasa yang ku rasakan ketika kulihat Sandi merekam apa yang kami lakukan.
Lama pak Bram bermain dengan gaya yang sama. Kemudian diangkatnya tubuhku dan didorongnya ke depan sehingga posisiku sekarang menungging. Di pacu nya tubuhku seperti seekor anjing. Diangkatnya kaki kiri ku sehingga vagina ku terlihat jelas dari bawah. Sandi dengan sigap merekam adegan itu. Aku sudah seperti seorang pemain bokep saja.
“Aaaarrggghhhhhh...” aku mengerang panjang seiring dengan orgasme yang ku dapatkan.
Pak Bram berhenti sejenak menikmati kedutan vagina ku. Tak lama dipompanya lagi tubuhku dengan kuat. Aku merasa ngilu pada vagina ku. Kurasakan penis pak Bram memenuhi rahimku. Tiba-tiba Sandi membuka resleting celananya dan menyodorkan penisnya ke mulut ku. Gila, aku ini wanita terhormat, kenapa aku rela dilecehkan seperti ini. Tapi nafsu ku melebihi harga diriku. Aku sudah benar-benar jatuh ke dalam kenistaan. Nafsu sudah mempengaruhi ku.
Akhirnya, pak Bram menyelesaikan tugasnya dengan baik dan memuntahkan spermanya ke rahim ku.
“Aaaaarrrggghhhh....” teriak pak Bram diiringi semburan hangat pada dinding rahim ku.
Sandi masih memompa penisnya di mulut ku. Dipercepat kocokan mulutku dan..”Crooooot” sperma Sandi menghujam ke kerongkongan ku. Kujilat semua sperma Sandi hingga tidak ada yang tersisa. Penis pak Bram masih menancap di vagina ku. Perlahan-lahan pak Bram mencabut penisnya. Aku tersungkur diatas tikar. Sandi mengelus punggungku.
“Mbak binal juga ternyata ya. Baru kali ini saya menemukan jilbaber binal.” Kata sandi.
“Dia punya suami dan anak loh San.” Timpal pak Bram.
“Hah..” Sandi terkejut seolah tak percaya.
“wah mbak benar-benar the best of the best woman lah” katanya lagi sambil tertawa.
Lama aku berbaring diatas tikar. Aku lelah sekali, dan aku pun tertidur.
Malam sabtu, malam terakhir kami di Bengkulu. Aku merasa begitu resah. Menurut perhitungan ku, seharusnya sore ini aku datang bulan, tapi hingga malam tamu itu tak kunjung datang. Aku takut jika ternyata aku hamil. Tetapi hal ini belum aku ceritakan pada pak Bram. Mungkin jadwalnya mundur.
Malam sebelum kepulangan kami, pak Bram benar-benar mengeksploitasi tubuh ku. Pak Bram tak ingin melewatkan malam terakhir kami dengan sia-sia. Kamipun bersetubuh hingga lelah. Pagi pagi sekali, kami sudah bersiap untuk pulang. Sandi sudah menyiapkan mobil. Aku pun berdandan seperti biasanya, mengenakan hijab panjang. Sebelum berangkat ke bandara Fatmawati, Sandi meminta padaku untuk mengoralnya. Aku pun melakukan oral singkat, dan Sandi pun melepaskan benihnya kemulutku.
Sekitar pukul 7:20 wib pesawat kami berangkat mengantarkan kami pulang ke Palembang. Di Bandara SMB II, suamiku sudah menunggu. Aku dan pak Bram pun berpisah. Di perjalanan pulang, suamiku bertanya tentang pekerjaan kami.
“Gimana My pekerjaan nya?” tanya suamiku
“Ya gitu By, sangat sangat melelahkan “ jawabku
Dibelainya kepalaku lembut. Kemudian ditariknya kepalaku mendekat dan “CUP” satu kecupan hangat mendarat di kening ku. Aku hanya tersenyum. Sejurus kemudian, suamiku mengernyitkan dahinya.
“Ada apa By?” tanyaku.
“hmmm ini apa My?” tanya suamiku menunjuk kearah bawah bibir ku. Tiba-tiba aku merasa takut, jangan-jangan ada bekas sperma Sandi yang menempel di wajah atau jilbabku. Aku pun langsung melihat ke kaca. Ternyata ada jerawat di bawah bibir ku. Aku mencubit pinggang suamiku, dia pun tertawa puas setelah membuatku cemas.
Dirumah, aku langsung mengajak suami ku berhubungan intim. Aku takut kalau nanti aku benar-benar telat datang bulan, dengan begini aku bisa sedikit menyamarkan kapan aku terakhir kali aku berhubungan. Permainan suamiku sama seperti biasanya. Aku merasa tidak terpuaskan. Ditambah lagi sensasi-sensasi yang selalu dibuat oleh pak Bram dan Sandi, aku merasakan diriku semakin bernafsu dan semakin binal dalam urusan seks. Tetapi aku tidak ingin menunjukkan perubahan ku itu dihadapan suami ku. Biarkanlah semua berjalan sebagaimana mestinya.
Senin pagi, aku berangkat kerja diantar suamiku. Dia selalu mengantar ku karena kantornya searah, tetapi kantor ku lebih jauh dari kantor suamiku. Aku turun didepan kantor, dan melihat suamiku pergi. Setelah suamiku pergi, aku tidak langsung ke kantor, tetapi aku pergi ke apotek yang berjarak tidak jauh dari kantor ku. Aku membeli tes pack.
Dikantor, aku mencoba test pack dan hasilnya positif. Aku hamil. Pikiranku melayang kemana-mana. Aku langsung menemui pak Bram diruangannya.
“Ada apa Nisa?” tanya pak Bram melihat air mata mengalir dari sudut mata ku.
“Mas, Nisa hamil.” Jawabku.
Pak Bram sedikit terkejut. Kemudian dia mendekati ku, memelukku dan mencium kening ku.
“Nis, kamu jangan takut, kita akan besarkan anak ini bersama-sama. “ kata pak Bram sambil mengusap perutku.
Mendengar perkataan pak Bram, hatiku menjadi tenang.
“Suami mu gimana Nis, dia sudah tau kalau kamu hamil?”tanya pak Bram lagi.
“Belum mas, soalnya baru saja Nisa cek dan hasilnya positif. “jawabku
“hmmm baiklah Nisa, cukup kita berdua saja yang tau siapa ayah dari janin ini.” Kata pak Bram lagi.
“Baik mas.” Jawabku sambil tersenyum padanya.
Lama kami saling pandangan. Kemudian pak Bram menarik tanganku dan tiba-tiba pak Bram mencium bibirku lembut. Lama pak Bram mencium ku. Lidah kami saling berpacu. Aku mulai merasa terangsang ketika tangan pak Bram meremas payudara ku. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan pak Bram. Dengan bibir yang masih menempel, pak Bram mendorong tubuhku ke arah sofa. Pak Bram duduk dan menarik tubuhku sehingga posisiku kini berpangku diatas pak Bram. Pak Bram melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Dibukanya kancing bajuku dan dikeluarkannya payudara ku dari bra yang aku kenakan. Pak Bram meremas kedua payudaraku dan memilin-milin putingnya dengan kuat. Puting payudaraku semakin mengeras, vagina ku semakin basah oleh permainan pak Bram.
“Mas...” kata-kata ku terhenti. Pak Bram tau apa yang ku inginkan. Dikeluarkannya penis besarnya. Tanpa aba-aba akupun merunduk dan mengulum penis pak Bram. Beliau memejamkan mata menikmati setiap jilatan yang aku lakukan. Setelah puas, aku pun kembali duduk menaiki pak Bram dan mengarahkan penis pak Bram ke vagina ku.
“Aaahhhhhhh...”aku mendesah ketika penis besar pak Bram memasuki vagina ku. Ku goyangkan pinggulku kekanan dan kekiri, naik turun secara perlahan. Lama kami saling menikmati sentuhan-sentuhan yang kami rasakan. Kemudian pak Bram mengangkat tubuhku, sehingga posisi kami sekarang berdiri.
“Aakkkhhh nikmat sekali mas, aku ingin kita selalu seperti ini.” Kata-kata yang tak seharusnya keluar dari mulut ku, tanpa sadar keluar begitu saja.
“Mas juga Nis, mas pengen kita tetap seperti ini. Saling mengisi dan berbagi.” Kata pak Bram.
Setelah beberapa lama kami bersetubuh, akhirnya kami pun mencapai orgasme bersama-sama. Tapi tentunya aku orgasme untuk yang kesekian kalinya, karena pak Bram sangat hebat dalam urusan ini. Aku pun merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan ruangan pak Bram. Sebelum aku keluar ruangan, tangan nakal pak Bram menggenggam pantat ku dan meremas nya. Aku menoleh sambil tersenyum genit. Seperti itulah hari-hari kami dikantor. Kami sering melakukan hubungan intim tanpa sepengetahuan karyawan lain, dan tentu saja suamiku dan istri pak Bram pun tidak mengetahui hubungan kami.
Satu Minggu berlalu, dan aku baru memberi tau suamiku kalau aku positif hamil. Dia sangat senang sekali. Tetapi ada perasaan bersalah yang menyelimuti hatiku. Suamiku tidak tau kalau itu bukan darah dagingnya.
Kehamilanku masuk bulan ke 7, dan selama itu pula aku sering berhubungan dengan pak Bram. Pernah suatu hari beliau mengajakku untuk rapat diluar kantor, tapi ternyata mengajakku ke Hotel Aston. Beliau ingin menikmati berduaan dengan ku.
“Loh mas, kita gak jadi rapat?” tanyaku pada pak Bram
“Itu alasan saja Nis, mas ingin berduaan saja denganmu. Mas gak tahan melihat kamu, makin hari makin cantik.” Jawab pak Bram sambil tersenyum.
“mmmm mas bisa saja.” Kataku sambil mencubit pinggangnya.
“Nis, mas boleh minta foto-fotomu ya, untuk melepas kangen saja. Kalau malam mas selalu susah tidur mikirin kamu.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh mas.” Kataku sambil tersenyum
“O ya nanti kirimin via WA juga ya foto-foto kamu.” Pinta pak Bram lagi.
“Iya mas sayaang.” Kataku sembari mencium bibirnya.
Pak Bram menahan kepalaku sehingga lama kami berciuman. Tangan nya mulai mengelus pantatku. Kemudian tangan pak Bram bermain di payudara ku. Kuat pak Bram meremas payudara ku sehingga aku mendesah kenikmatan.
“Aaahkkkhhh..enak mas.” Racauku
Kemudian kancing bajuku dibuka satu persatu sehingga kini payudara ku hanya tertutup bra yang aku kenakan. Tangan pak Bram mengelus perutku, menggelitik pusarku, dan kurasakan ada gerakan dari dalam rahimku. Sepertinya dedek bayi di dalam ikut merasakan sentuhan pak Bram. Tangan pak Bram terus bermain kebawah hingga pengait rok yang aku kenakan dilepasnya dan sekarang aku hanya mengenakan bra, celana dalam serta jilbab.
Aku mulai tak tahan. Kubuka resleting celana pak Bram dan ku lepas celananya. Kukeluarkan penis pak Bram dari sangkarnya. Ku kocok perlahan hingga pak Bram mendesah kenikmatan.
“Ohhhh terus Nis, enak banget.” Kata pak Bram
Kemudian aku jongkok dan kumasukkan penis pak Bram kedalam mulutku. Ku oral penis pak Bram sampai mengeluarkan cairan bening. Pak Bram menarik ku keatas, dan menggendong ku ke kasur. Dibukanya bra dan CD ku. Di oral nya vagina ku hingga aku merasakan sensasi yang luar biasa.
“Aaahhkkk mas terus mas.. Aaahhhkkk.” Racauku
“kamu suka begini sayang?” tanya pak Bram. Aku hanya mengangguk pelan.
Kemudian pak Bram memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku. Di kocok nya pelan.
“auuhh aahhh.” Desahku.
Semakin lama kocokan pak Bram semakin cepat. Aku merasakan getaran diseluruh tubuhku. Tiba-tiba tubuhku mengejang dan…..”Ssssrrrrrrrrttttt” kurasakan cairan cintaku mengalir deras. Pak Bram menjilat semua cairan cintaku. Setelah orgasme, vaginaku menjadi sangat sensitive. Sentuhan lidah pak Bram membuat ku kegelian.
“Mas, tahan dulu. Geli mas…” pintaku pada pak Bram. Pak Bram pun menghentikan kegiatannya.
Selang beberapa menit, pak Bram memulai kembali aktivitasnya. Dia mencium bibirku, mengecup putingku, dan menjilat pusarku. Perutku bergerak, dedek yang didalam perut menendang-nendang. Pak Bram tersenyum dan semakin lama menjilati pusarku. Lama pak Bram bermain di perutku.
Kemudian pak Bram membuka kaki ku. Diarahkan penis nya ke bibir vaginaku yang masih basah dan “Sluup” masuklah penis besar pak Bram ke dalam rahimku.
Pak Bram mulai memompa penisnya. Penisnya keluar masuk vagina ku dengan ritme sedang. Setelah beberapa menit, pak Bram membalikkan tubuhku hingga posisiku menungging. Dari belakang pak Bram memposisikan kepala penisnya tepat di lubang vagina ku. Pelan-pelan penis pak Bram masuk kembali. “hmmhhh... aaahhhh...” Aku kembali mendesah ketika penis pak Bram masuk.
Pak Bram memeluk pinggangku dan membimbingku naik. Tangan ku bertumpu pada kasur. Pak Bram menggerakkan penisnya maju mundur sembari memegang erat pinggang ku. “Uuuuuh.... Ahhh..... “ kembali aku mengerang kenikmatan. Aku terus mengerang seiring penis pak Bram yang keluar masuk di vaginaku. Entah berapa lama kami melakukannya.
“Mas.... aku... Aaaarrggghhhhhh...” aku mengerang panjang seiring dengan orgasme yang ku dapatkan. Pak Bram semakin mempercepat gerakannya. Tak lama kemudian, pak Bram pun mengerang dan menyemburkan sperma nya ke dalam rahim ku. Kurasakan cairan hangat memenuhi rahim ku. Dedek di dalam perut pun ikut menendang-nendang perut ku.
“AAAARRRRRRGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH…” erang pak Bram keras.
Pak Bram mencabut penis nya dari vagina ku. Kami berbaring sambil pak Bram memeluk tubuh ku.
“Nis, trimakasih ya kamu sudah memberikan kepercayaan pada mas atas tubuh mu” kata pak Bram sambil mengusap kepala ku yang masih mengenakan hijab.
“iya mas, sama-sama. Nisa senang bisa memberikan tubuh ini seutuhnya untuk mas.” Jawabku sambil tersenyum.
Sore itu, pak Bram mengantarkan aku pulang ke rumah. Sebelum aku keluar mobil, pak Bram mengecup kening ku mesra. Aku pun buru-buru keluar mobil setelah ku lihat suamiku keluar rumah. Pak Bram menyapa suamiku dan beliau pun pamit. Aku menggandeng tangan suami ku dan menariknya masuk ke dalam rumah.
Kehamilanku memasuki bulan ke sembilan. Aku pun diberi cuti melahirkan selama dua bulan. Pada hari kelahiran, pak Bram beserta istrinya datang menjenguk ku di RS Siloam. Mereka memberikan semangat dan motivasi padaku. Aku dan suamiku sekarang cukup akrab dengan keluarga pak Bram. Setelah lahiran, pak Bram ingin sekali menggendong bayi kami. Suamiku dan Bu Tina (istri pak Bram) tidak menaruh curiga pada kami. Semua mengalir seperti biasa, malah terjalin hubungan harmonis antar dua keluarga.
Selang seminggu setelah proses lahiran ku, akupun sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Keluarga besar kami datang menjenguk. Kemudian kami mengadakan akikah Putri ketiga kami, tak lupa kami pun mengundang pak Bram beserta istrinya. Pak Bram sangat sayang sekali dengan anak ketiga ku, karena dia tau kalau itu adalah darah dagingnya.
Selama masa cuti, kedua anak ku yang lain kutitipkan kerumah orang tua ku. Jadi aku hanya mengurus anak ketiga ku saja. Hari itu, ketika suamiku berangkat kerja, sekitar pukul sepuluh pagi pak Bram datang kerumah sendirian. Ku persilahkan beliau masuk dan menjenguk anaknya.
“Mmm nis, mirip kamu ya, cantik..” kata pak Bram tersenyum.
“Iihh mas bisa aja.” Jawabku sambil mencubit pinggangnya.
Kami saling berpandangan. Aku tau apa yang diinginkan pak Bram, karena memang sudah lama kami tidak berhubungan. Aku pun langsung mencium bibir pak Bram. Ku lumat bibirnya dan kumainkan lidahku didalam mulutnya. Lidah kami saling beradu. Tangan pak Bram mulai menggerayangi tubuhku, meremas-remas payudara ku. Aku terlalu bernafsu jika bersama pak Bram. Tidak tau kenapa jika didekat pak Bram, nafsu ku tidak bisa kutahan.
Daster ku basah oleh ASI yang keluar karena payudara ku diremas pak Bram kuat. Melihat itu, pak Bram semakin bernafsu. Ditariknya keatas daster yang aku kenakan, dan terbukalah payudaraku yang semakin membesar itu dengan puting yang basah mengeluarkan ASI. Dikecupnya putingku dan dikenyotnya kuat-kuat.
“aahhhkkk...uummmmm” racauku.
Pak Bram menikmati ASI eksklusif dari ku. Lama pak Bram bermain di payudara ku. Aku sangat menikmatinya. Kemudian pak Bram menarik turun CD ku sehingga kini aku benar-benar telanjang bulat. Aku berjongkok dan melepaskan celana yang dikenakan pak Bram. Ku kulum dan ku oral penis pak Bram. Beliau pun merem melek menikmati kulumanku. Aku memainkan lidahku di lubang kencingnya, tiba-tiba pak Bram menekan kepalaku kuat sehingga kepala penis pak Bram menyentuh pangkal tenggorokan ku. Aku pun tersedak dan terbatuk-batuk, tapi aku tidak marah sama pak Bram, malah birahi ku semakin meninggi. Aku membayangkan bagaimana jika penis pak Bram masuk sampai kerongkongan ku, seperti yang ku lihat di film-film bokep barat.
Pak Bram mendorong tubuhku kelantai sehingga posisiku berbaring. Kemudian diarahkan penisnya ke vagina ku.
“Ayo lonte ku, terima penisku” kata pak Bram diikuti hentakan keras pada vagina ku.
“Oouuwwhh shiiit...fuck me baby” kataku spontan. Sakit kurasakan pada vagina ku, tapi tidak ku rasakan karena birahi ku meningkat setelah mendengar pak Bram memanggil ku dengan sebutan lonte. Yah aku memang lonte nya pak Bram.
Selagi pak Bram asyik menggenjot ku, tiba-tiba handphone ku berdering. Kulihat panggilan dari suamiku. Aku memberi isyarat pada pak Bram untuk menghentikan sejenak goyangannya.
“Halo assalamu’alaikum, ada apa by.” Kataku
“wa’alaikumsalam, gak papa my, nelpon aja kok” kata suami ku.
“Aaahhhkkk... “ teriak ku ketika tiba-tiba pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat dan digenjotnya.
“ada apa My?” tanya suamiku
“eengghhh gak papa By, umy sakit perut “ jawabku sambil menahan nikmatnya genjotan pak Bram.
“oh ya sudah, umy istirahat saja ya, jangan terlalu capek. “ kata suami ku.
“iiyyaaa Aby” jawabku tertahan.
“Assalamu’alaikum umy” tutup suamiku
“wa’alaikumsalam Aby” jawabku buru-buru dan langsung menutup telepon.
“Aaaaarrrggghhhhh..” kulanjutkan desahan ku yang tertahan. Birahi ku naik lagi ketika aku menerima telpon dari suamiku sedang kan posisi ku sedang disetubuhi pria lain. Ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan.
Semakin lama genjotan pak Bram semakin kuat dan kasar. Diangkatnya tubuhku dan disuruhnya aku menungging. Dengan kuat pak Bram langsung menyodok vagina ku. Dijambak nya rambutku sehingga posisi nya seperti seseorang yang sedang menunggang kuda.
“Mas...Nisa ke..lluuaaarr..aaaarrgrghhhhh..” teriak ku diiringi lelehan cairan vagina yang membanjiri penis pak Bram. Tanpa memberikan ku jeda menikmati orgasme ku, pak Bram terus menggenjot penisnya.
Kemudian pak Bram berdiri dan mengangkat kedua kaki ku, sehingga posisiku saat ini terangkat dengan kedua tangan bertumpu dilantai. Semakin kuat pak Bram menghujamkan penisnya. Tangan ku sudah mulai lelah menahan berat tubuh ku. “Cplok cplok cplok” terdengar suara dari peraduan vagina ku dan penis pak Bram. Tiba-tiba kedua tangan ku melemah dan aku tersungkur ke lantai. Melihat hal ini pak Bram malah menambah kecepatan genjotan nya dan... “AAAARRGRGHHHHH” terdengar erangan keras pak Bram diiringi semburan hangat pada rahimku. Diturunkan nya kedua kaki ku perlahan. Pak Bram berbaring diatas ku dan menciumi tengkuk ku. Kemudian beliau membisikkan sesuatu di telinga ku.
“Nis, kamu mau kan jadi lonte ku?” tanya pak Bram
Mendengar kata-kata yang merendahkan ku seperti itu, aku bukannya marah tetapi malah menjadi sensasi tersendiri bagiku.
“Ya mas, Nisa adalah lonte mas sepenuhnya “ jawabku diiringi senyuman kami berdua.
***
Dua bulan sudah cuti ku berlalu dan sekarang aku sudah mulai masuk kerja kembali. Teman-teman dikantor menyambut ku dengan hangat. Menyapa dan memberikan ucapan selamat. Tidak ada yang berubah dikantor ini, hanya ada sedikit perubahan di sana sini. Ku perhatikan teman-teman kelihatan sibuk sekali. Setelah kutanyakan pada salah satu staf ku, ternyata kantor lagi sibuk-sibuknya memperluas jaringan kerja.
Siang itu seperti biasa aku mampir keruang Pak Bram. Kulihat banyak berkas-berkas diatas mejanya.
“Mas, sibuk ya?” tanyaku mengejutkan nya.
“oh Nisa, kirain siapa. Iya nih, banyak klien yang ingin bernegosiasi dengan perusahaan kita.” Jawab pak Bram.
“Mmm ada yang bisa Nisa bantu mas?” kataku menawarkan diri untuk membantu.
“Boleh Nis. O ya sekalian mas mau ngasih tau. Minggu depan mas akan ke Malaysia Nis, nemuin klien kita. Kamu ikut ya.” Pinta pak Bram
“Mmm mau sih mas, tapi kasian anak-anak kalau ditinggal “ jawabku.
“titipin aja ke ibu kamu Nis” kata pak Bram lagi.
“Mmm Nisa minta persetujuan suami dulu ya mas” kataku.
Malam itu ketika aku dan suamiku sedang bersantai, aku pun memberi tahu nya tentang keberangkatan ke Malaysia.
“By, dari kantor umy disuruh berangkat ke Malaysia By, ada klien yang mesti ditemuin.” Kataku membuka percakapan.
“Gak bisa orang lain my?” tanya suamiku
“Gak bisa By, karena itu memang bagiannya umy, dan juga stafnya umy semua lagi pada sibuk kejar target “ jawabku sedikit berbohong karena memang dari diriku yang ingin ikut berangkat bersama pak Bram.
“Pergi nya sama siapa my? “ tanya suamiku lagi
“Sama pak Bram By, beliau butuh staf yang berkompeten untuk ikut, makanya umy disuruh berangkat sama beliau. “
“Mmm kalau sama pak Bram gak papa my. Kalo Aby lihat, Pak Bram kayaknya orang yang baik dan gak neko-neko. “
Didalam hati aku hanya senyum-senyum saja mendengar perkataan suamiku. Dia tidak tau kalau pak Bram itu orang yang lebih dari sekedar “neko-neko”.
“Yang penting nanti semuanya disiapkan dengan baik my. ASI untuk anak kita jangan lupa. “ lanjut suamiku.
“Iya Aby, nanti umy siapin semuanya. Beres pokoknya. “ kataku sambil tersenyum manja pada suamiku.
Hari H keberangkatan, seperti biasa aku diantar suamiku kebandara. Di bandara kami bertemu dengan pak Bram dan istri nya.
“Pagi pak Bram “ sapa suamiku
“Pagi juga mas Erwin” jawab pak Bram.
Ya, nama suamiku adalah Erwin. Mereka terlihat asyik dengan obrolan mereka. Bu Tina pun menyapa ku dan kami berbincang-bincang ringan.
“Wah Bu Anis, maaf ya jadi nya ngerepotin Bu Anis. Kata mas Bram, dikantor gak ada yang bisa selain Bu Nisa.” Kata Bu Tina padaku.
“Ah gak papa Bu, namanya juga kerja. Ya harus profesional.” Jawabku dan kemudian kami tertawa bersama.
Tiba waktunya keberangkatan kami, aku dan pak Bram memasuki bandara. Kulihat suamiku pamit pada Bu Tina dan kemudian pulang, Bu Tina pun tidak berlama-lama berdiri diluar, beliau pun langsung pulang.
Tak beberapa lama kemudian kami tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Ternyata sudah ada sopir hotel yang dipesan pak Bram menunggu kami.
“Pak Bram ya?” tanya laki-laki itu.
“Betul, mas dari hotel ******* ya?” pak Bram balik bertanya.
“Iya pak” jawab laki-laki itu.
“Nama bapak siapa?” aku pun ikut bertanya.
“Asep Bu.” Katanya. Sambil jalan ke parkiran, kami mengetahui bahwa pak Asep itu orang Bandung yang bekerja disini. Jadinya aku dan pak Bram memanggil nya kang Asep biar lebih akrab, karena memang sama-sama orang Indonesia.
“Kang, hotelnya jauh ya” tanyaku.
“Lumayan neng, sekitar satu jam. Tapi enaknya jalannya lurus saja. Gak membingungkan. “ jawab kang Asep.
Ku lihat kang Asep sedari tadi memperhatikan aku. Aku malah merasa bangga di perhatikan oleh kang Asep. Tiba-tiba pak Bram nyeletuk karena pak Bram pun menyadari kalau kang Asep memperhatikan ku.
“Kenapa kang, istri saya cantik ya?” goda pak Bram. Aku pun hanya tersenyum mendengar perkataan pak Bram.
“eh anu pak, itu...” kang Asep gelagapan menjawab pertanyaan pak Bram.
“Stop dulu saja kang, biar saya yang nyetir. Akang duduk disebelah istri saya saja sini.” Kata pak Bram yang membuat ku sedikit terkejut. Namun aku tau, pak Bram ingin aku menggoda kang Asep.
Kang Asep pindah ke belakang, duduk di sampingku. Ketika mobil berjalan, aku membuka kancing baju ku. Kulihat kang Asep menelan ludahnya. Ku keluarkan payudaraku dan kusodorkan pada kang Asep.
“Mau kang?” goda ku.
Tanpa basa-basi, kang Asep langsung melumat puting payudaraku. Dia terkejut karena payudara ku mengeluarkan ASI. Dilumat dan disedotnya ASI ku, kang Asep sangat bernafsu. Mungkin karena sudah lama tidak dapat jatah dari istrinya karena istrinya di Indonesia. Pak Bram tersenyum melihat kebinalan ku. Aku sudah sangat terangsang oleh permainan lidah kang Asep pada puting payudara ku. Aku mengangkang kan kaki ku dan menarik rok ku ke atas. Dengan buas kang Asep menarik CD ku hingga terlepas. Vagina ku sudah sangat basah. Kemudian kang Asep memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku.
“Owhhh shiiit “ teriak ku. Lama kang Asep mengocok lubang vagina ku dengan tangan nya. Aku semakin terangsang hebat. Tubuhku mengejang, desiran darah mengalir dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian aku mengangkat pantat ku dan aku teriak di iringi cairan cintaku yang muncrat kemana-mana.
“Aaarrrrrrrrggghhhhhhh..shiiiit” teriakku keras. Aku pun mendapat kan orgasme pertama ku di Malaysia. Hebat sekali permainan kang Asep. Setelah aku berhenti mengejang, kemudian kang Asep membuka celananya dan mengarahkan penisnya ke vagina ku. Penis nya cukup besar dengan urat-urat yang menonjol. Tak membutuhkan waktu lama, penis kang Asep sudah menancap di vagina ku. Digerakkan bokong nya maju mundur dengan santai. Semakin lama makin cepat dan kuat.
“Bu, saya mau keluar” kata kang Asep.
“Saya juga kang” kataku
Kang Asep semakin mempercepat genjotan nya dan kamipun mencapai orgasme bersama.
“ooouuuuggghhhhhh” kang Asep melenguh panjang sambil ingin menarik keluar penisnya dari vagina ku. Aku langsung melingkar kan kaki ku dan menahan pantat kang Asep sehingga kang Asep menyemprotkan spermanya didalam rahim ku. Kang Asep sedikit terkejut, tapi selanjutnya dia malah menggoyang kan pantatnya.
“Aaaarrgrghhhhh.. “ akupun berteriak ketika orgasme keduaku kudapatkan.
Kang Asep mencabut penisnya dari vagina ku.
“Bu, terimakasih ya Bu. Permainan ibu sangat hebat. Saya memang sudah lama tidak berhubungan badan dengan istri saya.” Kata kang Asep.
“Sama-sama kang, Nisa juga merasa terpuaskan “ jawabku dengan wajah merah merona.
“O ya, ibu sedang menyusui ya? Kok tadi keluar asi nya?” tanya kang Asep.
“Istriku baru habis melahirkan 2,5 bulan yang lalu” pak Bram ikut-ikutan nimbrung obrolan kami.
“oh begitu. Mmm pak terimakasih juga ya sudah diizinkan untuk menikmati istrinya. “ lanjut kang Asep
“kalau kang Asep mau, kang Asep bisa pakai istri saya selama kami disini “ kata pak Bram lagi. Aku sudah benar-benar sangat dilecehkan oleh pak Bram, tapi tidak tahu kenapa aku malah merasa senang dan bangga. Mata kang Asep berbinar-binar mendengar perkataan pak Bram.
“bu Nisa aslinya berjilbab atau tidak? Soalnya kulihat jilbab Bu Nisa gede, yah setahuku jilbab gede itu orang nya alim-alim Bu” tanya kang Asep
“dia memang hijaber kang, makanya saya suka sama dia. Ada sensasi yang berbeda ketika kita ngentot Dengan cewek jilbaber, apa lagi pas ngentot jilbabnya tidak dilepas. Rasanya gimana gitu.” Jawaban pak Bram membuatku semakin horny, padahal beliau melecehkan ku.
“Saya suka juga dengan jilbaber pak, apalagi jilbab ny gede kayak Bu Nisa ini” sambung kang Asep.
Pembicaraan mereka membuat ku sangat terhina, mukaku memerah padam. Aku memalingkan wajahku. Tapi aku benar-benar sangat terangsang dengan kata-kata mereka, ada nikmat tersendiri bagiku.
Sesampainya di hotel, kami langsung cek in kamar. Kamar kami di lantai 18. Kemudian kami naik ke kamar diikuti kang Asep yang membawa barang-barang kami. Sampai di kamar, aku langsung duduk di sofa. Pak Bram kemudian duduk di kasur dan mengeluarkan HP nya untuk mengambil foto-foto ku.
“Pak, bu, saya permisi ya” kata kang Asep setelah merapikan barang-barang kami.
“Mau kemana kang, sini saja” timpal pak Bram. “Kamu duduk disini dulu, dan tolong foto kan kami” kata pak Bram sambil memberikan HP nya pada kang Asep.
“Baik pak” jawab kang Asep tanpa membantah.
Kemudian pak Bram duduk disebelah ku. Tangan nya merangkul tubuhku, dan kami pun berfoto ria seperti seorang model. Tak lama kemudian, pak Bram meremas payudara ku. Bibirnya mengecup bibirku. Tangan nya terus meremas-remas payudara ku sehingga bra dan baju ku basah oleh ASI yg keluar. Dengan perlahan, pak Bram mulai membuka kancing bajuku, melepaskan nya dan menarik bra ku hingga terlepas. Dijilati nya puting ku dan dikenyotnya kuat-kuat, seakan-akan dia ingin menghabiskan ASI yang ada didalamnya. Lama pak Bram mempermainkan ku. Kulihat kang Asep sudah melepaskan celananya dan mengocok penis nya, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian pak Bram berdiri diatas sofa, membuka celananya dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat ke mulut ku hingga aku tersedak.
“Uuhhkkkk..”
Namun pak Bram tidak menanggapinya, dia terus menggerakkan pantatnya maju mundur. Ditariknya kepalaku yang masih mengenakan jilbab dan ditekannya kuat-kuat sehingga penis pak Bram masuk seluruhnya ke mulut ku sampai tenggorokan ku pun menggembung. Lama pak Bram menahan penisnya didalam mulut ku, aku pun gelagapan. Tanpa sadar air mataku mengalir dari sudut mataku. Dipukul-pukulnya pipiku sehingga pipiku terasa perih. Pak Bram mendekati telinga ku dan berbisik.
“Ayo lonte ku, berikan service terbaik mu” bisik pak Bram.
Mendengar kata-kata itu, libido ku meningkat. Ku lolos kan rok dan cd yang aku pakai sehingga kini aku telanjang bulat dengan jilbab masih menempel di kepala ku. Aku membuka kakiku dan mengelus-elus itil ku.
“Ayo kang Asep, ikut sini” panggil pak Bram
Tanpa diminta dua kali, kang Asep langsung menyosor vagina ku. Vagina ku dijilati nya dan di colok-colok dengan jarinya. Aku merasakan tubuhku bergetar dan cairan hangat muncrat dari vagina ku. Aku pun mendapat kan orgasme ku. Pak Bram sedikit pun tidak menghentikan kegiatannya. Dia masih menyodok mulut ku. Di bawah, kang Asep masih menjilati vagina ku yang basah. Kemudian jilatannya turun ke bawah ke lubang anus ku. Aku merasakan geli yang luar biasa. Lidah kang Asep bermain di lobang anus ku. Aku mengangkat sedikit pantat ku agar kang Asep bisa dengan leluasa menjilati anus ku.
Tiba-tiba jari kang Asep masuk ke lobang anus ku. Aku ingin menjerit, tapi tertahan penis pak Bram yang masih memenuhi mulut ku. Hanya air mata yang mengalir dari sudut mataku. Setelah jarinya masuk, kemudian dikocok nya anus ku. Perih kurasakan pada anus ku. Karena memang selama ini aku belum pernah bermain di sana. Lama-lama ku rasakan kenikmatan pada anus ku.
Disaat yang sama, pak Bram mendongakkan kepala ku keatas dan dihujamkan penis besarnya itu hingga mentok. Tenggorokan ku penuh oleh penis pak Bram dan kurasakan semburan cairan hangat pak Bram langsung masuk ke dada ku tanpa melewati proses menelan. Aku pun ingin memuntahkan nya, tetapi pak Bram dengan kuat menduduki wajah ku sehingga hanya tangan ku saja yang mampu memukul-mukul lemah dipunggung pak Bram. Air mata ku semakin deras mengalir.
Setelah beberapa lama penis pak Bram menancap di tenggorokan ku, akhirnya beliau pun menarik nya keluar. Aku terbatuk-batuk dan langsung tersungkur ke lantai. Kemudian pak Bram memukul pantat ku, mengangkat kaki ku keatas sehingga posisi terbalik dengan tangan bertumpu di lantai. Pak Bram menjilati vagina ku, trus turun dan menjilati pusar ku. Aku pun merasa geli dan kedua tanganku lemas. Perlahan pak Bram membaringkan tubuhku lagi ke lantai. Aku yang kelelahan hanya dapat melihat samar-samar kang Asep yang mengocok penisnya dan menyemprotkan nya ke jilbab ku. Aku tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan, karena aku sudah terlalu lelah dan ku pejamkan mataku.
loading...
0 Response to "Scandal Annisa"
Posting Komentar